Mobile Menu

navigasi

More News

Bersyukur Tangannya Dipinjam Tuhan

Senin, Mei 07, 2007
HM Bhakty Kasry sepenuhnya menyadari rejeki yang ia peroleh adalah titipan Allah, maka tak terbersit sedikit pun untuk berlaku kikir.

Pandu Siwi Sentosa (PSS) bukanlah perusahaan yang lahir dengan tumpukan modal. Modalnya adalah patungan kecil-kecilan antara Bhakty dengan beberapa koleganya. Namun setelah dua tahun berjalan (1994), perusahaan ngos-ngosan, seperti kerapu di atas batu. Untuk menyambung nafas perusahaan, Bhakty terpaksa menjual mas kawin milik istrinya. Mobil istrinya pun tak luput ia lego. Rumah dan tanahnya ia relakan sebagai jaminan bank untuk menambah modal. Bhakty benar-benar dalam kondisi titik nadir. Namun setelah melakukan pembenahan PSS dengan pasti terus menggeliat. Kini PSS telah berkembang menjadi beberapa perusahaan dan menjadi salah satu perusahaan jasa kurir terkemuka di tanah air. 

Di sinilah sikap religius Bhakty teruji. Meski pada tahun-tahun awal perusahaan seperti orang limbung, namun sejak tahun kedua perusahaan berdiri Bhakty telah menetapkan pemberangkatan haji karyawan sebagai salah satu programnya. 
Langkah-langkahnya ini berakar dari keyakinannya bahwa rejeki semata-mata berasal dan milik Allah. Oleh karena itu semakin dekat seseorang dengan Allah maka akan semakin mudah untuk menggapai rejeki tersebut. “Semua yang kami miliki ini hanya titipan Allah, kenapa kami harus merasa keberatan kalau kami membelanjakannya di jalan Allah. Saya bersyukur Allah meminjam tangan saya untuk membagi-bagikan rejeki-Nya,” ujar mantan back adik tingkat Iswadi Idris di Indonesia Muda ini.

Pengusaha yang memiliki inner circle para ulama ini menjadikan usahanya sebagai sarana untuk kemaslahatan umat. Dalam membelanjakan harta di jalan Allah, Bhakty sudah tidak berhitung-hitung lagi dengan persentase. Oleh karena ia tidak pernah berhitung maka harta yang ia sumbangkan untuk kemaslahatan umat pun juga sudah tak terhitung. Minggu, 25 Maret 2007, ia bersama sejumlah ulama dan petinggi pemerintahan NTB, meresmikan Mesjid Al Kautsar Mataram yang nilainya miliaran rupiah. Mesjid ini dibangun oleh PSS. Di samping menjadi donatur di sejumlah mesjid, Bhakty juga memiliki program yang unik yakni menggaji orang-orang yang berhak mendapatkan sedekah. “Jadi setiap bulan akan menerima uang seperti karyawan yang gajian,” kata Bhakty.

Nilai kedermawanan ini bukan hanya hak otoritatifnya. Ia berharap semua karyawan PSS juga mempunyai sikap welas asih. Itu sebabnya di semua armada PSS disediakan uang ribuan, sehingga para pengemudi bisa mendermakannya kepada orang-orang yang kurang beruntung, yang biasanya bergerombol di perempatan jalan raya. “Minta uangnya ke perusahaan. Anda harus segera memberikan kepada mereka, tanpa menunggu mereka meminta,” kata Bhakty kepada para karyawannya.
Selain menanamkan nilai-nilai kedermawanan, Bhakty juga menanamkan nilai-nilai Islami kepada para karyawannya. Untuk membiasakan karyawannya Shalat Subhuh berjamaah Bhakty tak segan-segan memberikan uang transportasi dan uang sarapan bagi seluruh karyawannya yang ikut Subhuh berjamaah. Kepada karyawannya yang bersedia berhenti merokok pun Bhakty menghadiahi uang cash masing-masing Rp 1 juta. “Di kantor kami menerapkan zona bebas merokok dan zona berjilbab bagi karyawati,” tuturnya.
Uang yang dikeluarkan Bhakty baik untuk karyawan maupun pihak-pihak lain memang sudah tak terhitung, tetapi tidak dengan sendirinya dana perusahaan terkuras. “Orang tidak akan miskin karena berderma. Justru semakin banyak berderma semakin banyak berkah yang kita dapatkan,” ungkap pengusaha religius ini. (Sukatna)
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar