Mobile Menu

navigasi

More News

Melirik Frame Foto Batik

Minggu, Juni 09, 2019
Melirik Frame Foto Batik
Satu lagi bukti hobi bisa menghasilkan uang berjeti-jeti. Dari keisengannya mengoleksi frame foto, Jeff terinspirasi untuk menjadikannya lahan bisnis dengan omset Rp 85 juta per bulan. 

Tamat dari kuliah jurusan Desain Grafis dari Universitas Udayana, Jeff Kristianto membulatkan tekat untuk berbisnis home decoration. Alasannya sederhana saja : Jeff saat itu memang lagi gandrung mengoleksi frame foto. Berbagai bentuk frame, dari yang bermodel biasa hingga yang unik, dikumpulkan Jeff hingga mencapai ratusan jumlahnya. Saat itulah, Jeff mulai terpikir kalau bentuk frame itu sebenarnya masih bisa diotak-atik untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda.

Jeff pun bereksperimen membuat frame dengan cara dibatik, prosesnya sama dengan orang membatik kain. Komentar keluarga dan rekan-rekannya yang menganggap karyanya lain daripada yang lain, membuat Jeff pun mengambil langkah yang tidak tanggung-tanggung. Ia mendirikan showroom di Jakarta tahun 1998 dengan modal awal Rp15 juta untuk menyewa tempat dan pengadaan barang.
Merasa produknya lebih menyasar orang asing, akhirnya dua tahun kemudian, Jeff memindahkan lokasi usaha di Bali dan diberi nama Asia Line Bali. Kini, dia sudah mempunyai empat showroom, yakni dua berlokasi di Kuta dan dua lagi di wilayah Ubud. Dalam mengawasi laju usaha, Jeff dibantu 12 orang yang bertugas untuk menjaga showroom dan back office (akunting, purchasing, stock control, gudang dan lainnya) yang juga berjumlah 12 orang. Jadi total ada 24 orang.

“Bagi saya, Bali adalah etalase dunia, makanya saya bertekat untuk membuka showroom di Bali. Apalagi produk Asia Line Bali memang lebih menyasar orang luar. Produk yang saya tawarkan sekarang sudah lebih dari 1000 item, yang saya sebut sebagai home decoration. Namun produk unggulan, tetap kayu yang dibatik, yang meliputi mangkuk, kotak multifungsi, frame, topeng dan lainnya. Oh ya, ada juga kreasi dari cengkeh yang bisa digunakan untuk aromaterapi karena menebarkan aroma harum yang khas,” urai pria kelahiran Bogor yang hingga kini masih melajang.

Pengerjaan home decoration  itu, dengan melibatkan 15 perajin dari Solo, Jogjakarta dan Gianyar, Bali di sebuah workshop yang didirikan Jeff. Bahan baku yang mayoritas berupa kayu kelapa, cengkeh dan tanduk kerbau serta sapi, disediakan sendiri oleh para perajin. Jeff tinggal menentukan model barang dan desainnya. Sistem ini, dijelaskan Jeff lebih praktis, sehingga ia tidak rumit memikirkan pengadaan bahan baku, tetapi lebih fokus memikirkan desain.
“Dengan sistem yang saya pilih tersebut, sekaligus untuk menghindari kecurangan yang mungkin saja dilakukan perajin. Logikanya begini, bila kita membeli kayu dengan ukuran 1 M3, kita tidak akan bisa mengontrol kayu itu akan jadi produk kita semua. Bila perajin lantas membuat barang tertentu untuk pelanggan yang lain, meski jumlahnya lebih kecil, maka kita akan dirugikan,” tegas Jeff.  

Tentang pembayaran, Jeff menjelaskan, dengan memakai cara lama yang sudah umum, yaitu per satuan barang jadi. Pemasok yang diajak bekerja sama akan mengatur pembayaran itu seminggu sekali. Bila sedang kebanjiran order, biasanya melibatkan masyarakat sekitar dengan sistem pembayaran yang sama.  
Dengan kapasitas produksi 1500 pieces kayu batik setiap bulan, Jeff rata-rata mendapatkan omset sebesar Rp85 juta/bulan.  Omset terbesar didapat dari pembelian oleh orang asing yang bertandang ke showroom atau ketika melakukan ekspor. Sejauh ini, pesanan keluar negeri yang pernah dilakukan Jeff, antara lain ke Spanyol, Amerika serta beberapa negara Eropa lainnya. Sedang untuk pembeli dari masyarakat lokal, hanya menangguk omset sekitar Rp10 juta/bulan.  Namun keuntungan bersih yang dikantonginya adalah Rp 45 juta setelah dikurangi biaya gaji karyawan, listrik dan lain-lain yang mencapai Rp 40 juta.

Untuk mendongkrak pemasaran, Jeff aktif mengikuti pameran agar produknya dikenal masyarakat. Misalnya, pameran di Plaza Senayan beberapa tahun silam. Saat itu, produk-produk dari Asia Line Bali bahkan mendapat pujian khusus dari sebuah majalah ibukota. Tak hanya di Jakarta, Jeff juga pernah berpartisipasi dalam pameran di Tokyo dua kali dan di Fukuoka. Dalam tempo dekat, Jeff merencanakan untuk andil dalam pameran di Belanda.
Bahkan, Jeff pun mempunyai niat mulia dengan mendirikan Bali Export Development Organization (BEDO) yang bertujuan untuk memajukan pengusaha-pengusaha lokal. Di dalamnya, ada beberapa perusahaan besar dan beberapa pemilik usaha lokal yang turut bergabung. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi transfer ilmu antara para anggota di mana anggota yang merasa usahanya belum maju, bisa menimba ilmu dari perusahaan mapan sehingga diberikan trik memajukan bisnis. Selain itu, juga dibukakan wawasan bagaimana cara melakukan ekspor bagi anggota.

“BEDO didirikan Mei 2006. Kebetulan saya menjabat sebagai ketuanya dan sekarang sudah ada sekitar 40 pengusaha yang bergabung. Mulai dari pemilik usaha sekaliber Surfer Girl sampai pengusaha yang memproduksi dodol dari Buleleng yang belum punya nama, semua tergabung dalam BEDO. Memang sejak awal didirikan, agar ada transfer ilmu,” ungkap pria kelahiran 1972 ini dengan bersemangat. Bravo Jeff!!

Daftar Harga Beberapa Produk Asia Line Bali
    1.    Buffalo Horn Handbag : From US$ 11.67
    2.    Hypo Dolls : From US$ 4.44
    3.   Elephant Slee : From US$ 7
    4.   Stone Brass Frame : From US$ 10.56
    5.   Flinstone Frame : From US$ 6.67
    6.   Batik Bowl-Rice Bowl : From US$ 6.11
    7.   Coaster Batik Set of 6 : From US$ 5.00
    8.   Gajah Pancuran : From US$ 77.78
    9.    Frangipani Incense Holder : From US$ 2.67
(Tri Vivi Suryani)
Komentar 0
Sembunyikan Komentar

0 σχόλια:

Posting Komentar