Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Indonesia Terkini

latest

Responsive Ad


Feni Rose Bermodal Tekad dan Nekad

Feni Rose Bermodal Tekad dan Nekad Nama tenar bukan suatu jaminan bisa menggelindingkan bisnis dengan mulus. Feni Rose pun harus berjuang ke...

Feni Rose Bermodal Tekad dan Nekad
Nama tenar bukan suatu jaminan bisa menggelindingkan bisnis dengan mulus. Feni Rose pun harus berjuang keras untuk membesarkan bisnis yang ia dirikan bersama partnernya. 

Pernahkah Anda menonton tayangan Silet atau Bedah Bisnis Rhenald Kasali yang ditayangkan oleh dua stasiun televisi swasta nasional yang berbeda? Bila ya, Anda tentu juga ingat dengan sosok menarik yang ada di sana yaitu Feni Rose. Sama halnya dengan para selebriti Indonesia, wanita cantik kelahiran November 1973 ini pun terjun ke bisnis, tepatnya pada pertengahan 2003.

“Tahun 2000, saya bekerja di sebuah advertising agency sebagai tenaga marketing. Karena di sini saya juga harus menjual program televisi (TV), sedikit banyak saya paham mengenai produksi dan pemasaran program TV. Bukan cuma itu, saya juga bertemu dengan Enkito Herman yang kemudian menjadi suami saya. Kebetulan, dia sudah malang melintang dalam dunia production house (PH). Kami pikir, asyik juga bila kami bisa menjual ide-ide program TV ke berbagai stasiun TV, apalagi kalau bisa sekalian memproduksi sendiri,” kata ibu dari sepasang dara, Gianirma Gavrila dan Audi Kirana ini, tentang alasannya terjun ke bisnis PH.

Ternyata urusan ketemu jodoh bukan hanya urusan dua manusia, melainkan juga dalam hal ide. Tahun 2002, Hilbram Dunar, presenter yang juga teman dekan Feni, melontarkan ide dan niat yang sama yaitu membangun sebuah PH, sebagai “kendaraan” untuk menyalurkan ide-ide mereka. “Akhirnya, kami bertiga plus seorang partner bergabung dan mendirikan Light’s on Production. PH kami ini berada di bawah bendera PT Purbaya Kreasi Cemerlang,” jelasnya.

Modalnya? “Wah, malu ya menyebut angka. Yang jelas, tidak sebesar dan seglamour yang dibayangkan orang. Saya rogoh dari kocek saya sendiri, sedikit demi sedikit tapi dengan doa yang banyak. Tidak ada yang namanya cukong-cukongan, apalagi bisnis fasilitas. Besarnya sumbangan modal juga disesuaikan dengan besarnya kepemilikan saham. Investasi alat juga baru dilakukan setelah kami mempunyai pemasukan dari program TV yang berhasil kami jual. Sebelumnya, kami menyewa atau bekerja sama dengan pihak lain. Boleh dikata, modal terbesar cuma tekad dan nekad, serta hubungan baik dengan banyak pihak,” kata sarjana antropologi Universitas Indonesia ini. 

Untuk mempertahankan bisnis yang telah melahirkan tayangan Hitam Putih Selebriti (infotainment), Mata Selebriti (infotainment), Kualat (sinetron religi), Di Balik Kebesaran Allah (sinerton berdasarkan kisah nyata), dan Jangan Dipikirin (reality show) yang semuanya tayang di Lativi, serta Komeng Anak Maknya (sinetron komedi, belum tayang), Feni mengacu pada pendapat para pakar bahwa bisnis itu harus unik. “Selain itu, mengenal kekuatan kami dan membuatnya lebih tajam, agar dapat menjadi nilai jual yang tinggi. Selebihnya, membina hubungan baik dengan klien,” ujar perempuan yang hanya bekerja paruh waktu di Light’s on Production ini.

PH, ia melanjutkan, membutuhkan masukan-masukan atau ide-ide kreatif. Karena itu, juga harus membuka pintu lebar-lebar bagi pihak-pihak yang memiliki ide segar dan orisional. “Membaca peta posisi bisnis PH itu sendiri dari waktu ke waktu juga penting, supaya kami bisa melihat peluang-peluang lain, di samping menjual program TV ke berbagai stasiun TV swasta nasional,” ucap mantan public relations Ikatan Motor Indonesia ini.

Namun, Feni tidak menampik bahwa profesinya sebagai presenter berbagai acara televisi sehingga wajahnya “beredar” di mana-mana, sedikit banyak membantu memudahkan orang untuk mengenalnya dan juga PH-nya. “Berarti, kredibilitas saya juga menjadi taruhan untuk memberikan hasil terbaik dan tepercaya bagi klien. Tapi, tidak serta merta memudahkan lho, sebab banyak faktor lain yang juga turut menentukan keberhasilan bisnis ini,” ucap wanita yang memasarkan dan mempromosikan PH-nya dengan langsung mendatangi klien dan melalui website. 

Ya, presenter sekaligus MC (Master of Ceremony) sekaliber Feni Rose pun, ternyata harus menemui kendala bisnis. “Kami membutuhkan dana yang besar, sehingga kami harus kreatif dan putar otak agar pembiayaan-pembiayaan bisa efisien, tanpa mengurangi kualitas,” kata perempuan yang pernah meraih MUI Award Program Dokudrama (Di Balik Kebesaran Allah: Jhony Indo 2005). Selain itu, empat sekawan ini juga rajin mencari investor yang memiliki hasrat dan kepercayaan, untuk menanamkan uang mereka di bisnis ini. Tapi, tidak berarti bisnis ini pernah mengalami kegagalan. “Tepatnya, saya nggak tahu apakah saya gagal atau tidak, karena saya sedang menjalani bisnis ini. Bagi saya, gagal itu hanya kalau saya sudah menyerah,” tegasnya.

Apa sih tujuan Anda berbisnis? “Nyari untung!”. Tapi, untung itu tidak selalu berwujud materi tetapi juga pengalaman, pengetahuan, kebijaksanaan, ketahanan mental, ujian moral, pembangunan karakter, dan kekayaan batin. Bisa membangun kerja sama dengan banyak pihak, terutama mereka yang bahu membahu bekerja sama dengan kami, merupakan pengalaman hidup yang menarik,” kata Feni yang bersama tiga partnernya akan terus memasarkan produknya hingga ke luar negeri dan melakukan pembenahan ke dalam, terutama dalam SDM dan SDU (Sumber Daya Uang). (Russanti Lubis )

Reponsive Ads