Mobile Menu

navigasi

More News

Hobiz Station, One Stop Shopping Kreasi Seni

Jumat, Agustus 31, 2007
Melihat animo seni kurumie yang terus berkembang, Lili dari Hobiz Station memposisikan dirinya sebagai penyedia bahan dan kursusnya. Wiyono

Negara Jepang tidak hanya terkenal karena memiliki kemampuan ekonomi dan teknologi yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya, tetapi juga seni kebudayaan tradisional yang sampai sekarang tetap terpelihara. Terdapat bermacam-macam seni dan kerajinan yang indah dari negeri sakura turut memikat banyak orang untuk ikut mempelajarinya. Origami misalnya, sebuah seni melipat kertas, sudah sejak lama terkenal hingga seluruh dunia. Di samping itu masih banyak seni kerajinan unik lainnya. Sebut saja kurumie  yang belakangan ini juga tampak mulai marak di Indonesia dan telah banyak dikursuskan terutama di kota-kota besar.

Kurumie atau nama aslinya Oshie sedikit berbeda dengan origami yang lebih dulu terkenal. Apabila kertas origami mempunyai warna yang single, maka kurumie menggunakan kertas Jepang yang disebut chiyogami. Corak dan pola warna yang dipunyai lebih beragam dan kertasnya bersifat sedikt elastis. Sehingga ketika dipergunakan untuk membungkus chiyogami sponge yang telah dibentuk sesuai desain maka hasilnya adalah bentuk timbul. 
Di dalam kurumie masing-masing desain sudah disediakan pola. Kertas dan sponge lalu digunting mengikuti pola, dibentuk satu per satu,. dan setelah itu baru bisa disusun menjadi bentuk jadi. Proses ini  memang membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan terutama kerapian. Namun setelah jadi, dijamin rasa capai akan tertebus begitu menikmati hasilnya yang indah.

Demikian seperti penjelasan Lili, pemilik toko Hobiz Station yang sudah menekuni hobi ini sekitar tiga tahunan. Tidak tanggung-tanggung, ia secara khusus memesan banyak bahan kurumie yang didatangkan langsung dari negeri asalnya. Berlokasi di sebuah kawasan perdagangan di BSD Tangerang, ibu empat orang putera ini menyediakan stok untuk melayani pembelian bahan sekaligus membuka kursus membuat kurumie.
Hobiz Station, katanya,  yang dibuka sejak 1998 sebenarnya memiliki tidak hanya satu macam seni kerajinan. Sebab sesuai namanya Lili menggeluti usaha yang menampung banyak macam hobi. “Jenis hobi yang ditampung banyak sekali. Saya cenderung menyediakan semua materialnya. Orang bisa membeli yang berupa paket, bahan-bahan, atau sekalian belajar di tempat ini,” jelasnya. “Contohnya desain embroidery, kurumie, paper quilting, origami, boneka Jepang, komik Jepang, dan masih banyak lagi sesuai permintaan. Di samping itu saya juga mengajarkan sesuatu yang bersifat usaha, yakni membuat aksesoris baju dari berbagai macam bahan,” imbuhnya.

Dituturkan pula, pada awal usaha Lili lebih menonjolkan seni menyulam yang lebih cocok diperuntukkan bagi para ibu rumah tangga. Selanjutnya karena dalam perkembangannya kerajinan ini sudah semakin banyak, maka sekarang ia lebih fokus pada upaya memperkenalkan berbagai seni kerajinan kepada anak-anak sedini mungkin. Terlebih dengan latar belakangnya saat ini sebagai pengajar mata pelajaran Art And Craft di beberapa sekolah elit. Tetapi, ditambahkan, konsumen di tempatnya tidak terbatas baik anak-anak, remaja, dan dewasa.
Lili mengaku menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta, baik untuk persiapan tempat, pengadaan bahan, dan sebagainya. Ia bahkan menyediakan bahan dalam bentuk paket lengkap. Umpamanya, desain kain untuk sulam sudah komplit dengan benang, gunting, dan sebagainnya. Atau kerajinan membuat bunga, boneka, dan lain-lain sudah lengkap berikut bahan-bahan dan peralatannya. Maka sehari-hari ia dibantu oleh empat orang karyawan dan dua orang pegawai tidak tetap. 

Tentang prospek usaha yang digeluti, diungkapkan, kaum penyuka seni dan ketrampilan jumlahnya semakin banyak. Kurumie misalnya, penggemarnya semakin lama semakin banyak. Harga sebuah model kurumie berukuran kecil sekitar Rp 70 ribu dan yang lebih besar bisa mencapai Rp 500 ribu. Maka jenis kerajinan ini hanya dibeli orang-orang tertentu, yaitu yang punya hobi dan berduit. Oleh karenanya tidak mungkin mereka hanya membuat untuk sekali saja. Justru istimewanya, seorang penghobi tidak akan pernah berhenti membuat karya-karya baru sebab model keunikan yang dimiliki selalu berbeda satu sama lain. “Keindahannya juga berbeda. Sehingga orang yang hobi semuanya pasti akan dikoleksi, jadi tidak akan berhenti. Dan tidak ada yang mengatakan ada satu model kadaluwarsa,” tukasnya.

Praktis ia tidak merasakan kesulitan berarti dalam mengelola usahanya. Wanita kaya ide ini malah berencana suatu saat dapat memproduksi sendiri bahan berikut model desainnya semua dalam paket dengan catatan apabila telah memiliki modal cukup kuat. Ini untuk menggantikan barang-barang yang kini masih didatangkan dari luar negeri. Satu-satunya kendala yang ia hadapai adalah pemasaran, karena lokasi usahanya tidak berada di mall yang relatif lebih ramai. Selama ini selain melayani pembeli bahan yang langsung menyambangi tokonya, Lili juga kerap menerima pesanan dari luar kota, antara lain dari Surabaya, Bandung, dan Pekan Baru. Sedangkan setiap bulan omset penjualannya berkisar antara Rp 15 juta-Rp 20juta.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar