Mobile Menu

navigasi

More News

Baba Rafi, Sukses Besar Pewaralaba Lokal

Senin, Mei 28, 2007
Hanya bermodal sebuah gerobak, Kebab Baba Rafi tumbuh fenomenal. Kini 140 gerainya telah tersebar di 25 kota di Indonesia. Wiyono

Dalam dunia bisnis waralaba, bisnis makanan dan minuman terasa mendominasi. Semua mafhum bisnis ini boleh dibilang kebal krisis ekonomi karena menyangkut salah satu kebutuhan pokok. Alasan lainnya barangkali karena kemudahan yang dimiliki serta perputaran modalnya terhitung cepat. Tidak jarang, asalkan disertai pengelolaan yang bagus usaha di bidang kebutuhan perut mampu berkembang dalam waktu relatif cepat. Baba Rafi merupakan salah satu contoh sukses, setidaknya hingga saat ini.

Hendy Setiono mengawali usaha tahun 2003 di Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 juta atau sebuah gerobak burger. Kini bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25 kota, antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik, Jember, Kediri, Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan Baru, Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya, Jogjakarta, dan Jakarta. “Tahun 2007 rencanaya go to Jakarta dengan target  membuka 80 gerai khusus di Jakarta. Sekarang sudah terealisasi 25 buah,” ungkap Hendy.

Baba Rafi mampu berkembang pesat, karena selama ini Hendy selalu mempertahankan kualitas, baik menjaga standar mutu, kebersihan, value produk. “Oleh karena itu dibentuk divisi Quality Control dan Maintenance,” ujarnya.Peraih berbagai penghargaan, di antaranya sebagai salah satu Entreprise 50 (The Hottest Entrepreneur 2006) versi Swa, Asia's Best Entrepreneur Under 25 versi BusinessWeek, The Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA 2006), juga termasuk di antara 10 tokoh pilihan 2006 versi Tempo ini juga berusaha memperkuat brand image khususnya melalui berbagai media above the line serta membuat diferensiasi dengan memperbarui sebutan menu-menu, seperti Winner Kebab, Hotdog Jumbo, Kebab Picok (pisang dan coklat). Tetapi harganya tetap dapat terjangkau oleh kocek mahasiswa sekalipun, yaitu berkisar Rp 6.000,00-Rp 9.000,00.

Di samping itu bapak dua orang anak ini juga tetap memakai strategi awal yang cukup ampuh, yakni memilih tempat di tengah-tengah keramaian dan menggunakan warna mencolok dan berwarna-warni. “Agar terkesan familiar dan begitu melihat, orang menjadi ingat terus,” begitu kilahnya.
Diferensiasi lain yang dilakukan Hendy adalah cara pengolahan. Dia mengolah daging dengan cara diasap, bukannya digoreng. Daging berukuran besar diasap, baru dipotong dan diiris tipis, dengan begitu aroma asap menjadi khas. Beberapa jenis bumbu juga disesuaikan sesuai dengan selera lokal. Di negeri asalnya, irisan daging untuk burger atau kebab tidak terlalu tebal dengan aroma bumbu yang kuat.
Sebaliknya, menurutnya konsumen lokal lebih memilih tekstur daging lebih berasa dengan bumbu dan saos  tidak terlalu banyak namun cenderung manis.
Sebagai bisnis yang diwaralabakan Hendy menyediakan beberapa tipe penawaran. Terdapat paket gerobak untuk outdoor, franchisenya dijual dengan harga Rp 50 juta. Tipe Booth dan Dine In, keduanya juga dengan konsep outdoor ditawarkan seharga Rp 70 juta dan Rp 100 juta, sementara konsep indoor outlet harganya Rp 90 juta. “Model café, franchise fee sebesar Rp 80 juta dan ditambah initial investment sekitar Rp 100 juta,” imbuh Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia tersebut.

Calon franchisee tidak usah khawatir, sebab dukungan yang diperoleh meliputi hampir semua aspek, mulai dari studi kelayakan, lay out restoran, standar pelayanan, pelatihan, jaminan bahan baku, paket promosi, termasuk quality control, maintenance, manual book, disertai software keuangan. Dalam satu paket sudah tersedia satu unit counter, alat burner kebab, dan paket perlengkapan counter lengkap. Disebutkan, tingkat keberhasilan cabang mencapai 99% atau resiko kegagalan usaha sangatlah kecil. “Omset yang diraih masing-masing gerai Rp 350 ribu-Rp 1 juta per hari, sehingga balik modal investasi diperkirakan tercapai dalam 1-1,5 tahun,” tandasnya.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar