Mobile Menu

navigasi

More News

Diddi Agepe, Musik Qawali untuk Mereka yang Bijak dan Dewasa

Senin, Desember 10, 2007
Ikon ethno techno itu meluncurkan album qawali neo spiritual journey. Sebuah refeleksi perjalanan spiritual yang dituangkan kedalam sebuah album rohani nan apik. Rian S.

Kemasan lagunya sangat menarik. Liriknya bernuansa rohani, berani dan sulit dicerna kalangan awam.  Untuk mendenar musiknya, perlu pemahaman yang serius.  Perpaduan antara musik etnik Minang, Arab, Sunda, Bali dan Aceh telah dituangkan dengan apik dalam album Qawali (musik Sufi),  Neo Spiritual Journey.  Itulah karya terbaru musisi dan komposer lagu Diddi Agepe.

Siapa Diddi? Di era 1980-an, musisi ini telah muncul dengan karya-karya musik film. Diddi dikenal sebagai ikon Etnho Techno. Diddi tergabung dalam kelompok avant garde  Indonesia bersama Frankie Raden, Suka Harjana dan beberapa musisi lainnya. Mereka kelompok Asosiasi Komposer Indonesia yang sangat kritis dan peduli dengan perkembangan musik diluar musik pop komersial. Sayang,  Diddi tidak menelurkan album komersial. Oleh karena itu masyarakat awam jarang sekali mengenalnya. Tapi, bagi kalangan musikus pecinta seni, nama Diddi tidaklah asing. Skills musiknya bagus. Kualitas musik yang diciptakannya sangat bagus. Dia sering pentas di Gedung Kesenian Jakarta, Utan kayu atau Taman Ismail Marzuki membawakan karya musik yang sophisticated dan penuh improvisasi.
Dia juga sering berkolaborasi dengan musisi top di tanah Air baik dalam penggarapan lagu, album maupun pementasan.  Beberapa penyanyi atau musisi seperti Fariz RM, Syahrani, Cendy Luntungan, Eddie Kemput, almarhum Chrisye, Embong Rahardjo, Jack Lesmana, Addie MS,  pernah bermain bersama Diddi.

Menikmati alunan musik Diddi, seolah-olah membawa kita ke nuansa yang lain. Sesuai dengan aliran yang dipilihnya, avant garde,  musik yang muncul mengisyaratkan sesuatu yang berbeda. Stanley Clarke, Jaco Pastorius (basist),  Chick Corea (fusion) adalah musisi yang menginspiring karya musiknya. Dalam bermusik, selain menggunakan instrumen musik moderen, dia juga melibatkan beberapa peralatan di luar musik seperti panci, gallon air mineral, sapu lidi dan sebagainya.  Harmonisasi musik nan apik  yang dimainkan dari instrumen musik elektrik, akustik serta perlatan nonmusik, menghasilkan sebuah karya musik yang sarat akan nuansa. Sayang, tidak semua orang bisa mendengar musik jenis ini.   “Saya memang tidak membuat album pop. Namun karya-karya saya  dipakai sebagai ilustrasi musik di film-film layar lebar dan sinetron. Mungkin salah satunya pernah Anda tonton,” ujarnya.

Diddi, adalah musisi dan komposer (peñata musik) senior. Karya musiknya telah menghiasi lebih dari 900 episode sinetron  yang diputar di beberapa stasiun televisi nasional serta film layar lebar.  Coba dengarkan musik jenaka di senetron Jini oh Jinni? Atau musik serius berdurasi beberapa menit pada sinetron Pernikahan Dini, Suster Ngepot, Samson, dan Lika-liku laki-laki? Semua adalah karyanya.

Meski belum sukses secara komersial, Diddi adalah sosok yang popular. Dan, ini terus memotivasinya untuk terus berkarya. Pada 1990, musisi berusia 46 tahun ini mulai menciptakan musik-musik religius Islami. Namun, dia juga membuat musik-musik dari kumpulan dzikir, mantra ataupun doa-doa dari komunitas budha. Menurut dia, ada kerinduan batiniah untuk menciptakan musik rohani nan apik yang digali dari Tanah Air. “Ini bukannya pencapaian saya di musik komersial berakhir. Namun, kerinduan rohani untuk berkarya di musik religius,” ujarnya.

Pengajar di beberapa sekolah musik ini menciptakan musik religius yang berbeda dengan yang lainnya. Musik rohani Islam  tidak identik dengan nuansa khas Timur Tengah. Islam adalah milik dunia, dan untuk itu tidak salah bila kita juga membuat musik tersebut dari berbagai unsur di dunia.

Membuat musik rohani tidak mudah. Hambatan terus saja mendera. Apalagi, untuk album kali ini yang akan dibuat adalah refleksi perjalanan spiritual Diddi dalam beragama. Akhirnya, jalan terang itu muncul. Dalam semalam, ide itu begitu mengalir. Dia bisa menulis lirik yang di tuangkan dalam sembilan lagu. “Saya yakin ini berkat bantuan yang di atas. Lirik bisa rampung dalam semalam. Ide itu terus mengalir tanpa saya bisa menghentikannya,” katanya sambil menunjuk tangan ke atas.
Liriknya cukup menggelitik. Kadangkala mempertanyakan kesalehan seseorang atau sosok yang suka pamer tentang religiusitasnya.  Beberapa temannya berkomentar, bahwa lirik itu berani, lugas dan sarat makna. Dan, sebelum aransemen musik di buat, dia sudah berkonsultasi ke beberapa kelompok tarekat seperti : Uluhiyah, Stariyah, Qadiriyah Naqsabandiyah. “Semuanya mendukung,” ujar Diddi.

Beberapa temannya sesama musik, diajaknya bergabung untuk menggarap album ini. Beberapa unsur musik mulai dari Padang, Arab hingga Aceh diambilnya untuk memperkaya album itu. Hampir di setiap lagu, Diddi menata musik sangat artistik.  Di salah satu lagu, dia menata musik sedemikian rupa sehingga alunan orkestra yang muncul layaknya kita mendengar alunan musik religiusnya Kitaro.
Secara keseluruhan  lagu yang dikemas dalam album Neo Spiritual Journey ini sangat menarik. Bukan bermaksud riya,  album ini menurut Diddi merupakan karya yang cukup fenomenal. Bukan dari sisi musik, namun juga lirik yang sangat menggelitik. Di album ini dia menumpahkan selama 20 tahun perjalanan spiritualnya ke dalam sembilan lirik lagu.

Album yang diluncurkannya sekarang tidak hanya konsumsi bulan Ramadhan. Namun lebih ditujukan kepada public penikmat musik dan pejalan spiritual yang telah siap dengan sudut pandang yang berbeda, dewasa, arif dan bijak. Neo Spiritual Journey diperuntukkan bagi mereka yang butuh kesejukan kalbu dan kecerdasan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.   Anda bisa memperoleh CD-nya dengan harga Rp30 ribu.
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar