Mobile Menu

navigasi

More News

Nanang Iskandar Membesarkan Bisnis dari Filosofi Sang Ayah

Rabu, Agustus 29, 2007
Tak gampang menerima “warisan” usaha dari orang tua. Jika salah kelola, usaha bisa hancur berantakan. Bagaimana Nanang Iskandar Ma’soem mencerap nilai-nilai entrepreneurship dari sang ayah? Fisamawati

Keberhasilan yang diperoleh seseorang pada hakeketnya adalah cerminan atas kerja keras yang didasari kesungguhan, keikhlasan serta adanya kemudahan dari Sang Pencipta. Begitu juga dengan usaha yang dijalani H. Ma’soem terus menampakkan hasil, namun ini tidak berarti tanpa hambatan-hambatan dalam menciptakannya.
Di bawah bendera PT. Ma’soem, dan kini diteruskan oleh putera sulungnya H. Nanang Iskandar Ma’soem, SE, MS terus berkibar. Saat ini berbagai usaha yang masih bertahan dan berkembang antara lain, SPBU, Agen Oli dan LPG, Angkutan BBM SPBU dan Industri, Apotik dan Medical Centre, Klinik Kesehatan, Pabrik Air Al Ma’soem, BPR Bank Syariah Al Ma’soem, Alat Berat, Cut and Fill, Yayasan Pendidikan, dan masih banyak lagi.

“Tidak semua bidang usaha yang digeluti almarhum ayah (H. Ma’soem, red) dan saya selalu berhasil, ketidakberhasilan tersebut karena beberapa faktor dan kendala, bahkan ada yang hanya bertahan sebentar,” cerita Nanang mengawali perbincangan.
Meski memiliki ayah yang bergelut di dunia wirausaha dan telah memiliki nama besar, namun, bagi Nanang keinginan untuk terjun berwirausaha bukan paksaan dari ayahnya atau bakat semata. “Ada keinginan dalam diri saya untuk berwirausaha dan memotivasi saya untuk serius. Pertimbangan memilih menjadi wirausaha karena merasa lebih leluasa dan bebas menentukan, berbeda dengan seorang karyawan maupun pegawai,” ungkapnya yang memulai usaha sejak usia 20 tahun.
Ia melanjutkan, ada nilai-nilai kepuasan tersendiri dalam menerapkan teori dan praktek ketika berwirausaha. Meskipun tidak semua yang dilakukan memberikan hasil memuaskan bahkan terkadang hancur, tidak menjadikannya patah semangat. Banyak nilai filosofi-filosofi dalam berwirausaha yang diterapkan H. Ma’soem kepada anak-anaknya. Hingga Nanang pun memutuskan untuk mengambil kuliah di Jurusan Ekonomi Perusahaan, sebagai bukti keseriusannya untuk menggeluti pilihan berwirausaha.

Nanang memegang teguh wejangan (ajaran)- berwirausaha adalah ibadah, dan meyakini bahwa ini kegiatan baik. Meski digembleng dan memiliki mental berwirausaha sejak dini bukan berarti Nanang tidak mengalami kendala dalam menjalankan roda bsinsi. “Kalau pun tidak berhasil bukan langsung terus kecewa. Tapi itu, dianggap sebagai modal dan tantangan. Kegagalannya bisa juga menjadi aset. Kegagalan bisa menjadi bahan evaluasi dan tentu saja tidak bakal diulang lagi,” nasehat Nanang.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai bisnis yang dilakukan para remaja dewasa ini, Nanang pun berasumsi, memang seharusnya sejak dini menerapkan kepada remaja cara berbisnis. Meskipun, remaja tersebut masih labil namun justru anak muda memiliki keberanian yang kuat. “Tapi harus diimbangi dengan perhitungan,” ungkapnya.
“Jiwa labil pada anak muda memiliki pengaruh. Bisa dibilang, unsur gambling-nya lebih kuat. Sifat beraninya harus dikombinasikan dengan perhitungan terhadap risikonya,” lanjutnya.

Menurut Nanang, sifat gengsi tinggi di kalangan remaja juga bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri. Ketika usaha yang digeluti sudah mencapai titik statis maka harus dialihkan ke bidang lain, sebagai pengganti. “Namun, terkadang anak muda terus menjalankannya karena malu kepada teman-temannya akibat usahanya bangkrut,” terang Nanang menggambarkan fenomena remaja berbisnis.
Ketika mengacu pada bakat yang diturunkan H. Ma’soem kepada dirinya, Nanang menjelaskan, sesungguhnya bakat hanya faktor kecil dan tidak menentukan. “Semua tergantung pada prospek bisnis yang akan dilakukan. Bakat pun memiliki beberapa variable penentu seperti motivasi, lingkungan bahkan pendidikan,” ujarnya mengakhiri.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar