Mobile Menu

navigasi

More News

Menangkar Satwa Liar

Selasa, Oktober 23, 2007
Banyak yang bisa diambil manfaatnya dari seekor rusa, mulai dari daging, hingga ranggahnya. Layak dicoba untuk menangkarkannya. Russanti Lubis

Kala melihat rusa, pernahkah terpikir oleh Anda bila binatang cantik bertanduk indah ini juga dapat diambil manfaat lainnya? Tidak, tentu itu jawabnya. Padahal, menjangan bukan cuma hewan yang sedap dipandang, asyik diajak bermain-main, atau eksklusif dipelihara melainkan juga mampu menambah pundi-pundi keuangan Anda dengan memanfaatkan daging, kulit, dan ranggah atau tanduknya.

“Daging rusa yang harganya empat hingga lima kali lipat lebih mahal daripada harga daging sapi, biasanya menjadi menu spesial di beberapa hotel berbintang lima. Karena, kandungan kolesterolnya rendah dan teksturnya lebih halus daripada daging sapi. Sayang, sampai saat ini hotel-hotel tersebut masih menggunakan daging rusa yang didatangkan dari New Zealand. Sedangkan kulitnya, biasanya digunakan dalam industri pembuatan tas dan sepatu,” kata Burhanuddin Masy’ud, Kepala Laboratorium Konservasi Ex-situ Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ranggah mudanya, Burhan menambahkan, biasanya digunakan sebagai bahan baku obat kuat atau untuk meningkatkan vitalitas kaum pria, sehingga hubungan seks semakin greng. “Berkaitan dengan itu, Hong Kong dan Cina khusus mengembangbiakkan rusa untuk diambil ranggah mudanya, di samping dagingya. Di Indonesia, hal ini masih dalam percobaan,” jelasnya. Sedangkan ranggahnya yang sudah tua (biasanya tanggal dengan sendirinya karena usia, red.), dapat digunakan sebagai hiasan rumah. “Secara tradisional, ranggah tua ini biasanya juga diolah sebagai obat kuat, dengan cara digerus dan dicampur dengan beberapa bahan pendukung lain,” imbuhnya.

Obat kuat, ia melanjutkan, baik dari ranggah muda maupun ranggah tua, sama saja khasiatnya. “Tapi, karena ranggah muda diperoleh dengan cara ‘memanen’, maka ia yang lebih populer di kalangan masyarakat,” katanya. Sekadar informasi, ranggah bersifat seperti kuku atau akan tumbuh lagi setelah 60 hari dipotong atau tanggal. Dalam satu kali masa produksi, seekor menjangan mampu menghasilkan minimal 0,1 kg ranggah muda.

Hewan memamah biak ini juga mudah berkembang biak. Rusa betina yang tingginya bisa mencapai 100 cm, secara alami hanya mampu melahirkan satu anak dengan masa bunting delapan hingga sembilan bulan. Tapi, jika ingin mempercepat pengembangbiakannya, dapat dilakukan dengan menyapih bayinya lebih cepat, sehingga dalam jangka waktu dua tahun dapat dihasilkan dua hingga tiga bayi rusa. “Di beberapa negara cara ini dilakukan dengan menyuntikkan hormon tertentu, sehingga terjadi super ovulasi. Di Indonesia, hal ini masih dalam peneletian,” ujarnya. Di sisi lain, meski siklus perkawinan di alam liar terjadi pada bulan April hingga Oktober, tapi karena bersifat individual, maka dalam penangkaran dapat dilakukan pengaturan perkawinan sehingga perkembangbiakannya dapat berjalan terus.

Angka kematiannya, ia melanjutkan, juga kecil (di bawah 1%, red.). Sebab, satwa liar yang mampu bertahan hidup hingga umur 15 tahun ini, memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. “Apalagi jika tingkat sanitasi dalam penangkaran juga tinggi,” tambahnya. Selain itu, juga mudah beradaptasi. Contoh, rusa Sambar yang banyak ditemui di Kalimantan dan berhasil dikembangbiakkan di New Zealand, kini juga menunjukkan keberhasilannya ketika ditangkar di Indonesia. Sekadar informasi, di seluruh dunia terdapat 50 jenis rusa, empat di antaranya berasal dari Indonesia yaitu rusa Sambar, rusa Jawa/Timor, rusa Bawean, dan rusa totol. Untuk penangkaran, lebih baik menggunakan rusa Jawa/Timor mengingat luasnya penyebaran dan kemudahannya beradaptasi. Tertarik? Silahkan lihat analisanya.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar