Mobile Menu

navigasi

More News

Gitar Mini Tidak Pernah Sepi Pembeli

Selasa, November 20, 2007
Kreatif menciptakan replika gitar dari sejumlah gitaris legendaris, Kadir Ngamino sukses mengangkat Music Miniature. Wiyono

Gitar mini. Jangan berpikiran benda mungil bikinan Music Miniature, bengkel milik Kadir Ngamino, pengusaha dari Bantul - Jogyakarta ini bisa untuk bermusik ria. Sepintas bentuk dan detilnya sangat mirip dengan gitar beneran tetapi fungsinya memang sekadar barang pajangan. Menjadi sangat istimewa karena desainnya merupakan replika gitar-gitar koleksi para artis musik papan atas dunia. Penggemar fanatik boleh pilih, ada gitar ala Michael Wong, Paul McCartney, Axel Rose, Steve Vai, Yngwie Malmsten, Dean, George Harrison, Jimmy Hendrix, Erwin, Jhon Mayal, The Kiss, Eric Clapton, Van Halen, dan sebagainya.

Tidak salah, gitar atau instrumen musik dengan cara dipetik ini paling populer dibanding jenis lain. Dengan atau tanpa ditemani iringan alat musik lainnya gitar mampu mengiringi lirik lagu, dari irama syahdu mendayu atau pun irama rancak nan hangar-bingar. Maka tidak salah Kadir Ngamino sejak 1997 merasa pasti dengan melakoni usaha pembuatan gitar mini suatu ketika ia bakal memetik sukses. Keyakinannya didasarkan pada pemikiran bahwa setiap orang menyukai musik, dan dengan begitu juga akan menyukai alat musiknya. Terlebih jika itu menjadi milik seorang penyanyi atau bintang dari group band ternama yang melegenda. Apabila tidak dapat memiliki yang asli, sekadar replikanya pun jadi, begitulah kira-kira.

Kenyataannya bisnis dengan modal awal hanya sekitar Rp 1,5 juta rupiah itu sampai sekarang tidak pernah berhenti mendapatkan pesanan. Gitar Miniature terdapat 3 buah workshop terletak di tempat terpisah. Dua buah workshop dipakai untuk berproduksi, dan satu lagi dikhususkan untuk mempersiapkan bahan mentah. Dengan dibantu sekitar 40 orang pekerja, kapasitas produksi per bulan paling banyak 5000 pcs. Padahal menurut Kadir kalau seluruh pesanan diterima, sebulan rata-rata jumlahnya bisa mencapai 10.000 lebih. Sementara itu minimal pemesanan telah ditentukan paling tidak 1000 pcs. “Jadi kalau yang tidak kontinyu pesanannya harus antri,” ujarnya.

Di setiap tempat produksinya, Kadir membatasi 15-20 orang pekerja dengan tujuan agar lebih gampang menilai dan mengetahui karyawan yang bisa berkembang. “Promosi akan kami berikan dengan mempercayakan sebuah workshop untuk pengembangan dirinya dan meningkatkan penghasil dari karyawn tersebut,” ujar ayah dari Fata Akbar dan Aisyah Munif yang jauh-jauh hari telah memikirkan pengembangan usaha, semisal waralaba. “Usaha saya pernah ditawar beberapa buyer  Rp 1 miliar, terakhir bahkan hampir mencapai Rp 10 miliar, tetapi saya belum mau lepas karena setelah dihitung-hitung dalam jangka waktu 2 tahun mereka sudah bisa break event,” ungkapnya.

Sukses Kadir jelas bukan barang dadakan. Sebelum menggeluti usaha kerajinan gitar mini keturunan Dayak Cina ini pernah malang-melintang sebagai marketing dan marketing trainer komputer, suku
Gitar Minicadang mobil, oli sampai batu hias. Terakhir, pria kelahiran 28 Januari 1961 ini membuka sebuah stand busana muslim di Batam tetapi gagal sehingga habis modal. Dengan modal minim yang tersisa ia merantau ke Jogyakarta dan membuka usaha kerajinan hingga seperti sekarang ini.

Semula gitar mini hasil buatannya hanya dipasarkan di wilayah lokal, seperti candi Borobudur, Prambanan, Malioboro dan objek-objek wisata sekitar Yogya. Tetapi ia kecewa karena ternyata hasilnya kurang bagus. Dari penawaran jual seharga Rp 12.000,00 pembeli hanya berani Rp 7.500,00. Diakui, perajin gitar mini sejatinya bukan dirinya yang  pertama kali. Bedanya, apabila yang lain bersedia menjual murah, ia justru pantang banting harga. Untuk itu ia mulai mencoba masuk pasar ekspor melalui situs internet.
Respon awal yang didapat pun kurang memuaskan, oleh para broker asing produknya dipandang sebelah mata. Namun, ia tetap tidak putus asa dan memegang prinsip dasar manajemen pasar atau hukum permintaan, intinya yaitu jangan sekali-kali obral harga. “Saya berpikiran simple saja, para buyer itu punya uang dan cari untung. Kalau mereka tidak mendapatkan barang kami mereka nggak akan mendapatkan untung, jadi bukan kami butuh mereka, tapi mereka butuh kami,” tuturnya.

Kadir mengaku punya strategi agar para buyer selalu punya rasa ketergantungan yakni dengan membuat beberapa spesifikasi dan kekhasan produk. Oleh karena itu segmen market yang ia tuju khususnya segmen atas yang mengutamakan mutu. Bila dulunya miniatur alat musik ini hanya terdapat beberapa model, selanjutnya terus dikembangkan menjadi lebih dari 2500 jenis. “Tiap bulan kami berusaha mengembangkan sebanyak 30-50 jenis baru,” akunya.
Benar, perlahan tapi pasti usaha yang dijalankan bersama  Nur Farida Nugraheni, wanita asal Klaten yang dinikahi sejak 1997 itu pun terus berkembang. Pemesan berasal dari lebih dari 10 negara, tetapi disebutkan, konsentrasi pemasaran yang paling utama adalah USA karena di sana sebagai surga bagi pemusik dunia dan terdapat banyak sekali penggemar fanatik sehingga memiliki market amat besar. Harga jualnya beragam, tergantung dari tingkat kesulitan modelnya, berkisar dari USD 6,00–USD 12,00. Artinya omset yang diterima setiap bulan bisa mencapai USD 30.000,00-USD 60.000,00.

Meskipun hanya dipakai sebagai produk pajangan namun menurut Kadir kerajinan miniatur gitar membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Proses pembuatannya melewati lebih dari 40 tahap, di mulai dari bahan baku kayu mahoni sampai bentuk gitar sesuai dengan wujud asli yang ingin ditiru. Maka, dikatakan, setiap proses butuh sentuhan lembut pada benda keras. Sementara itu desain biasanya diperoleh dari internet atau kadang-kadang dari pembeli yang mengirimkan gambar.

“Dan disini dibutuhkan sebuah feeling business, karena kita harus jeli menentukan model gitar mana yang laku dipasaran dan kurang laku. Selain itu juga harus tahu, setiap negara bagian di USA berbeda-beda jenis musik yang disukai, misalnya Texas tentu acoustic guitar akan lebih laku karena musik country musik idaman mereka,” jelasnya. Sedangkan produk lain yang dia buat antara lain miniatur drum set, piano, dan lain-lain, termasuk gantungan kunci gitar dan ornament miniature guitar yang bisa digantungkan pada mobil atau pada pohon natal. Siapa sangka jika produk-produk cendera mata nan laris-manis di negeri manca ini berasal dari limbah kayu, tetapi telah dipoles begitu indah.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar