tag:blogger.com,1999:blog-91623070263808272182022-05-08T01:11:54.307+07:00Majalah Peluang BisnisPeluang Usaha | Peluang Investasi | Peluang DagangMajalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]Blogger1972125tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-21388760435728317992021-09-09T07:24:00.002+07:002021-09-09T07:24:21.745+07:00Mengapa Optimasi SEO Instagram diperlukan untuk Bisnis?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-0RZ7yWZ5YNI/YTlTP68epMI/AAAAAAAAAXg/lLIQg7iuA-sbGchu3M-TH-FbEAGuyKRVACLcBGAsYHQ/image.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="1106" data-original-width="2048" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0RZ7yWZ5YNI/YTlTP68epMI/AAAAAAAAAXg/lLIQg7iuA-sbGchu3M-TH-FbEAGuyKRVACLcBGAsYHQ/s16000/image.png" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Tahukah kamu bahwa platform media sosial seperti Instagram dapat di optimisasi menggunakan SEO. <a href="https://rajakomen.com/" target="_blank">Cara optimasi instagram</a> pada umumnya sering digunakan pada website, namun ternyata dapat digunakan pada platform sosial media seperti Instagram. Keuntungan menggunakan optimasi SEO pada Instagram adalah dapat membantu untuk meningkatkan pengunjung terhadap akun Instagram yang anda miliki.&nbsp;</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Salah satu <a href="https://rajakomen.com/" target="_blank">cara menjangkau banyak konsumen</a> adalah dengan cara menerapkan Seo pada Instagram akan mempermudah bisnis yang kita miliki ditemui oleh calon pelanggan kita di dunia maya. Beberapa cara dalam melakukan optimasi Instagram di antaranya adalah: (1) optimalkan profil Instagram, (2) sertakan keyboard utama pada display name dan username, (3) tulis keyboard turunan di Bio, (4) gunakan keyboard pada hestek, (5) gunakan keyboard pada caption, (6) manfaatkan Instagram altex, (7) selalu melihat perkembangan akun Instagram dengan analitik.&nbsp;</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Profil Instagram memberikan kontribusi terhadap Seo, dengan cara profil tersebut harus mudah diakses oleh publik, menarik, penuh warna, sesuai dengan identitas merek yang kita miliki titik Selain itu Buatlah nama pengguna atau display name agar mudah dikenali dan dicari titik langkah selanjutnya adalah migrasi kan akun Instagram Anda ke dalam akun bisnis Instagram.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pemilihan display name dan username sebaiknya menyertakan keyboard yang sesuai dengan bisnis yang kita miliki titik Hal tersebut ditujukan agar pengguna mudah mencari nama bisnis kita dengan hanya menuliskan keyboard pada mesin pencari.&nbsp;</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pada kolom bio sebaiknya kita menggunakan keyboard turunan yaitu keyboard kedua yang banyak dicari oleh para pengguna Instagram. penggunaan hashtag sangat penting agar seo Instagram&nbsp; dapat mengidentifikasi gambar-gambar yang kita posting di dalam Instagram.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">&nbsp;caption Instagram Merupakan salah satu hal yang penting untuk menarik minat dan follower akun Instagram kita. altex merupakan salah satu fitur Instagram yang dapat membantu tunanetra dalam menikmati fitur sosial media Instagram. Langkah terakhir pastikan anda selalu memperhatikan analitik dari Instagram yang anda miliki, sehingga setiap perkembangan dari akun Instagram Anda dapat dianalisis performannya untuk menyusun strategi bisnis lainnya.&nbsp;</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-38479779258224001782019-06-09T16:17:00.000+07:002019-06-16T05:53:52.953+07:00Growing Together with Clients<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9f/Bank_Rakyat_Indonesia-Makassar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="240" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9f/Bank_Rakyat_Indonesia-Makassar.JPG" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Growing Together with Clients</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Tak dapat dipungkiri Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor pendorong perekonomian yang tangguh. Tak heran kini UKM mendapat perhatian baik dari pihak perbankan, nasabah maupun pemerintah.&nbsp; Hal tersebut terlihat dari usaha pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam meringankan persyaratan perbankan mengenai penyaluran Kredit untuk Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Aturan pertama yang disepakati adalah pemberian kredit UMKM dilihat dari pilar kemampuan membayar. Sehingga pilar untuk prospek tidak menjadi prioritas utama. Kedua, peningkatan plafon kredit UMKM menjadi Rp 20 miliar sesuai dengan resiko managemen bank itu sendiri. Sedangkan untuk nasabah tingkat plafon meningkat menjadi Rp 10 miliar. Ketiga, memberi kesempatan kepada perusahaan yang dianggap memiliki masalah dalam kreditnya untuk mendapatkan kredit kembali. Dan terakhir, melepaskan sejauh mungkin keterkaitan kredit. Dalam hal ini, yang menjadi pertimbangan adalah kemampuan membayar dan prospek industri dari perusahaan tersebut. Menanggapi syarat kredit tersebut, wartawan Majalah Pengusaha, Rian Sudiarto, Fisamawati dan fotografer Edi fritson, mewancara Direktur Kredit UKM, BRI Sulaiman Arif Arianto.&nbsp; Pagi, diruang kierjanya nan luas, pria ramah ini menjelaskan tentang kucuran kredit ke UKM.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana pihak BRI dengan adanya kebijakan Pemerintah dalam penyaluran kredit Usaha Menengah, Kecil dan Mikro?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya, kami jelas mendukung hal tersebut. Namun perlu diketahui bahwa kami tetap memiliki&nbsp; prosedur perbankan yang harus tetap dipatuhi. Uang yang kami keluarkan dan dipinjamkan bukan milik kami. Ada&nbsp; pihak ketiga yang memberikan. Dan untuk itu tidak gratis begitu saja. Sehingga harus diteliti dalam memberikan pinjaman untuk pihak mana pun. Jika&nbsp; memberi kredit&nbsp; ngawur maka bisa-bisa kami masuk lagi ke rekapitulasi bank pada waktu lalu.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kriteria apa saja yang menjadi penilaian dalam mencairkan pinjaman yang diajukan, khususnya ke UMKM ?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Orang atau perusahaan tersebut harus mempunyai nilai produksi dan mampu menjual. Dalam perbankan sendiri ada istilah yang disebut kode prosedur banking prinsiple. Artinya orang atau perusahaan itu harus bankable sehingga mampu memproduksi. Sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat,&nbsp; dalam memberikan kredit, kami tidak memiliki persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Seperti prospek usaha yang cerah dan mampu memproduksi baik dari pengeluaran pribadi dan bisnis yang dijalankan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berapa besar kredit&nbsp; yang&nbsp; akan dikucurkan pada tahun ini ?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Jika mengacu pada prinsip yang dipegang maka jumlah dana yang dikeluarkan untuk peminjaman adalah tanpa batas. Asalkan, dana yang dipinjamkan dapat dikembalikan oleh si peminjam sesuai dengan ketentuan awalnya. Dari jumlah simpanan BRI saat ini dapat dikeluarkan 10 kali lipat untuk pinjaman yang diajukan.&nbsp; Total tahun ini naik 20%. Bila tahun lalu sekitar Rp 92 triliun, 87% nya untuk kredit UKM, sisanya korporat.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kok angka yang cukup konservatif, mengingat tahun-tahun sebelumnya, kenaikan pertumbuhan kredit&nbsp; juga berkisar di angka tersebut ?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begini. Kami tidak bisa menggenjot pertumbuhan secara kuantitatif. Terus terang, kami tidak bisa memberikan pinjaman kepada pihak yang ingin membentuk UKM (Usaha Kecil Menengah) yang dalam tahap riset atau usaha baru.&nbsp; Mungkin saja, UKM berdasarkan riset tersebut tepat secara teori tetapi ini tidak berlaku untuk bank. Bank menginginkan ada produksi riil. Kemudian dari hasil produksi tersebut memiliki daya jual. Sehingga diharapkan dari itu semua mampu menutupi dana pinjaman dan biaya produksinya.&nbsp; Contohnya, ketika pihak tertentu ingin meminjam dana untuk mengembangkan usaha gula dengan menggunakan bahan yang berasal dari bunga-bunga jenis tertentu. Jelas&nbsp; pihak bank tidak akan menyetujui karena usaha gula tersebut belum ada bukti produksi yang menjual nantinya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selama ini, masalah collateral menjadi salah satu&nbsp; penghambat bagi UMKM untuk memperoleh kredit. Benarkah ?&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masalah jaminan, dalam arti yang sebenarnya tidak ada yang memberatkan. Hanya terkadang terjadi mispersepsi tentang jaminan yang dimaksud. Seperti contoh, umumnya pebisnis UKM berusaha di rumah (home industri) dimana rumah pribadi si peminjam dijadikan tempat usaha. Maka pihak bank meminta jaminan rumah. Jaminan rumah tersebut bukan berdasarkan aspek aset pribadi melainkan aset usahanya. Ini berbeda dengan perusahaan terbatas (PT), dimana aset pribadi dan aset persahaan terpisah maka aset usanyalah yang menjadi jaminan untuk mencairkan dana peminjaman yang diajukan. Disamping memberikan kredit, kami juga beroperan sebagai&nbsp; pendamping atau penasihat usaha. BRI pun memberikan teknik management yang tepat dalam mengelola dana yang dipinjam sehingga tercapai success programe.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk mendukung UMKM, pemerintah kini membentuk semacam bantuan lembaga bantuan layanan usaha, yang dikelola oleh Departemen Teknis. Lalu bagaimana dengan BRI sendiri? Apakah adanya lembaga ini merasa diuntungkan ?&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lembaga itu dibentuk lantaran pemerintah memang ingin membantu para pebisnis UMKM, selain lewat kredit juga bantuan teknis dengan membentuk&nbsp; BLU (Bantuan Layanan Usaha). Pemerintah memberikan keringanan dengan adanya subsidi yang dikeluarkan seperti keringanan suku bunga. Bank akan melihat sebatas persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam bank itu sendiri terlepas dari faktor mampu atau tidaknya mereaka membayar pinjaman tersebut. Oleh karena itu pemerintah memiliki peranan yang sangat mendukung dalam perkembangan UKM di Indonesia. Fungsi dari BLU sendiri adalah membantu UMKM&nbsp; yang belum berkembang dengan cara membantu produksi usaha. Kemudian lembaga-lembaga tersebut membantu UKM yang belum bankable dalam bentuk teknisnya. Karena pada umumnya, bank tidak bisa mencairkan dana pinjaman kepada UKM yang belum terbukti hasil produksinya mampu menutupi dana yang nantinya akan dikeluarkan. Sekarang ini, pemerintah membentuk departement-departement yang membantu UKM tersebut untuk menghasilkan produksi. Bantuan yang ditawarkan biasanya berupa technical local. Dengan adanya kemampuan technical local tersebut menjadi landasan pengalaman tadi.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Siapa yang bertanggung jawab atas peminjaman yang dikelola oleh departement tersebut?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tentu saja menjadi tanggung jawab pemerintah. Bank hanya memberikan kemudahan untuk bobot resiko agar lebih rendah.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Kalau terjadi masalah, langkah apa yang diambil BRI?&nbsp;&nbsp;</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bila terjadi masalah antara bank dan nasabah maka masalah tersebut didiskusikan dengan “duduk” bersama. Diskusi dilakukan untuk menelaah sampai sejauhmana permasalahan tersebut dan&nbsp; mencari solusi yang tepat antara kedua belah pihak Ada delapan cara yang biasanya dilakukan BRI antara lain, meringankan suku bunga, meringankan suku bunga yang tertunggak, meringankan finalty bunga pokok yang tertunda, memberikan dana tambahan kredit khusus dan lainnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Tidak Write off ?&nbsp;&nbsp;</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya, bisa saja, kalau terjadi factor bencana alam. Bencana alam pun diklasifikasikan menjadi beberapa sub lagi. Jika terjadi bencana alam seperti Tsunami di Aceh maka BRI bisa melakukan write off.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang banyak bank-bank yang mulai melirik sector UMKM. Selain bank BUMN, bank swasta dan swasta asing pun mulai mengucurkan kreditnya ke sector ini. Apa saja yang dilakukan BRI menghadapi persaingan ini?&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begini. Pertama, BRI sudah memiliki posisi besar di pasar perbankan. Kedua, BRI mempunyai market sendiri. Ketiga, target market yang dituju BRI adalah pedesaan. Keempat, memiliki produk-produk sendiri yang berbeda dengan yang lain. Kelima, melakukan pendekatan personal (personal approach) sehingga diharapkan kedekatan memberikan loyalitas antara kedua pihak. Pendeknya, kami tetap optimistis dalam menghadapi tingkat persaingan antar perbankan khususnya di Indonesia. Saat ini, BRI memiliki 6,4 juta nasabah, dan memiliki ribuan outlet yanjg tersebar di seluruh Indonesia, serta total karyawan yang mencapai 29 ribu orang.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Tahun ini harapan apa yang ingin dicapai BRI?&nbsp;</b></div><div style="text-align: justify;">Kami ingin memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada nasabah. Oleh karena itu BRI memberikan full banking service yaitu bentuk layanan menyeluruh kepada para nasabahnya. Hingga termemori “Growing Together with clients”.</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-17687584818342566092019-06-09T16:14:00.000+07:002019-06-16T05:53:53.441+07:00Saatnya HSBC Melirik Pasar Menengah Bawah<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/HSBC_Group_Service_Center%2C_Rajagiriya.jpg/220px-HSBC_Group_Service_Center%2C_Rajagiriya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="144" data-original-width="220" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/HSBC_Group_Service_Center%2C_Rajagiriya.jpg/220px-HSBC_Group_Service_Center%2C_Rajagiriya.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saatnya HSBC Melirik Pasar Menengah Bawah</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Agunan merupakan kendala terbesar kelas menengah ke bawah ketika mengajukan pinjaman. HSBC mencoba mencarikan jalan keluarnya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seperti diketahu bahwa keberadaan segmen pasar menengah ke bawah bagi dunia perbankan, khususnya The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), memberi peluang yang sangat besar. Sebab, masyarakat di segmen ini memiliki kebutuhan yang cukup besar dibandingkan dengan segmen pasar lain, mengingat banyak kebutuhan mereka yang belum sepenuhnya terpenuhi. HSBC mencatat terdapat sekitar 20 juta nasabah yang potensial di segmen ini. Atas dasar inilah, HSBC mengembangkan Pinjaman HSBC.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Produk Pinjaman HSBC yang telah tersedia sejak tahun lalu ini, bukan merupakan produk finansial semata, melainkan lebih pada suatu brand yang merangkul nasabah dari kelas menengah ke bawah. “Pinjaman HSBC diharapkan dapat menjadi bagian dari masyarakat&nbsp; di mana para nasabah berada. Sebagai sebuah produk, Pinjaman HSBC ini telah didesain untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka,” kata Agung Laksamana, Senior Vice President Marketing Communication and Public Affairs HSBC Indonesia. Di sisi lain, dengan memberikan Pinjaman HSBC, jaringan perbankan yang di Indonesia berkantor pusat di Gedung World Trade Center, kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, ini ingin menjadi mitra tepercaya masyarakat ekonomi menengah ke bawah, khususnya yang ingin meraih kualitas hidup lebih baik. “Caranya yaitu dengan memberdayakan ekonomi dari kelompok yang disasar, melalui program pinjaman yang mudah didapat dan dijangkau dengan persyaratan yang transparan,” imbuhnya.&nbsp; Saat ini, HSBC yang hanya memberikan fasilitas kredit terhadap perseorangan baik karyawan maupun pemilik usaha (wiraswastawan), telah memberikan pinjaman kepada 40% hingga 45% wiraswastawan dan sebagian besar dari mereka merupakan pemilik usaha menengah ke bawah (UKM). “Kami memberikan suku bunga sebesar 2,25% sampai 3%, tergantung jumlah pinjaman yang diambil dan sejarah kredit dari nasabah yang mengajukan. Nasabah dapat mengambil pinjaman dan mencicil pengembaliannya dalam jangka waktu enam bulan hingga 36 bulan,” ujarnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk bisa mendapat pinjaman ini, HSBC mensyaratkan agar calon nasabah berwarga negara Indonesia, berumur 21 tahun hingga 55 tahun, dan berpenghasilan minimum Rp1,5 juta/bulan. Selain itu, calon nasabah harus melengkapi beberapa dokumen, seperti mengisi formulir aplikasi, menyerahkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan fotokopi kartu kredit berikut fotokopi tagihannya, serta slip gaji/surat keterangan dari tempatnya bekerja (untuk karyawan) atau fotokopi rekening koran/tabungan (untuk wiraswastawan). Sedangkan fasilitas kredit yang diberikan yaitu uang tunai, yang diberikan sesuai dengan jumlah yang diajukan calon nasabah dan disetujui oleh HSBC. “Batas maksimumnya Rp15 juta,” katanya. Pinjaman ini diberikan tanpa agunan, calon nasabah hanya perlu melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berapa targetnya? “HSBC ingin memberikan lebih banyak lagi fasilitas kredit kepada masyarakat. Hal ini sekaligus untuk menjawab peluang yang masih besar di pasar menengah ke bawah. Sehubungan dengan itu, HSBC juga memberi kemudahan akses dengan mendirikan cabang Pinjaman HSBC di beberapa daerah. Untuk tahun ini, Pinjaman HSBC akan mengembangkan cabangnya menjadi 70 cabang yang tersebar di Jawa dan Sumatra,” ucapnya. Nah, siapa bilang sekarang pinjam modal ke bank itu merepotkan? (Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-75642603086721152892019-06-09T16:13:00.000+07:002019-06-16T05:53:53.801+07:00BPR Syariah Bergerak Lincah<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://bprsalsalaam.co.id/main/wp-content/uploads/2015/06/tabungan-syariah-ib-amanah-bprs-al-salaam-biru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="179" data-original-width="272" src="https://bprsalsalaam.co.id/main/wp-content/uploads/2015/06/tabungan-syariah-ib-amanah-bprs-al-salaam-biru.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">BPR Syariah Bergerak Lincah</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Berbagai ketentuan pemerintah seperti modal minimum dan capital adequacy ratio yang lunak dibandingkan BPR konvensional membuat BPR Syariah lebih pesat berkembang.Salah satunya BPRS AlSalaam. Sukatna&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Awalnya BPR AlSalam didirikan untuk motif sosial semata-mata. Namun dalam perkembangannya BPR Syariah yang dimodali Rp 60 juta tersebut bisa dijadikan sumber tumpuan untuk berbagai keperluan konsumennya, termasuk di dalamnya untuk pengembangan usaha.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Para alumni Mesjid Salman ITB Bandung yang hidupnya sukses di Jakarta ingin melakukan kegiatan sosial melalui Yayasan Amal Salman, salah satu yang didirikan yayasan itu adalah BPRS AlSalam yang modalnya Rp 60 juta. Itu sebabnya sebagian besar pendiri BPR AlSalaam adalah alumni Mesjid Salman ITB,” kata Cahyo Kartiko, Direktur BPR AlSalaam, beberapa waktu lalu.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lembaga pembiayaan yang didirikan 29 Februari 1992 ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Ini bisa dilihat dari pertumbuhan asetnya. Pada tahun 2001 asetnya baru Rp 5 miliar selang empat tahun kemudian atau 2005 sudah membengkak menjadi Rp 65 miliar. Kini asetnya sudah mencapai Rp 75 miliar, jumlah pembiayaannya Rp 60 miliar. Ada 8.000.970 nasabah yang dibiayai. Sedangkan dana deposito dari 600 nasabah sekitar Rp 44 miliar. Sedang nasabah tabungan berjumlah sekitar 10 ribu orang, namun nilai tabungannya hanya Rp 2,7 miliar. Angka-angka ini menujukkan betapa kinerja AlSalaam sangat bagus.&nbsp; AlSalaam memiliki 4 kantor kas, 7 payment point dan 3 mobil kas.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perkembangan AlSalaam ini tidak terlepas dari strategi yang ditempuhnya. Di antaranya pindah haluan dari BPR konvensional ke BPR Syariah. Tetapi, meski pola pembiayaannya sudah berubah haluan tetapi segmen yang dibidik tetap sama, yakni pasar mikro, kecil, dan menengah. “Kami memberikan pembiayaan kepada usaha UKM, PNS, karyawan dan pensiunan. Penggunaan dananya sendiri bisa untuk kepentingan konsumtif, bisa untuk keperluan produktif,” papar Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut Cahyo, pihaknya membidik pembiayaan di bawah Rp 50 juta sehingga tidak head to head dengan bank umum konvensional. “Kita juga melayani pembiayaan yang kecil-kecil, seperto Rp 1 juta. Tetapi batasnya sampai Rp 1 miliar. Dari pengalaman kita yang terbesar Rp 700 juta. Itupun tidak diberikan tidak secara langsung melainkan bertahap. Misalnya, Rp 50 juta dulu, kemudian naik menjadi Rp 100 juta dan setreusnya sehingga jumlah totalnya Rp 700 juta,” sebut Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak perlu syarat yang aneh-aneh dan proses yang bertele-tele untuk bisa mendapatkan pembiayaan dari AlSalaam. “Persyaratan umum saja seperti administrasi, pemenuhan analisa pembiayaan yang 5 C (capital, cash flow, caracter dsb). Selama memenuhi persaratan kita proses,” terang Cahyo.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sementara itu pembiayaan untuk PNS dan pensiunan lebih condong ke arah kemampuan mengangsur, seperti seperberapanya dari jumlah gaji. “Kalau pengusaha kecil harus benar-benar kita analisa apakah usahanya benar-benar ada dan&nbsp; apakah kredibilitasnya terjaga selama peminjaman.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan berpindahnya jenis pembiayaan dari konvensional ke syariah, kolateral menjadi bukan pertimbangan utama dalam pemberiaan pembiayaan AlSalaam. Pemberian syariah produknya kalau tidak bagi hasil ya jual beli. “Kalau jual beli kolateralnya barang yang dibeli,” imbuh Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi untuk bagi hasil Cahyo mengakui belum sepenuhnya dilaksanakan. Tetapi secara Standar of Procedure&nbsp; (SOP) bagi hasil lebih condong ke bagaimana nasabah mengelola usahanya sehingga bisa menghasilkan keuntungan. “Dari keuntungan itulah jaminan kita. Selain kondite 5 C, jaminannya ya usaha itu sendiri.”&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena sifat kolateralnya yang demikian itu, menurut Chayo, perlu adanya pemikiran yang lebih hati-hati dan cermat. Artinya, bank sebagai pemutus pembiayaan harus bisa meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa usaha yang dibiayai menguntungkan dan tidak mengandung risiko baik bagi bank sendiri maupun bagi nasabahnya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain persyaratan yang tidak begitu njlimet, pengambilan keputusan untuk pengucuran pun tidak bertele-tele. Bahkan untuk pembiayaan yang sifatnya memang tidak berisiko daan segmen pasarnya captive seperti PNS maupun pensiunan, pembiayaan bisa satu hari cair. “Tetapi untuk nasabah umum yang membutuhkan analisa paling telat satu minggu,” janji Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mungkin yang masih membingungkan nasabah adalah bagaimana pola pembiayaan syariah. Dalam pembiayaan syariah dikenal jual beli (al-murabahah) dan bagi hasil (mudharabah). Dalam jual beli pembiayaan yang dilakukan sudah ditetapkan di muka. Misalnya nasabah ingin membeli sepeda motor yang harga tunainya Rp 12 juta. Pihak bank memeblikan motor tersebut kemudian menjualnya ke nasabah dengan harga, misalnya Rp 16 juta. Nilai itu kemudian dibagi jangka waktu pengangsuran, sehingga pengembalian nasabah bersifat fix tidak floating.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau bagi hasil dasarnya dari omset per bulan. Misalnya nasabah punya usaha penerbitan dengan omset per bulan Rp 10 juta. Setelah mendapat pembiayaan dari bank syariah omset naik menjadi Rp 20 juta. Maka bank maupun nasabah berbagi hasil yang Rp 20 juta itu. Kalau pada bulan berikutnya mengalami penurunan omset, misalnya Rp 15 juta maka yang dibagi adalah Rp 15 juta.&nbsp; “Yang dipatok adalah bagi hasilnya, misalnya 60:40, tetapi berapa rupiahnya tergantung dari hasilnya. Demikian juga ke nasabah penabung maupun deposan yang ditetapkan adalah bagi hasilnya bukan rupiahnya sehingga dari waktu ke waktu nilai rupiahnya bisa berbeda. Bulan lalu ekuivalent dengan bunga 15%. Dengan sistem ini akan sangat fair, baik bagi penabung, bank maupun pengusaha penerima dana pembiayaan,” ujar Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan berbagai keunggulannya tersebut Cahyo yakin pembiayaan syariah, demikian juga BPR AlSalaam akan mengalami perkembangan yang pesat. Meski baru beberapa tahun berkembang namun BPR Syariah memiliki beberapa kemudahan dibandingkan bank konvensional maupun BPR konvensional. Terkait pengembangan kantor, kalau di BPR konvensional terkait CAR kalau kita nggak. Modal minimum kita juga lebih rendah. Kalau konvensinal Rp 5 miliar kalau syariah ‘hanya’ Rp 2 miliar (Jakarta),” pungkas Cahyo.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Proses Pencairan Pembiayaan BPRS AlSalaam&nbsp;</b></div><div style="text-align: justify;">Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan disertai foto kopi identitas diri, kartu foto kopi kartu tanda penduduk, foto kopi kartu keluarga, foto kopi jaminan yang diberikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam permohonan pembiayaan juga harus disampaikan mengenai usahanya baik dari lokasi, riwayat usaha dan kondisi terakhirnya. Masalah keuangan, penjualan barang, pengambilan barang, foto kopi enam bulan terakhir tabungan atau giro, surat-surat bukti kepemilikan atas jaminan. Kalau motor BPKB-nya dan STNK, kalau tanah foto kopi Sertifikat Hak Milik (SHM) dan SPT terakhir.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syarat-syarat itu diajukan ke customer service atau account officer. Mereka membuat memorandum pembiayaan dan analisa ke komite kredit. Di komite kredit permohonan ini diputuskan untuk diterima atau ditolak. Kalau diterima diserahkan ke bagian legal untuk membuat legalitas atas pembiayaan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau permohonan diterima, nasabah dipanggil untuk mencairkan uang. Untuk pinjaman PNS atau pensiunan biasanya memakan proses satu hari (cair), tetapi untuk nasabah umum paling lambat satu minggu (cair).</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-20586782047163905152019-06-09T16:03:00.000+07:002019-06-16T05:53:54.162+07:00Nuke Mayasaphira - Meraup Uang Dari Media Luar Ruang<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/4/4f/Ambisi_(1973%3B_obverse%3B_wiki).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="460" data-original-width="300" height="320" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/4/4f/Ambisi_(1973%3B_obverse%3B_wiki).jpg" width="208" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nuke Mayasaphira - Meraup Uang Dari Media Luar Ruang</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Setelah menggeluti profesi model, Nuke bertekun membesarkan Nindotama Kharisma. Produknya telah mejeng&nbsp; di tempat-tempat strategis di seluruh Indonesia.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat semakin clutter-nya media iklan, kebutuhan produk untuk tampil tidak lagi cukup hanya sekadar beriklan di televisi, radio, atau koran. Banyaknya iklan yang diputar di setiap acara ber-rating tinggi malah membuat iklan tersebut jarang dilirik penonton. Dengan gampang, penonton berganti saluran, menunggu beberapa saat, lalu menekan kembali saluran sebelumnya berharap iklan sudah berlalu. Brand akan membuang biaya placement yang percuma saat iklannya tampil di tengah-tengah deretan iklan, tanpa ada yang menyaksikannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tentunya, akan lebih baik bila budget tersebut dimanfaatkan untuk upaya-upaya lain yang lebih strategis untuk membangun brand. Beberapa cara dilakukan dengan mencoba memanfaatkan media ruang luar dengan cara seunik mungkin sehingga setiap orang yang melewatinya bisa tersenyum, tertawa, dan ingat akan pesan iklan tersebut.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beriklan lewat media luar ruang tampaknya memang masih dianggap sebagai cara efektif untuk memperkenalkan sebuah produk kepada konsumen. Biasanya, perusahaan periklanan menempatkan papan reklame ukuran besar itu secara mencolok di tempat strategis, pusat bisnis atau jalan-jalan protokol yang banyak dilalui orang. Tujuannya tentu saja agar billboard tersebut mudah dan sering terlihat banyak orang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika perusahaan ingin meraih konsumen maka tak bisa diabaikan media luar ruang menjadi sarana alternatif berpromosi. Pasalnya, ukuran papan reklame yang besar yang dilengkapi gambar atau foto sangat memungkinkan media itu memiliki karakter eyecatcher.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kini, media mix tersebut lazim digunakan untuk memasarkan produk sebuah perusahaan. Peluang inilah yang dimanfaatkan Nuke Mayasaphira, mantan model Indonesia era 1970-an. Ia mendirikan perusahaan yang diberi nama PT. Nindotama Kharisma di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Dalam bisnis media luar ruang, Nindotama tergolong pelopor. Tengok saja prestasinya.&nbsp; Image Perusahaan itu membuat konstruksi single pole (satu tiang) yang pertama di Indonesia. Bukan itu saja, perusahaan itu juga membuat rotary billboard (billboard berputar) yang selanjutnya menjadi proyek percontohan di Indonesia. Tentu saja Nuke harus bekerja keras untuk mengibarkan bendera perusahaannya. Namun, bintang dalam film Si Buta dari Goa Hantu itu tetap tak menyerah dan berpegang teguh pada prinsip bekerja. “Biasanya, kendala utama bisnis ini adalah perizinan dari pemerintah daerah (pemda) setempat,” ungkap perempuan berusia 58 tahun ini. Tetapi hal tersebut tak menyurutkan niatnya untuk menggeluti bisnis media luar ruang secara serius. “Memiliki teman dari berbagai golongan sosial yang berbeda memberikan kemudahan tersendiri,” tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi, semakin banyaknya billboard dan penempatannya yang tidak teratur juga malah membuat pandangan menjadi tidak enak. Padahal media ruang luar tidak sesempit itu. Apa pun yang terlihat di sekitar, dipandu oleh kreativitas dalam mengolahnya, pasti bisa menjadi media iklan. “Karena bisnis ini menyangkut keselamatan orang, keindahan kota dan citra media luar ruang sendiri,” tandas perempuan yang memiliki 2 anak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Media luar ruang tak hanya menjadi sarana iklan, tetapi juga harus memerhatikan segi keindahan tata kota,” ucap Nuke. Atas kreatifitas tersebut Nuke meraih penghargaan dari Menparpostel dan Menkeu untuk kategori media luar ruang. Tak hanya itu, beberapa Piala Citra Mara pun menghiasi perjalanan bisnis ini. Ini pula yang menjadi pertimbangan Nuke mencari strategi dalam menarik clients-nya. Tak hanya memperhatikan aspek bisnis semata, penyandang gelar Master Business Administration tersebut pun turut mempertimbangkan keamanan. “Clients tak perlu khawatir jika billboard iklan yang dipasang rubuh sehingga memakan korban,“ ungkapnya meyakinkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk menghindari risiko atas pemasangan billboard, turut pula dipekerjakan tenaga-tenaga ahli dan profesional. Sehingga, konstruksi fondasi dapat dihitung secara tepat sesuai kepadatan tanah untuk menentukan bahan materil apa yang digunakan. Kemudian, dihitung pula besar billboard dengan luas bidang tanah agar tiang penyanggah tidak patah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana dengan prospek bisnis media luar ruang ? Nuke menjelaskan, bisnis tersebut memiliki peluang yang bagus. Baginya, selama masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi barang maka animo perusahaan untuk mempromosikan produk melalui media luar ruang tersebut pun meningkat.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam memberikan pelayanan kepada clients, ia pun tak tanggung-tanggung memberikan kemudahan dari proses kreatifitas, hingga perizinan kontrak pemasangan iklan. “Kontrak yang disepakati biasanya selama satu hingga dua tahun ke depan,”. Sedangkan lamanya proses yang dibutuhkan untuk menangani permintaan adalah 45 hari.Kini perusahaan yang bergerak di bidang jasa ini telah memiliki titik lokasi bisnis di sejumlah wilayah Indonesia kecuali Ambon dan Irian. “Sekarang ini jumlah karyawan yang tergabung di perusahaan saya sebanyak 150 orang termasuk part time,” Nuke mengakhiri pembicaraan. (Fisamawati )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-89336012538335061322019-06-09T16:01:00.000+07:002019-06-16T05:53:54.524+07:00Feni Rose Bermodal Tekad dan Nekad<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2a/Feni_Rose.jpg/220px-Feni_Rose.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="293" data-original-width="220" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2a/Feni_Rose.jpg/220px-Feni_Rose.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Feni Rose Bermodal Tekad dan Nekad</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Nama tenar bukan suatu jaminan bisa menggelindingkan bisnis dengan mulus. Feni Rose pun harus berjuang keras untuk membesarkan bisnis yang ia dirikan bersama partnernya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernahkah Anda menonton tayangan Silet atau Bedah Bisnis Rhenald Kasali yang ditayangkan oleh dua stasiun televisi swasta nasional yang berbeda? Bila ya, Anda tentu juga ingat dengan sosok menarik yang ada di sana yaitu Feni Rose. Sama halnya dengan para selebriti Indonesia, wanita cantik kelahiran November 1973 ini pun terjun ke bisnis, tepatnya pada pertengahan 2003.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Tahun 2000, saya bekerja di sebuah advertising agency sebagai tenaga marketing. Karena di sini saya juga harus menjual program televisi (TV), sedikit banyak saya paham mengenai produksi dan pemasaran program TV. Bukan cuma itu, saya juga bertemu dengan Enkito Herman yang kemudian menjadi suami saya. Kebetulan, dia sudah malang melintang dalam dunia production house (PH). Kami pikir, asyik juga bila kami bisa menjual ide-ide program TV ke berbagai stasiun TV, apalagi kalau bisa sekalian memproduksi sendiri,” kata ibu dari sepasang dara, Gianirma Gavrila dan Audi Kirana ini, tentang alasannya terjun ke bisnis PH.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ternyata urusan ketemu jodoh bukan hanya urusan dua manusia, melainkan juga dalam hal ide. Tahun 2002, Hilbram Dunar, presenter yang juga teman dekan Feni, melontarkan ide dan niat yang sama yaitu membangun sebuah PH, sebagai “kendaraan” untuk menyalurkan ide-ide mereka. “Akhirnya, kami bertiga plus seorang partner bergabung dan mendirikan Light’s on Production. PH kami ini berada di bawah bendera PT Purbaya Kreasi Cemerlang,” jelasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Modalnya? “Wah, malu ya menyebut angka. Yang jelas, tidak sebesar dan seglamour yang dibayangkan orang. Saya rogoh dari kocek saya sendiri, sedikit demi sedikit tapi dengan doa yang banyak. Tidak ada yang namanya cukong-cukongan, apalagi bisnis fasilitas. Besarnya sumbangan modal juga disesuaikan dengan besarnya kepemilikan saham. Investasi alat juga baru dilakukan setelah kami mempunyai pemasukan dari program TV yang berhasil kami jual. Sebelumnya, kami menyewa atau bekerja sama dengan pihak lain. Boleh dikata, modal terbesar cuma tekad dan nekad, serta hubungan baik dengan banyak pihak,” kata sarjana antropologi Universitas Indonesia ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk mempertahankan bisnis yang telah melahirkan tayangan Hitam Putih Selebriti (infotainment), Mata Selebriti (infotainment), Kualat (sinetron religi), Di Balik Kebesaran Allah (sinerton berdasarkan kisah nyata), dan Jangan Dipikirin (reality show) yang semuanya tayang di Lativi, serta Komeng Anak Maknya (sinetron komedi, belum tayang), Feni mengacu pada pendapat para pakar bahwa bisnis itu harus unik. “Selain itu, mengenal kekuatan kami dan membuatnya lebih tajam, agar dapat menjadi nilai jual yang tinggi. Selebihnya, membina hubungan baik dengan klien,” ujar perempuan yang hanya bekerja paruh waktu di Light’s on Production ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">PH, ia melanjutkan, membutuhkan masukan-masukan atau ide-ide kreatif. Karena itu, juga harus membuka pintu lebar-lebar bagi pihak-pihak yang memiliki ide segar dan orisional. “Membaca peta posisi bisnis PH itu sendiri dari waktu ke waktu juga penting, supaya kami bisa melihat peluang-peluang lain, di samping menjual program TV ke berbagai stasiun TV swasta nasional,” ucap mantan public relations Ikatan Motor Indonesia ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, Feni tidak menampik bahwa profesinya sebagai presenter berbagai acara televisi sehingga wajahnya “beredar” di mana-mana, sedikit banyak membantu memudahkan orang untuk mengenalnya dan juga PH-nya. “Berarti, kredibilitas saya juga menjadi taruhan untuk memberikan hasil terbaik dan tepercaya bagi klien. Tapi, tidak serta merta memudahkan lho, sebab banyak faktor lain yang juga turut menentukan keberhasilan bisnis ini,” ucap wanita yang memasarkan dan mempromosikan PH-nya dengan langsung mendatangi klien dan melalui website.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya, presenter sekaligus MC (Master of Ceremony) sekaliber Feni Rose pun, ternyata harus menemui kendala bisnis. “Kami membutuhkan dana yang besar, sehingga kami harus kreatif dan putar otak agar pembiayaan-pembiayaan bisa efisien, tanpa mengurangi kualitas,” kata perempuan yang pernah meraih MUI Award Program Dokudrama (Di Balik Kebesaran Allah: Jhony Indo 2005). Selain itu, empat sekawan ini juga rajin mencari investor yang memiliki hasrat dan kepercayaan, untuk menanamkan uang mereka di bisnis ini. Tapi, tidak berarti bisnis ini pernah mengalami kegagalan. “Tepatnya, saya nggak tahu apakah saya gagal atau tidak, karena saya sedang menjalani bisnis ini. Bagi saya, gagal itu hanya kalau saya sudah menyerah,” tegasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apa sih tujuan Anda berbisnis? “Nyari untung!”. Tapi, untung itu tidak selalu berwujud materi tetapi juga pengalaman, pengetahuan, kebijaksanaan, ketahanan mental, ujian moral, pembangunan karakter, dan kekayaan batin. Bisa membangun kerja sama dengan banyak pihak, terutama mereka yang bahu membahu bekerja sama dengan kami, merupakan pengalaman hidup yang menarik,” kata Feni yang bersama tiga partnernya akan terus memasarkan produknya hingga ke luar negeri dan melakukan pembenahan ke dalam, terutama dalam SDM dan SDU (Sumber Daya Uang). (Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-27141416741385603952019-06-09T16:00:00.000+07:002019-06-16T05:53:54.886+07:00Hengky Kurniawan, Berinvestasi Untuk Masa Depan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-STyIWn_cCd0/V0ePt8-pNlI/AAAAAAAAT1o/QdHcY3RRryArlvvo_sXViUO0hofR8sWMgCLcB/s1600/Foto%2BHengky%2BKurniawan.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="373" data-original-width="673" height="177" src="https://4.bp.blogspot.com/-STyIWn_cCd0/V0ePt8-pNlI/AAAAAAAAT1o/QdHcY3RRryArlvvo_sXViUO0hofR8sWMgCLcB/s320/Foto%2BHengky%2BKurniawan.PNG" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hengky Kurniawan, Berinvestasi Untuk Masa Depan</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Hengky Kurniawan tidak menghamburkan begitu saja honor yang diperoleh selama menekuni dunia entertainment. Ia menginvestasikannya untuk bekal masa depan. Fisamawati</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menyadari gemerlap popularitas seorang entertainer suatu saat akan surut, memotivasi bintang film Buruan Cium Gue, Hengky Kurniawan Chova untuk menginvestasikan pendapatannya di bisnis Event Organizer (EO).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keinginannya untuk terjun ke dunia bisnis bermodalkan hasil pendapatannya selama berkecimpung di dunia seni peran. “Aku lebih baik mempersiapkan diri untuk masa depan dibanding harus senang-senang yang melebihi batas,” ungkap aktor yang akrab disapa Hengky ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Aku tidak sekedar menginvestasikan uang lalu menikmati bunganya. Investasi tersebut harus berputar dan berkembang. Karena itu, aku mewujudkan dengan membuka event organizer,” tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berlatar belakang sebagai seorang entertainer, pria kelahiran Blitar, 21 Oktober 1982 ini mengaku, statusnya sebagai artis mampu memberikan nilai tambah untuk kelangsungan bisnisnya. Berada di ruang lingkup yang strategis, bisnis EO yang digelutinya pun tak jarang mengundang rekan-rekannya dari kalangan artis pula. “Kebetulan aku kenal banyak teman artis. Alhamdullilah semuanya berjalan lancar,” kata mantan pacar Kiki Amalia tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia pun menambahkan, dengan adanya unsur pertemanan dalam keterlibatan bisnisnya, baik sebagai pengguna jasa maupun pengisi acara dari teman artisnya menjadi kunci kemudahan tersendiri dalam negosiasi harga dan sebagainya. Namun, terkadang justru harga pertemanan juga memberikan sedikit kendala untuk kelancaran bisnisnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bisnis yang dibangun dua tahun silam ini pun tak serta-merta membuatnya meninggalkan dunia seni peran. Dengan pengaturan waktu yang fleksibel antara waktu shooting dan aktifitas kerja, ia mengaku tak kesulitan. “Aku bisa melakukan dua aktifitas, kalau bisnis EO kan tidak harus setiap hari,” aku Hengky yang berasumsi bisnis EO memiliki prospek cerah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Disinggung mengenai rencana ke depan, pria yang memiliki tinggi badan 176 cm tersebut memaparkan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah produksi. Tetapi ia belum bisa memaparkan lebih detail. Sebab, keinginannya ini berdasarkan pada kepuasan semata. Namun, ia pun tetap berharap, suatu hari mampu memposisikan diri di belakang layar dengan karyanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Aku lebih mengejar keinginanku dulu, jadi belum memperhitungkan untung ruginya. Aku baru akan menekuninya lagi kalau bisnis tersebut sudah berkembang,” ungkapnya yang bercita-cita menjadi sutradara dan produser.</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-38276780628301023512019-06-09T15:58:00.000+07:002019-06-16T05:53:55.248+07:00Pondok Layung, Rekreasi Sambil Masak Sendiri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://pix10.agoda.net/hotelImages/393/393917/393917_14021712300018356897.jpg?s=1024x768" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="240" src="https://pix10.agoda.net/hotelImages/393/393917/393917_14021712300018356897.jpg?s=1024x768" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pondok Layung, Rekreasi Sambil Masak Sendiri</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Berbeda dengan pengelola vila-vila lain, Pondok Layung menyediakan peralatan masak sendiri, sehingga suasana rekreasi tidak mengabaikan kehangatan makan bersama keluarga.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ke mana Anda akan menginap bila berlibur ke Pantai Anyer? Vila atau Hotel? Pertanyaan semacam ini sering dialami oleh mereka, yang berpiknik ke tempat berlibur favorit orang-orang Jakarta ini. Nah, untuk mengatasi kondisi yang kadangkala membingungkan ini, Pondok Layung Resort sekaligus menyediakan vila dan hotel.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Resort yang berdiri sejak 1990-an ini memiliki 20 kamar hotel (salah satunya suite room, red.). Kamar-kamar ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu upper ground, ground, dan suite dengan tarif Rp700 ribu hingga Rp800 ribu.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di samping itu, di sini juga tersedia 12 vila yang diberi nama Panglayungan. Vila-vila ini terbagi menjadi vila dengan dua kamar, tiga kamar, dan studio style apartment yang masing-masing bertarif Rp1,2 juta sampai Rp3 juta. Baik kamar dalam hotel maupun vila dilengkapi dengan kamar mandi berikut shower dan water heater, minibar, individual split air conditioning, personal refrigerator (untuk kamar hotel), family sized refrigerator (untuk vila), bottled water, telepon, portable cooker (untuk vila), serta TV satelite.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Tersedianya peralatan memasak standar di setiap vila, sehingga tamu bisa memasak sendiri makanan mereka atau mengadakan barbeque, merupakan ciri khas kami yang boleh dikata tidak dijumpai di vila-vila lain,” kata Fazar Maulana, Direktur Pondok Layung Resort.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kelebihan Pondok Layung Resort yang juga dilengkapi dengan meeting room, kolam renang, restoran, children play ground, beach mart, dan outbound park bukan sebatas itu saja, melainkan juga lokasinya yaitu pantai dengan pasir lembut dan tidak berkarang. “Tidak semua pantai di Anyer itu bagus, mungkin hanya 1,5 km dari garis pantai yang bagus, selebihnya berupa karang,” jelasnya. Selain itu, Pondok Layung Resort juga menyediakan event management yang bertugas mengelola event atau kegiatan para tamu yang 70%-nya berasal dari kalangan corporate atau institusi tersebut. “Tujuannya yaitu agar klien kami tidak kesulitan atau kerepotan kalau akan mengadakan outing, training, seminar, gathering, dan sebagainya. Event management kami akan meng-organize kegiatan mereka mulai dari transportasi, akomodasi, trainer, dan lain-lain. Semua pengurusan atau pengelolaan ini free, tidak ada tambahan biaya apa pun lagi kecuali untuk transpor dan tamu (pembicara, penghibur, trainer, red.) yang diundang,” lanjutnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pondok Layung Resort, Fazar menambahkan, yang berprinsip tidak bermain di harga tetapi menjual kenyamanan, juga akan memberi diskon 20% hingga 40% pada event-event tertentu. Nah, tunggu apa lagi? Selamat berlibur. (Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-64104698558982012212019-06-09T15:56:00.000+07:002019-06-16T05:53:55.611+07:00Metode Pendidikan SAEC teruji dengan Prestasi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://www.finansialku.com/wp-content/uploads/2018/06/Waralaba-Pendidikan-03-Finansialku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="337" data-original-width="500" height="215" src="https://www.finansialku.com/wp-content/uploads/2018/06/Waralaba-Pendidikan-03-Finansialku.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Metode Pendidikan SAEC teruji dengan Prestasi</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Kemampuan untuk menguasai beberapa bahasa asing, selain bahasa ibu, membuat orang tua berlomba-lomba untuk mengkursuskan anaknya sedini mungkin. Hal ini tentu saja membuka peluang bisnis baru bagi para pengusaha yang mencintai dunia pendidikan. Lembaga pendidikan maupun tempat kursus terus bertumbuh, seperti cendawan di musin penghujan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Para pakar dan praktisi pendidikan terus bereksplorasi untuk menemukan berbagai metode yang bisa membuat anak lebih cepat memahami bahasa asing. Dalam kondisi yang booming ini, Saint Anna Education Centre (SAEC) tak ketinggalan mengambil peran. Bahkan SAEC yang didirikan Anna ini sudah jauh lebih dahulu memfokuskan diri kepada layanan fasilitas pendidikan berbasiskan one stop learning center, ketimbang lembaga-lembaga kursus atau pendidikan yang baru muncul belakangan ini. Ibarat rangkain kereta api, SAEC termasuk salah satu lokomotifnya, bukan rangkaian gerbongnya. Atas dasar rasa cintanya kepada dunia pendidikan Anna mendirikan SAEC sejak 10 tahun silam, tepatnya 1996.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dunia pendidikan juga bukan dunia baru bagi Anna. Sejak usia 15 tahun Anna telah memberikan kursus privat bagi anak-anak ekspatriat, terutama yang berasal dari Korea. Sehingga, bisa dibilang Anna sudah katam dalam dunia pendidikan anak-anak. Apalagi profesinya juga seorang pendidik di SMU Santo Yosep.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari pengalaman demi pengalaman yang ia dapatkan ini menjadikan Anna paham betul karakter anak-anak mulai dari Pre school, Elementary School hingga tingkat lanjutan. Dan menurutnya hal ini merupakan bekal yang tak ternilai dalam pengembangan kursusnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anna menyadari bisnis pendidikan anak ini sudah menjamur. Toh, menurutnya, konsep pendidikan yang ditawarkan SAEC&nbsp; bisa jadi berbeda. Dalam hemat Anna, setidaknya ada tiga hal yang membedakan SAEC de-ngan lembaga pendidikan lainnya. Sistem pendidikan di SAEC, kata Anna,&nbsp; lebih&nbsp; terintegrasi. Artinya, belajar Bahasa Inggris di SAEC bukan hanya belajar grammar, vocabulary, dan bukan hanya belajar berbicara.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anna meramu dan memberikan porsi yang sama untuk semua kete-rampilan itu sehingga hasilnya bisa dirasakan oleh siswa. Tanpa bermaksud jumawa, Anna mengatakan siswa yang kursus di SAEC memiliki keunggulan di sekolahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Meski sebagai pemain baru dalam bisnis waralaba pendidikan, namun Anna tidak main-main dalam pengembangan bisnisnya.&nbsp; “Kami serius menggarap pasar ini,” tegasnya. Ketegasan Anna, bukan hanya pernyataan eksplisit saja, tetapi juga dibuktikan dengan langkah-langkah konkrit.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Banyak ahli yang terlibat dalam pengembangan bisnisnya ini. Ia menggandeng konsultan desain interior dan eksterior untuk menangani hal hal yang berkaitan dengan desain secara universal dan konsultan produk. Ia juga menggandeng brandmaker yang merupakan communication expert untuk menangani hal-hal yang spesifik. Sedangkan untuk mengembangkan waralabanya ia mempunyai konsultan waralaba. Anna menyadari investasi yang dibenamkannya tidak sedikit. Namun ia optimistis, dengan adanya para ahli di bidangnya yang saling bergandeng tangan, SAEC bisa berkembang pesat dan ke depan bisa mensejajari lembaga pendidikan sejenis yang lebih dulu eksis.</div><div style="text-align: justify;">Apalagi, SAEC memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa yang ekonominya menengah kebawah, yang dalam masyarakat kita komposisinya paling banyak. “Kami memberikan kesempatan bagi siswa yang golongan ekonominya ke bawah memperoleh&nbsp; pendidikan tambahan di luar bangku sekolah, dengan kua-litas pendidikan yang sama baiknya dengan apa yang diperoleh siswa dari golongan ekonomi mapan,” janji Anna.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan kebijakan ini, pada sisi sosial, tentu saja SAEC ikut berkiprah dalam membentuk karakter bangsa yang berwawasan internasional. Sedangkan dari sisi bisnis, tentu lebih memberikan peluang karena selain pasarnya terentang luas, paket yang ditawarkan tidak begitu mahal.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bicara investasi,a da beberapa paket yang ditawarkan, yakni paket Rp. 50 juta, Rp. 80 juta dn Rp. 100 juta. Menurut pengalaman salah satu franchisee-nya, Ana menyebut BEP bisa diperoleh dalam waktu 14 bulan. "BEP tercapai jika kita memiliki 150 siswa," terangnya.(Tatang Muhtadi dan Sukatna)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-87037828371690593652019-06-09T15:53:00.000+07:002019-06-16T05:53:56.007+07:00Hobby membawanya jadi Pebisnis<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-6gw_Qe8MGsI/UzKF_heBaNI/AAAAAAAAAYI/e3JAX_URiTU/s1600/Sungai+Citarik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-6gw_Qe8MGsI/UzKF_heBaNI/AAAAAAAAAYI/e3JAX_URiTU/s1600/Sungai+Citarik.jpg" data-original-height="284" data-original-width="420" height="216" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hobby membawanya jadi Pebisnis</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Keliaran alam sebenarnya berkah Tuhan yang bisa dikelola menjadi ladang bisnis asalkan ada pengetahuan dan pengalaman panjang yang merupakan modal utama. Sungai yang masih perawan dan memiliki arus deras seperti Sungai Citarik di Sukabumi, misalnya, ternyata&nbsp; bisa dikelola menjadi ladang bisnis yang menarik.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Arus yang deras, kelokan yang tajam, dalamnya sungai bahkan tingginya gunung tak menyurutkan nyali seorang wanita bernama Amelia Yunita, untuk mengubah berkah alam itu menjadi sebuah bisnis yang menantang.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuni, demikian wanita ini disapa akrab, bersama suaminya mendirikan bisnis arung jeram dengan bendera PT. Lintas Jeram Nusantara. Selaku CEO dan bertanggung jawab dalam operasional sehari-hari perusahaan ini yang berlokasi di sungai Citarik, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat ini, terlihat agresif dalam pemasarannya. Lintas Jeram Nusantara yang didirikannya,&nbsp; merupakan operator arung jeram secara prosedur sudah mengikuti kaidah yang dipersyaratkan sebagai pengelola wisata yang mengandung risiko tersebut.&nbsp; Jasa yang ditawarkannya sangat menarik dan mampu memacu adrenalin para pesertanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuni tak main-main untuk mempersiapkan bisnis arung jeramnya. Dia telah melakukan survey ke AS dan Afrika untuk melakukan study banding&nbsp; tentang bagaimana mengelola bisnis arung jeram ini.&nbsp; “Dan, yang terpenting, ialah bagaimana mengemas dan menjual wisata arung jeramnya dengan tingkat keamanan sangat tinggi,” katanya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah pulang ke Indonesia, Yuni kepincut dengan sungai citarik yang berlokasi di Sukabumi. Keunggulan Sungai Citarik dibanding sungai lainnya adalah,&nbsp; ini selain entry pointnya mudah, sungai ini juga memiliki panorama alam yang unik.&nbsp; “Sungai Citarik&nbsp; bukan termasuk dalam kategori yang membahayakan untuk obyek wisata arung jeram,” papar Yuni.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuni sadar bisnis wisata arung jeram&nbsp; yang mulai dipopulerkan di Indonesia pada pada 1987 lalu,&nbsp; belumlah semenarik seperti sekarang. Yang dia tahu,&nbsp; komunitas pecinta arung jeram umumnya adalah turis mancanegara. Pada 1992, Yuni sudah membuka usahanya dengan nama Tropical Adventure dan&nbsp; lalu pada 1995 terbentuklah PT. Lintas Jeram Nusantara.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut Yuni visi misi didirikannya Lintas Jeram Nusantara ini adalah, sebagai tempat yang bisa mensinergikan berbagai manfaat natara yang satu dengan yang lainnya. Bagi warga sekitar Sungai Citarik, dengan dijadikannya tempat wisata tersebut, secara ekonomi akan lebih menguntungkan. Dan, bagi orang kota, tempat tersebut sebagai alternative untuk wisata. Dan, bagi pemodal sebagai operator bisnis ini, tempat tersebut merupakan sebuah lahan bisnis baru untuk menangguk fulus.&nbsp; Tempat wisata tersebut akan lebih menguntungkan&nbsp; bila didukung warga sekitar.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Arus Liar</b></div><div style="text-align: justify;">Bagi turis yang gemar memompa adrenalinnya, Lintas Jeram Nusantara adalah tempatnya. Tempat itu sangat menarik dan menantang ketimbang obyek wisata lainnya. “Saya merasa tergerak, kenapa di AS dan Afrika bisa, sementara kita tidak?”kenang Yuni.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam perjalanan bisnisnya selama 11 tahun menjadi operator,&nbsp; “Alhamdullilah belum pernah terjadi banjir bandang dan dengan tingkat kecelakaan nol,” kata Yuni. Dan, angka kecelakaan yang nyari nol serta animo masyarakat yang besar, menjadikan&nbsp; bisnis ini mampu bertahan hingga sekarang.&nbsp; Di samping itu,&nbsp; inovasi yang dilakukan lewat jasa-jasa paket wisatanya, menjadikan turis terus saja berdatangan ke sini. “Saat ini lintas jeram nusantara bukan hanya menawarkan arung jeram, namun ada 11 paket wisata yang ditawarkan mulai dari paket keluarga hingga paket terbaru yakni experiental adventure atau paket untuk korporat.” Saat ini pengunjung yang datang ke Citarik , lebih banyak turis lokal ketimbang turis mancanegara.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuni mengaku, investasi yang ditanamkan tidak terlalu besar. Selain uang pribadi, dia juga meminjam uang di bank.&nbsp; Investasi yang terbesar adalah membeli perahu karet dan fasilitas-fasilitas bangunan/cottage. Perahu karetnya sendiri di import dari New Zealand saat kurs US$ belum tinggi seperti sekarang ini. Menurut Yuni paket-paket wisata yang ditawarkan tidak terlalu mahal. Yang penting adalah&nbsp; bagaimana “costumer” bisa enjoy, nyaman dan aman.&nbsp; Oleh karena itu Yuni mengklaim bahwa hanya di Lintas Jeram Nusantara saja yang merupakan satu-satunya operator arung jeram yang mempunyai “early warning system”, suatu peringatan&nbsp; kalau tiba-tiba terjadi peningkatan debit air.&nbsp; “Alat ini akan bekerja ketika air di hulu sungai tiba-tiba naik dan akan terkoneksikan ke radio komunikasi pemandu yang ada, “kata Yuni. “Jadi kami benar-benar mengutamakan kenyamanan para “Costumer”,” Untuk itupun Lintas Jeram Nusantara berani memakai tag line usahanya dengan “safety is us”.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, tambah Yuni, fasilitas-fasilitas yang dimiliki cukup komplit. Selain pemandu yang sudah berpengalaman, team rescue dan team medis,&nbsp; penginapan berupa saung-saung yang sangat menarik dan artistik, off road lintas hutan, paint ball, rafting dan experiential education dll.&nbsp; Tertarik? Ayo uji nyali dan picu&nbsp; &nbsp;adrenalin Anda? (Tatang Muhtadi )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]2tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-31041243106066131962019-06-09T15:49:00.000+07:002019-06-16T05:53:56.371+07:00Teh Chin Chau Mediabetea: Ibarat Akar Gantung bagi Penderita Diabetes<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://ecs5.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2011/1/27/302462/302462_137289c2-29e1-11e0-b6fc-6873896bfc68.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="214" data-original-width="300" src="https://ecs5.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2011/1/27/302462/302462_137289c2-29e1-11e0-b6fc-6873896bfc68.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teh Chin Chau Mediabetea: Ibarat Akar Gantung bagi Penderita Diabetes</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">“Teh Chin Chau Mediabetea berkhasiat membantu menormalkan fungsi pankreas penderita DM dengan menggantikan sel-sel yang telah mati dengan sel-sel baru”.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada perumpamaan, bagi orang yang hanyut sebatang rumput pun akan dijadikan pegangan. Padahal dalam keadaan normal ia sadar bahwa itu tidak bakalan mungkin dapat menyelamatkan dirinya. Intinya dalam keadaan terpaksa dan putus asa orang akan melakukan apa pun asal bisa selamat. Terlebih bagi pengidap penyakit ganas yang belum ditemukan cara penyembuhannya secara medis, makan batu sekalipun asal sembuh, pasti dilakukan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu pula yang dialami Bp. Wisbert, puncak penderitaannya ketika mendapat vonis harus melakukan amputasi tangan yang busuk bernanah akibat penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang diidapnya tidak kunjung sembuh. Segala daya-upaya yang telah ia jalani seakan sia-sia. Dalam pikirannya, bila jadi diamputasi apalagi yang masih tersisa di dirinya. Penglihatannya telah rabun digerogoti katarak, paru-parunya dirongrong penyakit TBC yang datang menyerang. Serasa belum lengkap, gula darah yang tidak terkontrol akibat sudah tiga bulan tidak kuat menebus obat seolah membuat dunianya nyaris runtuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seperti dituturkan, hal itu terjadi sudah genap 6 tahun lalu sejak ia mengetahui menderita penyakit DM, yaitu pada usianya yang ke-43 tahun. Karena sudah mencapai stadium akut sehingga gula darahnya meningkat hingga di atas 400 bahkan pernah di atas 600, jelas-jelas jauh di atas batas normal. Sedangkan ia tidak dapat rutin melakukan terapi&nbsp; &nbsp;karena setelah jatuh sakit praktis usahanya mati total. “Untuk berobat saya dibantu oleh saudara-saudara, teman dan bekas majikan,” kisahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maka selain menjalani pengobatan secara medis, upaya-upaya penyembuhan alternatif dilakukan dengan harapan memperoleh kesembuhan.&nbsp; Apa pun perkataan atau nasihat orang lain pernah dicoba dituruti, termasuk meminum bermacam-mcam ramuan jamu. “Saya bahkan pernah makan buah mahoni yang pahitnya minta ampun,” ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beruntung salah seorang temannya memberikan alamat Darwin Kiro K. C. Med, yang dikenal sebagai peracik ramuan obat penyembuh penyakit DM teh Chin Chau Mediabetea. “Untuk penyebuhan, selama 4 bulan pertama saya dianjurkan minum teh Mediabetea tersebut 2 sachet per hari. Selanjutnya 4 bulan berikutnya masih diharuskan mengkonsumsi satu sachet setiap hari,” akunya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hasilnya sungguh menakjubkan, satu setengah bulan setelah dicoba, gula darahnya&nbsp; turun menjadi 320. Dua bulan setengah kemudian, setelah diperiksa kembali turun dan tinggal 200. Sekarang ini ia sedang menjalani terapi lanjutan, rutin mengkonsumsi teh Chin Chau satu sachet per hari. Harapan yang pernah pupus kini bangkit lagi. Terbukti setelah sempat mengalami kelumpuhan, kini rasa esemutan di tangan dan kakinya mulai jauh berkurang. Di samping berat badan bertambah, keluhan pada penglihatannya, dikatakannya sudah membaik. Bahkan saat ini ia sudah dapat menjalankan usaha dagang di jalan A. Yani, Jakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penyakit DM seperti dikata orang betul-betul menjadi momok menakutkan. Seperti ingin membunuh korbannya perlahan-lahan, penyakit ini tidak langsung menyerang penderita. Pertama-tama akan menyerang kelenjar pankreas, sedangkan penyakit mata katarak adalah awalnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Apabila sudah terjadi komplikasi ke Organ Ginjal, gejala selanjutnya penderita akan sering buang air kecil, menyerang Lever, mata kabur, dan gangguan. Dikarenakan Diabetes ini termasuk penyakit panas dalam. penderita akan merasa haus terus-terusan. Organ Pankreas bekerja terlalu keras untuk memproduksi Hormon Insulin sehingga sel–selnya bengkak, sakit, lalu mati. Beragam penyakit mengekor dibelakangnya, seperti sakit pinggang, kaki,lutut, ngilu lemas, kaki bengkak, kencing protein, impoten, gagal ginjal sehingga harus terus cuci darah, dan darah tinggi,” jelas Darwin yang dianugerahi Bachelor of Chinese Medicine oleh Research of Oriental Medicine di negeri Singa.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jamu godog teh Chin Chau racikan Darwin dikatakan berkhasiat membantu menormalkan fungsi pankreas penderita DM dengan menggantikan sel-sel yang telah mati dengan sel-sel baru sehingga dapat memproduksi hormone insulin. “Jika Hormon insulin dapat diproduksi maka secara otomatis gula darah akan turun,” jelasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Telah banyak pengakuan yang diberikan kepada peraih Entrepreneur Agribusiness Award 2005 dan Indonesian Best Executive Award 2005 ini. Maka sebagaimana ia sinyalir selama ini, bahwa pola makan kurang sehat, kurang olah raga, konsumsi obat-obatan kimia yang berlebihan menyebabkan timbunan racun dalam tubuh sehingga rawan terhadap timbulnya berbagai penyakit. Maka sudah saatnya bagi masyarakat agar mencoba kembali ke alam, termasuk dalam hal pengobatan menggunakan bahan-bahan alami yang tanpa efek sampingan. Salah-satunya teh Chin Chau yang diibaratkan seperti akar gantung bagi pengidap DM. (Sukatna)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-83444800019649258072019-06-09T15:47:00.000+07:002019-06-16T05:53:56.733+07:00Solvent Laws : Aplikasi Luas dan Kualitas Terjamin<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://vignette.wikia.nocookie.net/logopedia/images/d/df/AkzoNobel_Logo.svg/revision/latest/scale-to-width-down/300?cb=20180312051111" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="173" data-original-width="300" src="https://vignette.wikia.nocookie.net/logopedia/images/d/df/AkzoNobel_Logo.svg/revision/latest/scale-to-width-down/300?cb=20180312051111" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Solvent Laws : Aplikasi Luas dan Kualitas Terjamin</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">LAWS (Low Aromatic White Spirits) atau di dunia perdagangan internasional dikenal juga dengan nama seperti White spirits, Stoddard Solvent, merupakan bahan pelarut golongan hidrokarbon (minyak bumi). Senyawa yang membentuk solvent ini adalah gabungan antara paraffins, cycloparaffins dan hidrokarbon aromatics.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesuai dengan karakteristik senyawa pembentuknya, maka sifat paling menonjol dari produk ini adalah kisaran/titik didihnya (boiling range) antara 1040C-2450C, KBV (Kauri Buthanol Value) 35-40 (Karakteristik KBV diperlukan untuk mengetahui kadar solvency atau daya larut dari produk LAWS), Aniline Point 50-70 dan aromatics content 17,5%. Adapun LAWS ini berwarna jernih, stabil dan tidak menimbulkan korosi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">LAWS digunakan sebagai :</div><div style="text-align: justify;">1.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Solvent atau diluent (pengencer) thinner untuk cat dan varnish;</div><div style="text-align: justify;">2.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Pengering cat (paint driers);</div><div style="text-align: justify;">3.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Pewarna tinta cetak (print link); pengeluaran devisa melalui impor produk.</div><div style="text-align: justify;">4.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Bahan isian (filler) untuk insektisida (seperti obat anti nyamuk cair);</div><div style="text-align: justify;">5.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Bahan pemoles dan pembersih pada furniture, sepatu dan lantai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">PT. Pertamina (persero) memproduksi tiga jenis LAWS, yang dihasilkan dari kilang UP-III Plaju LAWS-2 dengan kapasitas produksi 7200 ton per tahun, LAWS-3 (Pertasol CB) dan LAWS-4 (Pertasol CC) dihasilkan dari kilang Cepu dengan kapasitas produksi 4.650 ton dan 1.600 ton per tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Solvent produksi Pertamina ini sudah melalui uji mutu yang ketat. Spesifikasinya pun telah memnuhi kebutuhan end-user industry, sehingga dapat disejajarkan dengan produk sejenis ex-impor. Industri-industri besar di dalam negeri yang telah menggunakan LAWS tersebut diatas, diantaranya produsen cat PT. Avia Paints, PT. Tunggal Jaya indah, PT. Padric Jaya Chemicals (industri resin), dan PT. Nupter Raun Resins (Akzonobel).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seiring dengan semakin ketatnya regulasi mengenai lingkungan, Pertamina juga terus berupaya mengupdate teknologi prosesnya agar solvent yang dihasilkan ramah lingkungan dengan kandungan impurities memenuhi ambang batas yang telah ditetapkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, hampir semua kilang dan juga laboratorium penelitian Pertamina telah menerapkan Sistem manajemen Mutu ISO-14000 tentang lingkungan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keunggulan lainnya dari produk Pertamina adalah distribusi yang tersebar luas di seluruh Indonesia baik melalui jaringan sendiri, yaitu UPms (Unit Pemasaran) maupun agen-agen penjualan resmi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yang tak kalah pentingnya juga adalah jaminan suplai (security of supply) jangka panjang. Bagi pelaku usaha hal ini perlu karena menyangkut kontinuitas produksi. Untuk produk Pertamina, jaminan tersebut tak perlu diragukan karena kilang yang solvent banyak, sehingga dapat saling mensubtitusi. Untuk LAWS, misalnya, ada pilihan Kilang Plaju di Sumatera dan kilang Cepu di Jawa Tengah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal yang patut jadi pertimbangan adalah LAWS Pertamina merupakan produk buatan dalam negeri. Ini bisa diterjemahkan dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi, harga buatan dalam negeri tentu lebih kompetitif dibanding impor karena tidak dibebani biaya tambahan, seperti bea masuk yang dikenakan pada produk impor. Ongkos angkut juga lebih murah karena jaraknya relative dekat. Dengan menggunakan produk lokal berarti kita sudah ikut pula menggalakkan industri dalam negeri dan mengurangi pengeluaran devisa melalui impor produk.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Minarex : Processing Oil untuk Industri Karet dan Tinta Cetak</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Industri dalam negeri membutuhkan bermacam-macam jenis minyak proses (Processing oil) untuk pembuatan ban, industri barang jadi karet (tali kipas, suku cadang kendaraan). Selain itu, processing oil juga dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri tinta cetak dan sebagai plasticizer/extender pada industri kompon PVC.</div><div style="text-align: justify;">Processing oil adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi. Produk ini digunakan sebagai processing aid dalam pengolahan karet alam ataupun karet sintetis, sebagai plasticizer (extender) dalam PVC kompon, dan sebagai base oil pada tinta cetak.</div><div style="text-align: justify;">Secara umum, ada beberpa jenis processing oil, diantaranya adalah golongan paraffine (paraffinic), aromatic (Minarex) dan Napthenic. Walaupun sama-sama processing oil, namun aplikasi dari masing-masing jenis berbeda satu sama lain. Sebagai contoh Paraffinic dan Minarex. Bila paraffinic cocok untuk pembuatan barang jadi karet yang berwarna terang, maka Minarex yang lebih tepat dipakai untuk pembautan barang jadi karet yang berwarna gelap (misalnya ban kendaraan, sol sepatu, barang plastik dan tinta cetak).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejalan dengan pertumbuhan industri di Indonesia, maka kebutuhan akan processing oil juga terus mengalami peningkatan. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pertamina memproduksi processing oil baik dari golongan paraffine (paraffinic) maupun aromatic (Minarex). Khusus Minarex, ada beberapa jenis yang diproduksi yaitu Minarex-A, B, dan H(Hybrid).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Adapun aplikasi dari masing-masing jenis tersebut pada industri tergantung pada kebutuhan konsumen sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam hal mutu, processing oil produksi Pertamina sudah sama bahkan lebih unggul dari produk impor. Sebagai contoh Minarex B yang berfungsi sebagai processing aid dalam pembuatan kompon karet pada industri ban vulkanisir dan industri barang karet. Dalam pembuatan kompon karet , produk ini bisa memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet, serta menurunkan kekentalan kompon karet. Dengan demikian bahan ini membantu mendispersikan carbon black ke dalam molekul-molekul karet sehingga memperbaiki sifat-sifat mekanis komponnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain sebagai processing oil, Minarex-B dapat juga digunakan pada industri kompon PVC, yaitu sebagai substitusi Diactyl Phihalate (DOP). Dalam hal ini Minarex-B memberikan keuntungan kelebihan, yaitu :</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; - Menurunkan kekentalan</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; - Molekul PVC mengalir pada suhu yang lebih mudah dari titik lelehnya yang mengakibatkan daya alir</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; PVC kompon menjadi lebih baik.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; - Homogenitas kompon lebih baik.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; - Produk akhir lebih fleksibel/lentur</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Minarex B dapat juga digunakan dalam industri tinta cetak, yang telah dibuktikan oleh beberapa produsen tinta cetak.</div><div style="text-align: justify;">Penggunaan bahan Minarex-B sebagai pelarut pendukung dapat menghasilkan tinta cetak dengan kualitas yang lebih baik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fungsi Minarex lainnya adalah :</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Pembuatan karpet lantai, suku cadang kendaraan, karet talang.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Digunakan dalam vulkanisir.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Proses produksi mur/baut.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Industri plywood dan teak plywood</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Bantalan karet pada dermaga dan kereta api.</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp;-&nbsp; Proses pembuatan cutting oil</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di samping mutu lebih baik, keunggulan lain dari processing oil buatan dalam negeri ini adalah suplai yang terjamin karena kapasitas produksi yang ada sekarang cukup untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Guna menjamin kelancaran suplai dan distribusi, pertamina juga telah menyediakan sarana-sarana tangki penimbunan dan fasilitas bongkar muat untuk kapal maupun mobil tangki di kilang Cilacap.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Telp. : 021-3815150</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; 021-3816788</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-75804487665345281432019-06-09T15:45:00.000+07:002019-06-16T05:53:57.096+07:00Atilla setia mendampingi pengantin<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://pbs.twimg.com/media/Bmjm88aCQAISimx.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="600" height="240" src="https://pbs.twimg.com/media/Bmjm88aCQAISimx.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Atilla setia mendampingi pengantin</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Pada dasarnya, setiap orang dapat menjalankan bisnis yang sama. Tapi, dalam perjalanannya, tak semuanya mampu bertahan dari gempuran berbagai masalah yang muncul. Ada yang langsung ngambek dan akhirnya putus di tengah jalan. Ada pula yang&nbsp; banting setir dengan mengikuti tren atau selera pasar, sehingga menghilangkan ciri khas produknya. Faktanya, kiat ini tidak selalu jitu, malah membuat bisnis tidak fokus dan konsumen setia berpaling karena bi-ngung tidak lagi mendapatkan produk favorit mereka.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Mungkin, inilah yang membedakan saya yang sampai sekarang masih eksis di bisnis kotak dan boks hantaran perkawinan dengan para pebisnis produk sejenis, meski sudah hampir 20 tahun berkutat di sini. Saya selalu fokus pada produk saya, walau kondisinya sedang naik turun,” kata Atilla, produsen kotak dan boks hantaran perkawinan berlabel Atilla.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat sedang sepi order, ia melanjutkan, jangan terpengaruh tren. “Tapi, galilah ide dan kreativitas sehingga muncul semangat dan optimisme lagi. Selain itu, juga memperbaiki pemasaran. Di akhir tahun menghubungi jaringan dan menawarkan produk dengan harga produsen. Pokoknya, jemput bola dan selalu berkreasi,” jelasnya. Ketika sedang ramai order, terimalah semua pesanan dan berusaha keras memenuhi semua pesanan itu. “Kalau perlu, kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Ingat! Kesempatan emas tidak pernah datang dua kali. Jika dibiarkan, ia akan berlalu begitu saja, apalagi persaingan di bidang ini ketat sekali,” imbuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bisnis pembuatan kotak dan boks hantaran perkawinan, ia menambahkan, mempunyai prospek yang sangat bagus. Sebab, pasarnya sudah jelas dan banyak orang (dari berbagai kalangan) membutuhkan produk semacam ini. “Bukankah selama manusia itu masih hidup, maka selama itu pula perkawinan akan selalu ada. Di sisi lain, produk ini juga dapat beralih fungsi sebagai tempat apa pun, ketika fungsi utamanya sudah berakhir. Jadi, di sini tidak dikenal musim panen atau musim paceklik,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, harap maklum bila persaingan di bisnis ini dikatakan sangat ketat. Bagaimana kiat bertahan? “Saya tidak pernah memusingkan masalah persaingan. Karena, setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu sama lain. Saya tidak bisa menggiring mereka agar selalu menyukai produk saya. Yang bisa saya lakukan hanya merengkuh jaringan seluas mungkin, dengan melayani konsumen sebaik mungkin dan membuatkan barang sesuai dengan keinginan mereka, dengan sesedikit mungkin masukan,” tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kebetulan kotak dan boks hantaran perkawinan Atilla yang berkonsep etnik ini, digemari konsumen. Produk yang ditawarkan dengan harga Rp25 ribu sampai Rp165 ribu dengan ukuran 25 cm x 25 cm hingga 50 cm x 60 cm ini, memang didesain dengan warna khas yaitu cokelat kusam dengan hiasan bunga kering dan aneka hiasan lain. Tapi, tidak berarti bisnis yang dibangun dengan modal awal Rp375 ribu ini, menolak pesanan dengan warna-warna ngejreng atau dari pelaku bisnis sejenis yang lalu menjual lagi produk tersebut, dengan mengganti labelnya atau telak-telak mengklaimnya sebagai produk buatan mereka. “Bagi Atilla, itu nggak masalah, sebab sudah beli putus,” ujarnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengikuti selera pasar, ia melanjutkan, tidak berarti pula strategi yang salah. Selain terus memproduksi boks dan kotak hantaran dalam aneka bentuk, ukuran, bahan, desain, warna, model, dan hiasan, Atilla juga terus membuat model kotak dan boks hantaran yang sama, selama konsumen masih menggemarinya. “Kadangkala gonta-ganti model atau terlalu cepat ganti model, malah membingungkan konsumen,” kilahnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di samping itu, Atilla yang menjalankan bisnis ini dari bawah banget selalu siap dengan berbagai strategi, bila nantinya menghadapi masalah. “Jam terbang (baca: pengalaman) itu penting. Orang harus melewati satu demi satu jam terbang untuk membentuk mental. Mental yang kuat itu penting dalam bisnis apa pun, bukan cuma modal, keterampilan, dan jaringan,” ucapnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat lebaran, misalnya, itulah timingnya. Jika momen ini tidak dimanfaatkan, lewatlah sudah peluang itu. Sebab, Januari–Februari merupakan bulan-bulan yang sepi order. “Jadi, kalau pas banyak order, kami ambil kesempatan itu sehingga ketika mengalami sepi order, kami masih tetap dapat menjalankan bisnis ini. Karena, omset yang kami raup kala ramai order dapat kami jadikan modal untuk terus ‘berjalan’ di tahun berikutnya. Tapi, jangan diartikan ini aji mumpung, melainkan hanya memanfaatkan peluang tanpa menanggalkan kualitas produksi. Quality control tetap harus selalu dijaga untuk menghindari kekecewaan dan kemarahan pelanggan,” ujarnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam home industry-nya yang seluas 500 m² di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dalam sehari 15 karyawan Atilla mampu membuat minimal 40 boks dan kotak hantaran. Di samping itu, melalui dua gerainya, dalam kondisi sepi Atilla menjual 10 kotak dan boks hantaran per bulan dan sembilan buah/hari atau 50 buah/minggu saat ramai, serta menerima pesanan dari 5–6 pelanggan yang masing-masing memesan minimal sembilan kotak atau boks. “Omset saya per bulan Rp10 juta–Rp15 juta per bulan,” imbuhnya. Bisnis yang “basah”, bukan? (* Russanti Lubis)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-82151995351431780782019-06-09T15:41:00.000+07:002019-06-16T05:53:57.464+07:00Supaya Kaum Dhuafa Bisa Menerima Haknya<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://sharinghappiness.org/files/programgalleries/ed7d3e1dd6670b410b65cf20e041c7fb-20190319141941_thumbnail_x480.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="180" src="https://sharinghappiness.org/files/programgalleries/ed7d3e1dd6670b410b65cf20e041c7fb-20190319141941_thumbnail_x480.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Supaya Kaum Dhuafa Bisa Menerima Haknya</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Dana yang diperuntukkan kaum miskin, zakat, infaq ataupun apapun namanya, seringkali meleset dari sasaran. Memperbaiki kondisi seperti ini merupakan salah satu kontribusi Rumah Zakat Indonesia (RZI).&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ke mana ya larinya dana zakat, infaq, atau sedekah yang kita berikan? Meski cuma selintas, tentu pertanyaan semacam ini pernah muncul di dalam hati atau benak kita. Apalagi, kita mengetahui dengan pasti bahwa pengertian kaum dhuafa di Indonesia ini masih rancu, sehingga mereka yang seharusnya berhak atas dana tersebut justru tidak menerima, sebaliknya yang seharusnya tidak menerima malah mendapat berlipat-lipat.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di sisi lain, juga muncul pertanyaan apakah tempat-tempat kita biasa menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah itu sudah layak untuk menyalurkannya? Kalau iya, lalu untuk apa lagi dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS)? Sekadar informasi, menurut Undang-Undang No. 38/1999 (undang-undang tentang pengelolaan zakat, red.) terdapat dua lembaga yang mengelola zakat yaitu BAZNAS yang dikelola oleh pemerintah dan LAZNAS yang berstatus lembaga swadaya masyarakat (LSM). Saat ini diperkirakan terdapat 400 LAZNAS, salah satunya yaitu Rumah Zakat Indonesia (RZI).&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu banyaknya LSM semacam ini di bumi nusantara, tentu akan menimbulkan pertanyaan baru lagi yaitu apakah ini sebuah “bisnis” baru yang basah. “Bukan! Kami hanyalah jembatan antara si kaya dengan si miskin. Ibarat pajak dalam struktur kenegaraan, dalam struktur keagamaan juga terdapat keharusan bagi pihak-pihak tertentu untuk mengeluarkan sebagian harta mereka yang disebut zakat, infaq, dan sedekah. Agar ‘pajak’ ini dapat disalurkan dengan cara dan kepada orang yang benar, sehingga si penerima lambat laun akan meningkat taraf hidup mereka atau tidak akan menjadi penerima selamanya, di situlah kami berada dan bertugas,” jelas Virda Dimas Ekaputra, Chief Executive Officer RZI.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, Virda tak menampik bila LSM semacam ini dipersepsikan sebagai “bisnis” yang basah mengingat menurut peraturan para ulama fiqih, setiap LAZNAS diperkenankan mengambil 12,5% dari dana yang dihimpun untuk membiayai karyawan, operasional, dan pengembangan lembaga. “Bebas pajak lagi, karena semua program yang ditawarkan kepada masyarakat itu gratis,” kata pria yang membawahi 430 karyawan ini. Sekadar informasi, RZI yang pada awal berdirinya (1998) di Bandung merupakan lembaga sosial yang konseren pada bantuan kemanusiaan dengan nama Dompet Sosial Ummul Quro,&nbsp; tahun lalu mampu menghimpun dana sebesar Rp54 milyar.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di satu sisi, ia melanjutkan, dulu zakat yang diberikan masyarakat tidak difasilitasi oleh lembaga tertentu, hanya dilakukan oleh baitul mal. Di sisi lain, menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak juga tidak dilarang, meski lebih baik bila disalurkan ke lembaga yang berwenang. “Apakah lembaga tersebut dapat dipercaya atau tidak tergantung kepada bagaimana lembaga tersebut membangun citranya,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rumah ZakatRZI yang mulai tahun 2000 melakukan pemekaran dengan membuka cabang di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Tangerang, Pekanbaru, Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam, dan Semarang, tidak pernah meminta zakat, infaq, atau sedekah kepada masyarakat, tetapi membuat berbagai program dan kemudian menawarkannya kepada mereka untuk didanai. “Selanjutnya, kami melaporkan berapa banyak dana yang telah mereka sumbangkan dan untuk apa saja, lewat situs pribadi atau majalah in house yang kami terbitkan secara berkala,” ujarnya. LSM yang memiliki lebih dari 41.000 donatur yang tersebar ke seluruh penjuru tanah air, Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, Amerika, dan Timur Tengah ini menawarkan dana terikat di mana donatur akan memilih salah satu atau beberapa program yang ditawarkan untuk didanai. Juga dana tak terikat di mana donatur akan menyerahkan sepenuhnya pengelolaan dananya kepada lembaga yang didirikan oleh Abu Syauqi dan rekan-rekannya ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Program-program yang digulirkan RZI mencakup EduCare (beasiswa SD–SMA, Kids Learning Centre, Pelatihan &amp; Pengembangan Potensi Anak, dan Sekolah Juara), HealthCare (rumah bersalin gratis, mobil jenazah gratis, mobil klinik keliling gratis, dan lain-lain), YouthCare (pengembangan kepemudaan atau relawan dalam program Siaga Sehat dan Siaga Bencana), dan EcoCare (layanan pembinaan UKM melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah). “Total hingga Mei 2007, lewat program-program ini sekitar 100.000 orang telah terbantu!” tegasnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lantas, siapa yang berhak mendapat zakat, infaq, atau sedekah ini? “Kami membuat batasan tentang siapa yang dikategorikan kaum dhuafa, berdasarkan upah minimum propinsi (UMP). Bagi anggota masyarakat yang berpenghasilan kurang dari 50% UMP kami kategorikan fakir, sedangkan bagi mereka yang berpendapatan lebih dari 50% tetapi kurang dari 100% UMP kami golongkan miskin. Untuk mengetahui dengan pasti apakah mereka benar-benar fakir miskin, sehingga dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang kami sediakan secara gratis, kami melakukan semacam survai. Di sisi lain, siapa pun diperbolehkan menggunakan berbagai fasilitas kami tanpa memandang SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan, red.). Sebab, inti dari zakat, infaq, dan sedekah adalah berbagi. Berbagi dapat dilakukan oleh siapa pun dan untuk siapa pun,” jelasnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ke depannya, RZI yang memiliki fasilitas layanan jemput zakat gratis, autodebet, transfer via ATM, autozakat (bayar zakat via sms berbasis kartu kredit, red.), sms donasi, konsultasi zakat dan keislaman via sms center, Z-report (laporan rekam transaksi yang bisa dilihat secara online di website, red.) berencana hadir di kota-kota besar, khususnya di kawasan timur Indonesia. Selain itu, mendirikan rumah bersalin gratis dan lembaga keuangan Mikro Syariah di 10 kota besar.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lembaga keuangan ini memberi tambahan modal kepada para pengusaha UKM sebesar Rp500 ribu hingga Rp25 juta. “Kami juga sedang berkampanye tentang kesadaran berzakat (baca: berbagi, red.) sebagai sebuah gaya hidup,” ucapnya. Selama ini kita menjalani gaya hidup duniawi, agar terjadi keseimbangan hidup, apa salahnya kita pun menjalani gaya hidup yang bersifat akhirati. Jadi, yuk berbagi.(Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-45941568630723142922019-06-09T15:39:00.000+07:002019-06-16T05:53:57.826+07:00Membangun Bisnis Berdasarkan Ikatan Kekeluargaan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-WbGOH6vIl-M/V5letupc-BI/AAAAAAAABDM/r0jqkLXxYfM7bFNuKQS0jV52s-BL2YqGACLcB/s1600/akas%2BI.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="366" data-original-width="822" height="142" src="https://4.bp.blogspot.com/-WbGOH6vIl-M/V5letupc-BI/AAAAAAAABDM/r0jqkLXxYfM7bFNuKQS0jV52s-BL2YqGACLcB/s320/akas%2BI.JPG" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Membangun Bisnis Berdasarkan Ikatan Kekeluargaan</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Ketiga kakak beradik, Himawan Edi dan Susi mencoba membangun bisnis bersama&nbsp; lewat hobi dan persaudaraan. Meski baru berusia muda, perusahaan yang dibangun tersebut melejit dan sukses menggaet customer.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernahkah&nbsp; Anda mengenal perusahaan jasa angkutan darat AKAS? Saya yakin sebagian besar pembaca majalah ini mengenalnya. Perusahaan bis yang berpusat di Probolinggo, Jatim ini termasuk salah perusahaan otobis terbesar di Tanah Indonesia dengan jumlah armada ribuan bus yang melayani rute dari Jakarta hingga Denpasar. AKAS demikian populernya di Jatim, sehingga&nbsp; telah menjadi ikon bisnis&nbsp; kota pantai tersebut. AKAS didirikan oleh empat kakak beradik yang memiliki hobi sama yakni&nbsp; berbisnis angkutan darat.&nbsp; Lewat tangan-tangan trampil mereka, bisnis yang telah digeluti puluhan tahun ini tumbuh dan berkembang dengan besar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kita tidak membicarakan tentang AKAS.&nbsp; Perusahaan itu adalah salah satu contoh keberhasilan bisnis yang dilakukan oleh kakak beradik. Selain AKAS, masih banyak contoh keberhasilan yang dibangun berdasarkan ikatan kekerabatan. Namun, banyak perusahaan yang dibangun oleh saudara atau kakak beradik, akhirnya kandas sebelum perusahaan itu berkembang besar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Himawan, Susi dan Edi Surya Samudra, ketiga pebisnis muda yang mencoba membangun sebuah bisnis berdasarkan ikatan kekeluargaan.&nbsp; Ketiga kakak beradik tersebut memiliki hobi yang sama yakni traveling. Dari hobi inilah kemudian ketiganya sepakat membuat bisnis agency dan ticketing. Dengan dibantu oleh salah satu adik iparnya, Novi Arie, mereka sepakat membeli TX Travel, salah satu waralaba&nbsp; travel terkemuka di Tanah Air.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelum terjun ke bisnis agency, baik Himawan, Susi dan Edi telah memiliki bisnis sendiri-sendiri. Susi, memiliki bisnis toko pakaian. Himawan, trading dan&nbsp; Edi supplier.&nbsp; Lalu, mereka sepakat membuat bisnis yang sesuai dengan hobi mereka.&nbsp; Dengan modal patungan, masing-masing memiliki saham yang sama, mereka membeli waralaba TX Travel dan membuka gerai di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Edi, mengurusi masalah operasionalisasi perusahaan. Sedangkan Susi di bagian keuangan. Himawan dan Novi bagian marketing.&nbsp; Novi, yang memiliki jaringan luas dilibatkan dalam bisnis ini. Sebelumnya, dia pernah bekerja sebagai tourist guide.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">TX Travel Plaza Semanggi,&nbsp; belum berjalan dua tahun. Namun, ditangan ketiga bersaudara ini cukup pesat perkembangannya.&nbsp; Customernya beragam, mulai&nbsp; dari karyawan kantor dan professional, mahasiswa hingga ibu-ibu arisan. “Pernah ada sekelompok ibu-ibu yang memesan beberapa tiket untuk kapal pesiar,” kata Novie, yang mewakili ketiga kakak-beradik tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai tenaga marketing, baik Novie mapun Himawan tak jarang turun langsung melakukan pendekatan personal&nbsp; (personal approach). Cara ini lebih efektif ketimbang menggunakan brosur promosi maupun pameran.&nbsp; Himawan, misalnya, selain melakukan pendekatan&nbsp; ke para professional, juga mengikuti beberapa kelompok studi yang banyak dilakukan oleh&nbsp; kaun cendekia.&nbsp; Sementara Novie, yang pernah bekerja di lingkungan Guruh Soekarnoputra, banyak memiliki jalur dengan para artis dan selebritis. Didukung dengan manajerial yang bagus, akhirnya perusahaan ini telah memiliki dua cabang penjualan—meski masih di Plaza Semanggi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ke depan, baik Himawan, Susi, Edi maupun Novie, tidak hanya berkutat pada bisnis agency saja. Bisnis yang lain akan diterjuni juga, dan untuk sementara juga tak jauh dari bisnis perjalanan wisata. “Kami memang baru berkonsentrasi disini. Namun, tak menutup kemungkinan akan terjun ke bisnis yang lain jika memungkinkan,” ujar Novie.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Novie, mengakui memang tidak mudah mengelola bisnis secara bersama-sama, kendati itu bersaudara.&nbsp; Friksi kecil memang sering terjadi. Tapi tak berkembang kearah yang lebih besar. Segala sesuatunya bisa selesaikan dengan musyawarah. Dan, untungnya lagi, selain saudara, mereka masing-masing&nbsp; memiliki kemampuan yang bisa memahami kekurangan masing-masing. “Kalau tidak kami sudah bubar dari dulu,” ungkapnya.</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-42428315374237646822019-06-09T15:37:00.000+07:002019-06-16T05:53:58.190+07:00Rumah Bunga, Rumah Three in One<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/37/Floriculture.jpg/250px-Floriculture.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="188" data-original-width="250" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/37/Floriculture.jpg/250px-Floriculture.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah Bunga, Rumah Three in One</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Hobi membaca komik sang ayah dan hobi memelihara bunga sang ibu mengilhami Aal Budiman untuk mendirikan Rumah Bunga Cake &amp; Burger.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rumah Bunga Cake &amp; Burger. Begitulah nama tempat makan di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, ini. Tetapi, di atas lahan seluas lebih dari 600 m² ini, bukan hanya dapat dijumpai tempat makan yang menyediakan burger dan brownies, melainkan juga sekitar 1.000 jenis bunga di dalam pot, seperti Aglonema, Adenium, Euphorbia, dan anggrek berikut aneka pot dan pupuknya. Selain itu, juga perpustakaan yang menyimpan kurang lebih 1.000 komik dan novel dari berbagai zaman dan untuk semua umur.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Rumah Bunga ini sebenarnya ide orang tua saya. Kebetulan Ibu saya penggemar bunga dan Bapak saya hobi membaca komik. Karena, kedua koleksi ini sudah memenuhi rumah mereka, sehingga tidak tampak seperti rumah lagi, lalu dicarilah lahan yang nantinya di atasnya dibangun ruangan untuk menyimpan sebagian kedua koleksi ini, sekaligus tempat untuk beristirahat dan melarikan diri dari segala kesumpekan di rumah,” jelas Aal Budiman, pengelola sekaligus putra pemilik Rumah Bunga.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ternyata, dalam perkembangannya, Rumah Bunga yang dibangun setahun silam ini, bukan cuma menjadi tempat istirahat mereka, melainkan juga siapa pun yang tertarik untuk singgah. “Orang-orang yang lewat, lantas mampir, melihat-lihat koleksi bunga Ibu saya, dan akhirnya membeli,” ujar pria yang akrab disapa Aal ini. Tanaman-tanaman ini dikoleksi baik dengan membeli maupun membudidayakan tanaman yang sudah dibeli. Dengan rentang harga Rp5.000,- hingga lebih dari Rp10 juta per pot, Rumah Bunga meraup omset rata-rata per bulan Rp3 juta sampai Rp4 juta dari “bisnis” tanaman ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa di antara mereka juga singgah di perpustakaan yang asri seluas 50 m², untuk leyeh-leyeh sambil menikmati komik-komik lawas buatan dalam negeri karya Djair, Ganesh Th, dan Jan Mintaraga atau komik-komik Jepang yang dikenal dengan istilah Manga. Di sini, juga dapat Rumah Bunga Cake &amp; Burgerditemukan novel-novel yang diterbitkan tahun 1960-an atau 1970-an seperti karya Motinggo Busye hingga novel-novel baru karya Danielle Steel. Dari harga sewa Rp1.500,- per komik atau Rp3.000,- per novel, Rumah Bunga membukukan omset rata-rata setiap bulannya Rp700 ribu sampai Rp900 ribu. “Buku-buku ini dikumpulkan dari koleksi Bapak, sengaja berburu ke seluruh pelosok tanah air, dan akusisi beberapa perpustakaan yang akan tutup. Akhir-akhir ini kami juga sedang menjual komik-komik lama kami. Kebetulan kami memiliki beberapa buku untuk satu judul,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Januari lalu, Rumah Bunga melengkapi tempat untuk bersantai ini dengan bakery. Tempat makan seluas 150 m² ini, menonjolkan aneka burger, seperti Raflesia Burger, Veg Hotdog, Delano Cheese Hotdog, dan Giant Croissant Veg dengan harga Rp10.500,- hingga Rp12 ribu. Selain itu, juga brownies yang dijual dengan harga Rp25 ribu/loyang dan minuman yang diberi nama Blue Passion dengan harga Rp8.000,-. Rata-rata per minggunya, bakery ini dikunjungi 10 tamu dan secara teratur menerima pesanan dari perorangan dan beberapa hotel. “Dari bakery ini, omset rata-rata kami Rp20 juta/bulan,” ujarnya. Rumah Bunga yang dibuka dari jam 09.00 sampai 21.00, ia melanjutkan, dari segi bisnis, untungnya kecil sekali, meski pemasukannya dari waktu ke waktu semakin stabil. Tapi, kepuasan batinnya besar, karena hobi terlampiaskan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apa sih konsep yang ditawarkan? “Konsep keluarga. Maksudnya, bila satu keluarga datang ke Rumah Bunga, maka si Ibu yang menyukai bunga dapat melihat-lihat dan memilih-milih bunga yang diinginkan, sedangkan sang Bapak dan anak-anak mereka yang kebetulan suka membaca bisa menikmati segala macam bacaan di perpustakaan ini. Kalau kemudian lapar, ya silahkan mampir ke bakery kami,” jelas Aal yang berencana mengembangkan bakery ini menjadi kafe. Memang, adakalanya kepuasan batin tidak dapat digantikan dengan rupiah. Nah, silahkan mampir. (Russanti Lubis)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-76567494097455447172019-06-09T15:34:00.000+07:002019-06-16T05:53:58.553+07:00Gideon: Hidup Sesuai Amanah Tuhan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/89/Logo_Apotek_K-24.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="342" data-original-width="464" height="235" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/89/Logo_Apotek_K-24.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gideon: Hidup Sesuai Amanah T</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Pengalaman hidup telah mengajarkan berbagai kearifan pada diri manusia. Kearifan inilah yang membimbing langkah Gideon dalam menjalankan roda bisnis.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pengalaman hidup yang berkesan di masa lalu, adakalanya menginspirasi seseorang untuk menggeluti profesi yang dijalani saat ini. Hal ini juga terjadi pada Gideon Hartono. Saat masih duduk di bangku kelas 1 SMA, pemilik jaringan Apotik K24 ini menderita penyakit gondongan yang membuatnya sulit membuka mulut sehingga tidak bisa makan, sulit berbicara, dan badan meriang. Tetapi, hanya dengan sekali suntikan, tak lebih dari 10 menit sang dokter yang didatanginya mampu membuatnya terbebas dari segala penderitaan tersebut.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Ketika itu terpikir betapa mulianya tugas seorang dokter. Karena, ia mampu menghilangkan penderitaan (yang ditimbulkan oleh penyakit) semua orang dan membuat mereka bahagia lagi. Seketika itu juga saya bercita-cita menjadi dokter,” kata Direktur Utama PT K-24 Indonesia ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal itu tentu tidak muskil dicapai oleh lulusan SMA Collese De Britto, Yogyakarta, dengan rangking 1 ini. Sebab, dengan ranking itu ia berhak masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur khusus, yang sekarang dikenal dengan nama Penelurusan Minat Dan Kemampuan. Di sisi lain, penggemar fisika ini hatinya bercabang. Gideon yang bersama kedua teman SMA-nya pernah membuat buku soal-soal fisika dengan judul The Green Book of Physics Problems ini, juga ingin masuk ke ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA).&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, seperti ungkapan manusia berencana Tuhan menentukan, karena satu dan lain hal ia gagal masuk ke Fakultas Kedokteran (FK), satu-satunya fakultas yang ia pilih meski sebagai siswa di jurusan paspal (sekarang IPA, red.) ia berhak memilih tiga fakultas yang berbeda. Dengan demikian, F-MIPA yang juga diminati tapi tidak pernah dipilihnya, lepas pula dari genggaman. “Setelah kejadian itu, saya merasa seperti diperingatkan agar jangan hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Masih ada kekuatan lain yang jauh lebih kuat yaitu kekuatan Tuhan,” ujar dokter lulusan FK Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, ini. Untuk mengisi waktu yang ada sebelum mendaftar kembali tahun berikutnya, anak kelima dari tujuh bersaudara ini kuliah di PAT (Pendidikan Ahli Teknik, milik Fakultas Teknik-UGM, red.). “Soalnya, masih berhubungan dengan fisika,” lanjutnya, sambil tersenyum.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahun 1983 ia mendaftar kembali dan diterima di FK-UGM. Seperti aturan pemerintah yang berlaku saat itu, setahun setelah meraih gelar sarjana kedokteran (1990) ia diharuskan menjadi pegawai negeri sipil di bawah Departemen Kesehatan RI. Hal ini bisa dimaklumi, bila Gideon adalah pribumi asli. “Dalam hal ini saya merasa sebagai orang yang beruntung, padahal saat itu zamannya orde baru loh,” ucap lelaki yang nenek buyutnya baik dari pihak ibu maupun ayahnya berdarah Jawa asli.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tapi, keberuntungannya ternyata hanya berhenti sampai di situ, meski mendapat dukungan penuh dari orang-orang di sekitarnya, mantan Kepala Puskesmas Umbulharjo I, Yogyakarta, ini harus kembali gagal mengambil program dokter spesialis karena darah Cina yang mengalir di tubuhnya. Tak mau berlama-lama tenggelam dalam kekecewaan, mengingat ia tidak pernah membuka praktik dokter di rumah dan hanya mengandalkan gaji sebagai dokter puskesmas, kelahiran Yogyakarta, 44 tahun lalu ini segera mewujudkan plan B yaitu membuka usaha fotografi yang lebih moderen. Saat masih duduk di bangku kelas 2 SMP, Gideon dan adik bungsunya pernah membangun bisnis studio foto secara apa adanya di garasi rumah mereka, yang dinamainya Agatha Photo. Bisnis inilah yang kemudian dikembangkannya menjadi lebih moderen sekaligus sebagai ladang nafkah sampingannya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari mana modalnya? “Dari SMP, saya sudah menyukai dan menekuni dunia fotografi. Saya memiliki 30 piala dan medali sebagai hasil berbagai lomba foto baik tingkat regional maupun nasional, yang saya ikuti. Hadiah memenangkan lomba-lomba foto dan utang ke paman saya itulah modal saya membangun Agatha Photo,” kata pria yang masih menyimpan obsesi sebagai dokter spesialis mata ini. Selanjutnya, ia membangun Agatha Video bersama Inge Santoso, dokter gigi yang kemudian menjadi istrinya. “Saya menjadikan Agatha Photo sebagai bisnis keluarga saya yang kemudian saya serahkan kepemilikannya kepada orang tua dan adik bungsu saya. Sedangkan Agatha Video sepenuhnya bisnis saya dengan calon istri saya saat itu. Kini keduanya berkembang sama bagusnya. Bahkan, Agatha Video sudah memiliki cabang di Semarang,” tambahnya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk menambah lagi keuangan keluarganya, bapak dua putra ini juga melirik bisnis apotik yang beroperasi 24 jam, tetapi harga obat-obatan yang dijual sama dengan apotik “biasa”. “Saya ingat, dulu itu sulit sekali mencari obat di apotik pada tengah malam buta. Kalau pun ada apotik yang beroperasi 24 jam, maka harga obat-obatan yang dijual jauh lebih mahal,” kata Gideon yang karena kesibukannya sebagai wirausaha, akhirnya mengundurkan diri sebagai PNS terhitung April lalu. Melalui bisnis apotik yang dinamainya Apotik K24, ia ingin menularkan harmoni di tengah kemajemukan bangsa. “Apotik merupakan wahana bertemunya orang-orang dari berbagai latar belakang. Hal ini, juga terlihat dari logo Apotik K24 yang didominasi warna hijau sebagai penggambaran Islam yang merupakan agama yang dianut sebagian besar rakyat Indonesia. Merah berarti Nasrani yaitu agama kedua terbanyak penganutnya di sini. Kuning untuk menggambarkan Cina sebagai etnis yang mendominasi perekonomian negara. Sedangkan putih merupakan pihak-pihak lain di luar itu yaitu Hindu, Budha, dan etnis-etnis lain di Indonesia,” jelas laki-laki yang tahun lalu, atas usulan sekelompok masyarakat, mengikuti Pilkada Wakil Walikota Yogyakarta dan gagal. “Apakah saya akan mencobanya lagi nanti? Bagaimana rencana Tuhan sajalah,” imbuhnya. Ya, hidup manusia memang bagian dari rencana Tuhan. (Russanti Lubis - adv)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-16400977437869082982019-06-09T15:32:00.000+07:002019-06-16T05:53:58.918+07:00Laris Karena Tuah Pitik Rambut Syetan dan Sambel Iblis<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-tWSnldB4jEY/Vtca-lVIMwI/AAAAAAAABnE/RG2XR0DxsmM/s1600/2014_0629_13405600%2B%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://3.bp.blogspot.com/-tWSnldB4jEY/Vtca-lVIMwI/AAAAAAAABnE/RG2XR0DxsmM/s320/2014_0629_13405600%2B%25281%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Laris Karena Tuah Pitik Rambut Syetan dan Sambel Iblis</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Setelah sukses mengembangkan rumah makan steak Ben Tuman, Ajeng Astri Denaya berhasil mengelola rumah makan Mbah Jingkrak. Keduanya kini dikembangkan dengan model waralaba.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jalan-jalan ke kota Semarang, kurang lengkap rasanya bila tidak menikmati pitik rambut syetan atau sambel iblis. Jangan kaget dulu, belakangan menu yang terkesan menyeramkan itu memang sedang popular di ibu kota propinsi Jawa Tengah ini. Untuk mendapatkannya tidak perlu laku ritual, tapi cukup datang ke Rumah Makan Mbah Jingkrak.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rumah makan yang berada di kawasan Jl. Taman Beringin tersebut, memang sedang naik daun. Itu karena kepintaran pengelolanya dalam menyajikan menu-menu yang membuat penasaran para pemburu makanan enak.“Selain penasaran dengan nama menu, mereka cocok dengan makanan yang kami sajikan, “ kata Ajeng Astri Denaya, pemilik restoran tersebut.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam jagad bisnis resto, nama Mbah Jingkrak bisa dibilang pendatang baru. Ia baru muncul setahun belakangan ini. Hebatnya dalam tempo yang terbilang singkat itu, ia telah memiliki pelanggan fanatik. Menariknya, mereka justru berasal dari kalangan menengah ke atas, yang sebenarnya tidak dibidik secara khusus pada awal pendirian rumah makan ini. “Semula kami membidik pasar semua lapisan, tapi ternyata yang muncul justru kalangan menengah ke atas, padahal harga menu kami sangat terjangkau kalangan mana pun,” tutur ibu tiga anak ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemunculan rumah makan ini, memang terbilang fenomenal. Ia melesat cepat bak meteor. Maklum dalam waktu yang relatif singkat, telah berhasil menarik hati masyarakat. Tak&nbsp; mengherankan, bila dalam tempo tidak sampai sebulan pengelola rumah makan ini mengklaim telah berhasil mengembalikan modal yang ditanamkannya. “Kami sangat bersyukur karena tidak genap sebulan, modal yang kami tanam langsung balik,” imbuh Ajeng.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut pengakuan Ajeng, Mbah Jingkrak baru resmi beroperasi sejak akhir 2005 lalu. Pendirian rumah makan ini, merupakan pengembangan bisnis resto yang telah dijalaninya sejak tahun 1997 silam. Wanita penghobi masak ini, sebelumnya memang telah berhasil mengembangkan&nbsp; bisnis jasa boga. Ia tercatat sebagai pemilik Warung Steak Ben Tuman, yang berada di Semarang dan kini telah berkembang di Jakarta.. “Setelah warung steak berkembang, saya kok pengin mengembangkan rumah makan dengan menu makanan tradisional,”&nbsp; ungkapnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ajeng berterus terang bahwa pendirian rumah makan Mbah Jingkrak terinspirasi dari beberapa warung makan tradisional yang ada di Yogyakarta dan Solo. Dia melihat ada beberapa warung di kedua kota tersebut yang cukup laris walaupun tempat dan cara penyajiannya sangat sederhana. Mereka laris bukan karena tempat tapi karena menu yang disajikan dirasakan cocok bagi kebanyakan orang, termasuk dari kalangan menengah.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun ada sebagian besar kaum berduit yang merasa malu makan di tempat seperti ini, walaupun mereka sebenarnya merasa cocok dengan menu yang disajikan.”Mereka sebenarnya mau, tapi juga malu apalagi yang biasa jaga image atau sok gengsi,” tandas Ajeng.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Melihat fenomena banyaknya warung makan tradiosional yang cukup laris, Ajeng merasa ada peluang pasar yang bisa diraihnya. Ia tertarik membuat rumah makan dengan menyajikan menu tradisional, tapi disajikan di tempat yang representative sehingga bagi kalangan menengah ke atas tidak sungkan untuk datang menikmatinya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bila melihat menu yang disajikan di rumah makan Mbah Jingkrak, memang terasa tidak asing lagi. Karena semua bisa ditemukan di warung-warung makan lain. Hanya saja yang membuat berbeda, Ajeng menamakan beberapa menunya dengan nama yang nyleneh seperti pitik rambut syetan, sambel syetan, sambel iblis, es tobat, dll. Sambel iblis, sebenarnya hanya sambel biasa tapi dibuat dari cabe rawit, yang terasa pedas sekali. Siapa pun yang menikmati tentu akan merasa kepedasan. Penamaan menu-menu aneh tersebut, memang menjadi strategi promosi untuk membuat konsumen penasaran. Dan strateginya memang membuahkan hasil , karena setiap muncul menu baru selalu ada yang merasa penasaran dan ngin mencobanya. “Biasanya setelah mencoba mereka akan ketagihan, nah membuat orang ketagihan ini yang sulit,” paparnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernyataan Ajeng, memang tidak berlebihan. Nyatanya, dengan&nbsp; nama-nama menu yang terkesan “sangar” tersebut, ternyata telah mengangkat citra Rm Mbah Jingkrak, hingga cepat dikenal masyarakat. “Kami memang sengaja membuat menu aneh yang bikin penasaran konsumen,”&nbsp; katanya lagi.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nama Mbah Jingkrak itu, sendiri menurut Ajeng&nbsp; diperoleh secara tidak sengaja. Itu terjadi ketika dia bersama sang suami, Henry Pramono hendak pergi ke sebuah desa di Kecamatan Munggi, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Di desa itu ada sebuah warung makan yang sangat terkenal karena menyajikan menu nasi beras merah dan sayur lombok tempe. Dalam&nbsp; perjalanan tersebut, Ajeng tidak ingat nama rumah makan yang akan ditujunya. Tiba-tiba sang suami nyebut nama “Mbah Jingkrak”, padahal yang dimaksud adalah desa Jirak. “Saya mendadak punya inspirasi untuk menamakan Mbah Jingkrak menyadi nama rumah makan, ini kayaknya pas sekali,” tutur Ajeng.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak itulah, ia merasa mantap menggunakan nama Mbah Jingkrak di rumah makan yang kemudian dibukanya di Semarang hanya beberapa hari sepulang dia menyempatkan makan di Gunungkidul. Nama ini sangat cocok karena dalam bahasa Jawa, jingkrak berarti melompat-lompat karena kegirangan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masih menurut Ajeng, untuk mendirikan rumah makan tersebut, ia hanya mengggunakan modal Rp 40 juta. Modal ini digunakan untuk penyiapan alat dan promosi. Tanpa dinyana modal sebanyak itu ternyata langsung balik dalam tempo tidak sampai satu bulan. “Padahal perhitungan saya, modal paling tidak baru bisa balik selama tiga bulan,” ujarnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak mengejutkan bila, dalam tempo singkat Ajeng berhasil mengembangkan Mbah Jingkrak. Maklum ia memang sudah paham betul strategi apa yang harus dilakukannya, salah satunya adalah strategi promosi. Ketika pertama buka, ia langsung memblow up promosi lewat media lokal dan menghubungi semua relasi bisnis yang telah dimilikinya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagi Ajeng, menjalankan bisnis rumah makan agaknya sudah menjadi jalan hidupnya. Ia kini bisa dibilang meraih kesuksesan hidupnya karena bisnis jasa boga yang digelutinya. Saat ini Ajeng tercatat mengelola dua rumah makan, Ben Tuman dan Mbah Jingkrak. Keduanya berlokasi di tempat yang sama.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekedar informasi, sebelum sukses menggeluti bisnis resto, Ajeng tercatat sebagai karyawan sebuah perusahaan garmen di Semarang. Tekad untuk pindah kuadran menjadi pengusaha memang sudah bulat. Itu karena kondisi ekonomi yang mendorong semangat berbisnisnya bangkit. “Bayangkan mas saya harus menanggung tiga anak, sementara saya single parent,” tutur wanita bertubuh kuning langsat ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Restoran Ben Tuman yang secara khusus menyediakan menu steak dirintisnya sejak 1997 silam. Modal awalnya hanya Rp 14 juta yang digunakan untuk sewa tempat dan persiapan peralatan produksi. Ia mengaku tertarik membuka warung steak setelah melihat bisnis makanan asal Eropa ini cukup digemari dan menjadi trend bisnis di kota Jakarta dan Bandung. “Saya memang suka masak dan mencoba makanan apa saja ,” jelasnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ben Tuman bisa dibilang pelopor bisnis steak di Semarang. Ketika itu, Ajeng juga sudah menggunakan nama menu yang aneh seperti, Sapi bingung dan ayam linglung. “Ternyata menu yang aneh bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk membuat orang penasaran,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia mengawali usaha di kawasan Jl Kiai Saleh dengan mengontrak tanah seluas 100 meter persegi. Modal awalnya hanya Rp 14 juta yang merupakan uang tabungan. Bisnis berkembang bagus, sehingga tak mengherankan bila dalam tempo singkat, modalnya segera kembali dan ia membuka cabang lagi di tempat lain. Bahkan dalam perjalanannya, ia berhasil mengembangkan modal sebanyak itu menjadi asset ratusan juta dalam tempo tiga tahun. Ini terbukti dengan keberhasilannya membeli&nbsp; tanah sendiri yang digunakannya membuka cabang baru senilai Rp 750- juta.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Awalnya, Ajeng mencoba membidik pasar mahasiswa. Tentu saja, steak yang dijualnya telah melewati proses modifikasi baik dari rasa maupun harga. Ia meramu bumbu sendiri dan membuat harga yang terjangkau untuk kalangan mahasiswa. “Ternyata banyak lidah orang Semarang yang juga gemar dengan steak,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam perjalanannya, ternyata yang datang ke Ben Tuman justru berasal dari kalangan menengah ke atas. Padahal semula, ia tidak membidik pasar ini secara khusus. Yang diinginkannya justru pasar dari kalangan menengah ke bawah. “Tapi yang datang ternyata mereka yang bermobil dan kini justru malah anak-anak orang kaya,” tukasnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut Ajeng bisnis makanan di Semarang terbilang tidak gampang. Sekali salah melangkah, katanya, bisnis bisa hancur. Karena itulah, sebelum memulai bisnis ini, pengetahuan tentang karakter masyarakat mutlak dikuasai.” Kebetulan saya orang Semarang, jadi sudah paham dengan keinginan mereka,” katanya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak awal, Ajeng memang berusaha menjual steak tersebut dengan harga yang bisa dijangkau masyarakat dan terbilang&nbsp; murah. Ia menyediakan menu antara Rp 12.750 hingga Rp 30.000-an. “Harga ini murah dibandingkan dengan harga di restoran besar,” ungkapnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk penamaan menu, Ajeng juga menggunakan nama yang aneh-aneh, seperti Merapi Meletus Sapi Bingung Steak, Ayam Mabuk Steak, Ben Tuman Spesial Steak, dan Aborigin Beef Steak. Pemberian nama ini, terkesan asal comot, tapi ternyata sangat menguntungkan. Karena membuat konsumen tersenyum bila membaca, paling tidak mereka bisa terkesan dibuatnya. Nama merapi meletus&nbsp; terinspirasi oleh letusan Gunung Merapi yang melontarkan batu-batuan. Hujan abunya menyebar ke daerah sekitar.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Batu-batuan dari Gunung Merapi itu saya ibaratkan kentang yang dibungkus dengan alumunium foil. Makanya, (daging) sapinya bingung, kok ada kentang dibungkus kertas. Di sekelilingnya terdapat sayur wortel, buncis, dan saus yang seperti meleleh," katanya sambil tertawa.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara ekonomi, Ajeng memang sudah terbilang sukses. Yang menarik, ia kini sering diundang ke beberapa forum pelatihan kewirausahaan untuk menjadi nara sumber. Keberhasilannya mengelola kedua rumah makan tersebut, kayaknya memang patut ditularkan kepada calon pebisns lain untuk menirunya.”Dengan senang hati, kami menularkan ilmu agar mereka bisa mengikuti jejak kami,” tuturnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ajeng tidak hanya mengembangkan bisnis di Semarang,.Ia telah melebarkan sayap ke Jakarta. Ben Tuman dan Mbah Jingkrak sudah merambah ke ibukota Negara ini dengan cara waralaba. “Kebetulan ada kawan-kawan yang tertarik, karena itulah saya mencoba mengembangkan dengan cara waralaba,” imbuhnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat ini, Ajeng menjual waralaba untuk Ben Tuman sebesar Rp 150 juta. Sedangkan untuk Mbah Jingkrak, hanya sebesar Rp 50 juta.” Yang minta untuk membuka sudah banyak, kami masih mengkaji kelayakannya,” tuturnya. (Haris RK )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-68515119296905770972019-06-09T15:29:00.000+07:002019-06-16T05:53:59.285+07:00Dapur Solo, Perjuangan Swandani Dari Sebuah Garasi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e8/Gerai_Dapur_Solo_cabang_Sunter_(Dapur_Solo).jpg/1200px-Gerai_Dapur_Solo_cabang_Sunter_(Dapur_Solo).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="213" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e8/Gerai_Dapur_Solo_cabang_Sunter_(Dapur_Solo).jpg/1200px-Gerai_Dapur_Solo_cabang_Sunter_(Dapur_Solo).jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dapur Solo, Perjuangan Swandani Dari Sebuah Garasi</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Bermodalkan keuletan Swandani berhasil membangun Dapur Solo. Restoran dengan pengunjung tak kurang 200 orang per hari itu embrionya adalah warung rujak kecil di sebuah pojok garasi.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak beberapa tahun terakhir ini, Jakarta dibanjiri berbagai rumah makan tradisional. Hal itu terjadi, karena bahan dasar makanan tradisional Indonesia itu murah dan mudah didapat, sedangkan hasil olahannya bisa dijual semahal mungkin. Lalu, dengan sedikit polesan interior dan eksterior bangunan, serta penataan yang terkesan mewah, restoran tradisional sudah dapat diubah menjadi fine dining. Di sisi lain, perlahan namun pasti, masyarakat mulai jenuh dengan makanan bule seperti fried chicken, french fries, atau burger. Lebih dari itu semua, pada umumnya rumah makan tradisional menyediakan makanan berat (baca: nasi) dan sebagian besar masyarakat Indonesia merasa belum makan, kalau belum “bertemu” nasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu dari sekian restoran tradisional tersebut yaitu Dapur Solo (DS). Rumah makan yang terletak di kawasan Sunter ini menyajikan aneka makanan Jawa, khususnya dari Solo. “Dalam berbisnis makanan, saya merasa harus membuat spesifikasi. Akhirnya, muncul ide untuk membuat makanan tradisional Jawa. Di sisi lain, kehadiran DS merupakan penyegar di tengah-tengah kejenuhan masyarakat akan fried chicken, sekaligus pembelajaran bagi anak-anak muda zaman sekarang yang tidak lagi mengenal makanan tradisional, terutama dari Solo, seperti urap, bothok, selat, dan sebagainya,” kata Swandani, Director Dapur Solo Group.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, DS bukanlah rumah makan kemarin sore. Kemunculannya dimulai pada 1986 dari sebuah garasi yang hanya menjual rujak dan es juice. “Modalnya Rp100 ribu, sedangkan omsetnya Rp3000,- sampai Rp5.000,- per hari,” ujar Swan, sapaan akrabnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan berjalannya waktu, perempuan yang mengaku membuka warung karena gila kerja ini, menambahi menu makanannya dengan ayam goreng Kalasan, aneka kolak, dan sebagainya sehingga garasi rumah ini berubah menjadi kedai, yang ramai dikunjungi orang-orang kantoran untuk makan siang.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Sayangnya, kedai ini berlokasi di tengah-tengah perumahan yang padat dan jalan yang sempit, sehingga tidak tampak jelas dari luar. “Menurut saya, kalau mau buka usaha ya harus di tempat untuk buka usaha, jangan di perumahan,” kata ibu satu anak ini. Berdasarkan informasi dari sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan pengembang real estate bahwa telah dibangun rumah toko (ruko) untuk pertama kalinya di Sunter, keluarga kecil ini pun boyongan pindah ke ruko berukuran 5x19 m² yang mereka beli secara kredit tersebut, dengan terlebih dulu menjual rumah mereka, pada 1990-an. Di tempat inilah, berdiri RM (Rumah Makan) Solo, cikal bakal DS yang hanya menyediakan makanan khas Solo.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada 1997, terjadi krisis moneter (krismon). Banyak bisnis ambruk, termasuk developer dan rumah makan. Tapi, hal ini tidak berpengaruh kuat bagi RM Solo. Buktinya, jika restoran lain omsetnya melorot hingga 50%, omset RM Solo cuma turun 10%. “Suami saya yang menganggur, memutuskan untuk ikut membantu bisnis saya. Apalagi, dia melihat prospek cerah bisnis ini. Lantas, suami saya melemparkan ide untuk mengembangkan rumah makan ini, sekaligus membantu mereka yang kehilangan pekerjaan karena krismon,” ucap wanita yang mengaku tidak bisa masak ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bergabungnya sang suami dalam bisnis ini, memunculkan banyak ide di benak Swan, sekaligus tekad untuk mengembangkannya sebesar mungkin. Pertama, menyediakan makanan tradisional Jawa (bukan cuma dari Solo), yang dapat diterima semua suku. Caranya, memodifikasi rasa sangat manis pada makanan Jawa, tanpa orang Jawa merasa kehilangan rasa asli makanan tersebut. Kedua, meningkatkan jumlah pelanggan yang mulai berkurang, dengan meng-hire seorang desainer grafis untuk melakukan perombakan besar-besaran baik interior, eksterior, logo, dus, maupun branding name. Hasilnya? “Luar biasa! Konsep bangunan ternyata merupakan daya tarik pertama, sebelum konsumen mencicipi makanannya,” ujar sarjana perhotelan ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Langkah ini diikuti perubahan nama RM Solo menjadi DS sekitar empat tahun lalu, karena suatu saat ingin mewaralabakan bisnis ini. DS yang dibangun dengan modal Rp200 juta ini, terbagi menjadi dua lantai di mana lantai pertama digunakan sebagai rumah makan, sedangkan lantai kedua untuk ruang pertemuan yang mampu menampung 50 orang. Langkah berikutnya dilakukan ketika DS yang memiliki 20 jenis makanan dan minuman gagal menaikkan jumlah pelanggan di malam hari, sehingga rumah makan berkonsep ruangan minimalis moderen ini hanya dibuka dari pagi hingga sore. “Mungkin mereka berpikir bahwa makanan tradisional, khususnya yang dari Jawa, cuma cocok untuk makan siang. Kebetulan, hampir semua pelanggan saya adalah orang kantoran dan keluarga yang dengan uang Rp20 ribu dijamin sudah kenyang,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di saat yang hampir sama, ia mendapat kesempatan untuk memperluas usaha, dengan membeli ruko di sebelah DS. “Tapi, saya nggak yakin menjadikan ruangan seluas 10x19 m² itu sebagai DS juga, karena DS akan terkesan sangat besar. Usaha yang gede, biaya overhead dan risikonya juga gede. Saya tidak ingin yang seperti itu,” lanjutnya. Sebagai penggemar senam, Swan berinisiatif menjadikan ruko tersebut sebagai tempat senam dan massage tradisional, sekaligus tempat makan yang menyediakan masakan barat, seperti steak yang per paketnya hanya Rp25 ribu, spaghetti, fettuccine, salad, dan sup. Rumah makan semi kafe dengan lounge ini dinamakan 7 Times Steak &amp; Juice. Di sini, pengunjung cukup merogoh kocek sebesar Rp30 ribu, untuk bisa kenyang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu, muncullah pebulutangkis Susi Susanti yang menawarkan kerja sama dalam bentuk bisnis refleksi dan sport massage (pemijatan untuk cedera saat atau setelah berolahraga, red.) di bawah bendera Fontana Refleksi and Sport Massage. Sekadar informasi, kerja sama bagi hasil ini terjadi empat bulan lalu. “Refleksi yang menyediakan 12 sofa ini memberi pelayanan selama 1,5 jam dengan biaya Rp40 ribu. Sedangkan, sport massage yang menyediakan sembilan tempat tidur, membebankan biaya Rp100 ribu per 1,5 jam perawatan,” jelasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fasilitas senam (di sini tersedia kelas yoga, erobik, dan pillates, red.) plus gym yang berada di bawah naungan Female Gym, hanya menampung kaum hawa. Dengan ruangan yang mampu menampung 15 orang, setiap member diharuskan membayar Rp200 ribu/bulan dan Rp30 ribu per kunjungan untuk yang bukan anggota. “Meski baru berumur tiga bulan, Female Gym sudah memiliki 300 anggota dan waiting list,” katanya. Female Gym ini juga berfungsi untuk mengatasi ketiadaan pengunjung setelah jam sarapan dan makan siang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ide menyatukan food dengan health dalam satu gedung ini, ternyata membuat image DS yang interiornya didominasi warna orange dan kuning ini sangat terangkat. Demikian pula dengan omset yang diraih. Bila RM Solo meraup omset Rp100 ribu/hari, maka DS yang dikunjungi sekitar 200 pengunjung/hari membukukan omset lebih dari Rp3 juta/hari. “Dari buku manajemen yang saya baca dikatakan bahwa bila bisnis sudah mentok, harus membuat terobosan-terobosan baru,” jelas Swan yang mempekerjakan 40 karyawan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terobosan lain yang dilakukan DS yang menonjolkan nasi langgi, nasi gudeg, nasi pecel, nasi urap, nasi soto, dan selat ini yaitu merangkul para pedagang kecil menengah dengan sistem mutual benefit, seperti pedagang es oyen, bubur Jawa, rujak, sate Madura, dan serabi Solo. Di samping itu, juga menerima pesanan (lunch box), melakukan kontrol manajemen, standardisasi rasa sehingga tidak tergantung lagi pada koki, dan menggunakan komputerisasi. Nantinya, juga akan menerima katering untuk pernikahan dan membuka cabang di Jakarta Selatan. Kesuksesan akan datang dengan sendirinya pada orang yang mau terus berkembang, rajin menggali semua ide, serta menekuni dan menjalani apa yang telah dirintisnya. Dan, Swan telah membuktikan hal itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Swandani: Aku Bersepeda di Terik dan Hujan Untuk Menjemput Impian</div><div style="text-align: justify;">Ulet. Itulah modal utamaku. Sebenarnya aku tidak perlu bekerja mati-matian, karena suamiku yang bekerja di perusahaan developer real estate mampu membiayai rumah tangga kami yang mungil. Tapi, sebagai wanita yang gila kerja, aku tidak mau hanya ongkang-ongkang di rumah sambil mengurus anak tunggal kami. Aku memutuskan untuk berjualan rujak dan es Juice di sebuah garasi mungil, di tengah-tengah perumahan yang penuh sesak. Modalnya Rp100 ribu tapi omsetnya hanya Rp3000,- per hari, cuma bisa untuk jajan. Itu belum seberapa, kalau musim hujan tiba, hanya satu bungkus yang laku, bahkan kadang-kadang tak satu pembeli pun yang menjamah rujakku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu, aku berinisiatif jemput bola. Kukunjungi para pelangganku yang tinggal di kompleks perumahan kami dengan naik turun sepeda, selama dua tahun. Dalam kurun waktu itu pula, dengan setia aku menggoes sepeda pancal. Tak kenal panas tak kenal hujan. Aku selalu dalam keadaan seperti orang mandi. Di saat terik memanggang, aku seperti bermandikan keringat dan saat air mengguyur aku bermandikan air hujan. Baru pada tahun ketiga, gantian mereka yang mengunjungi aku. Pada tahun kelima, baru aku memetik hasil jerih payahku ini dengan memindahkan warungku dari garasi ke ruko, meski aku harus membeli ruko itu dengan menjual rumah kami. Perjuangan ini aku tularkan ke dua teman seperjuangannku, tapi tak satu pun yang berhasil.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perjuanganku tidak berhenti sampai di sini. Aku juga menyebarkan brosur ke mana-mana. Apakah orang yang aku kasih brosur nantinya akan membeli atau tidak, bukan masalah, yang penting dia sudah membaca isi brosurku. Setiap hari, aku menargetkan menyebarkan brosur kepada 20 orang. Satu saja yang tertarik ya nggak apa-apa. Dengan berjalannya waktu, ternyata dalam sebulan aku bisa merangkul 20 pelanggan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cara ini sampai sekarang masih aku jalankan, meski kini warungku sudah berkembang lebih daripada yang aku bayangkan, dengan omset lebih dari Rp3 juta/hari. Setidaknya, di tasku selalu ada 10 brosur yang setiap saat aku sebarkan ke siapa saja. Kadangkala, aku juga menitipkan brosur-brosurku ke beberapa media. Satu hal yang aku tegaskan di sini, bisnis makanan adalah bisnis yang membutuhkan usus panjang alias kesabaran tingkat tinggi. Jadi terus dan teruslah berusaha. (Russanti Lubis)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-44917078573838740532019-06-09T15:26:00.000+07:002019-06-16T05:53:59.647+07:00Paguyuban Petani Madani, Sukses Berkat Suplemen Tanaman RLM<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/84/Kelompok_tani.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="532" data-original-width="800" height="212" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/84/Kelompok_tani.JPG" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Paguyuban Petani Madani, Sukses Berkat Suplemen Tanaman RLM</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Paguyuban yang berpusat di Batu, Jawa Timur ini berhasil membuat formula khusus yang sangat membantu petani. Produktivitas meningkat, efisiensi biaya dan produk yang dihasilkannya sangat berkualitas.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bisnis Agro, tetap menjanjikan. Apalagi kalau tahu caranya, keuntungan besar sudah di depan mata. Demikian pendapat para petani&nbsp; Batu, kota sejuk di Jawa Timur.&nbsp; Mereka yang tergabung&nbsp; dalam Paguyuban Petani Madani (PPM) itu&nbsp; dalam beberapa tahun terakhir ini telah berhasil mengembangkan beberapa komoditas pertanian, perikanan dimana produknya tidak saja dipasarkan di dalam negeri tetapi juga mancanegara.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">PPM kini memang popular.&nbsp; Siapa sih yang tidak kenal nama ini? Dari Presiden, menteri, anggota DPR&nbsp; hingga pejabat lokal, pasti sudah mengenal Paguyuban yang memiliki anggota ribuan petani di Indonesia itu. Menurut Budiono, ketua PPM, total anggotanya sekitar 6% dari populasi petani di Tanah Air. Sifat keanggotaannya terbuka dan siapa saja --tidak hanya petani-- boleh menjadi warga PPM.&nbsp; “Kami memang berkomitmen dengan siapa saja yang ingin bergabung dalam bisnis pertanian. Asalkan mereka berminat dan sungguh-sungguh, kami pasti akan membantu,” ujarnya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">PPM berupaya mengembangkan sebuah bisnis agrobis yang berkesinambungan di Indonesia. Mereka ingin membentuk sebuah entitas bisnis berbasis agro yang berhasil, bermartabat dan tentu saja sukses. Mereka ingin mengubah stereotype lazimnya petani yang miskin, kurang inovatif dan selalu terpinggirkan.&nbsp; Untuk mencapai tujuan tersebut, PPM mengajak semua unsure&nbsp; yang terlibat dalam bisnis agro, mulai dari petani, pedagang hingga perusahaan-perusahaan pendukung bisnis ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Langkah pertama yang dilakukan PPM ialah memutus ketergantungan petani terhadap pupuk yang selama ini dianggap sebagai biang kerok dan merusak struktur tanah yang ada.&nbsp; Paguyuban berhasil membuat suplemen tanama yang disebut RL-M (Ramah Lingkungan Madani). Produk ini dibuat dari bahan-bahan yang ada disekitar lingkungan para petani tersebut.&nbsp; Sebut saja, misalnya, ekstrak akar-akaran, biji-bijian, buah-buhan, tunas tumbuhan dan sari pati bunga tanaman khas tropis. Dari bahan-bahan tersebut dapat diimplementasikan ke dalam bisnis pertanian, seperti : pupuk organik pupuk daun, perangsang bunga, pembuat buah sehat dan produk-produk lainnya. Hebatnya lagi, anggota PPM dapat membuat sendiri produk tersebut. Mereka akan diberikan alih teknologi, sehingga petani tidak tergantung pada pasokan pupuk.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Budiono menambahkan, bagi peminat yang ingin terjun ke agribisnis bisa langsung konsultasi dengan PPM. Para anggota&nbsp; paguyuban akan membantu melakukan analisis tanah—misalnya akan terjun ke bisnis. Peminat hanya dipungut biaya Rp 35 ribu/analisis. Analisis diperlukan untuk menentukan bagaimana mengolah tanah dengan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. Setelah itu, mereka akan dibantu&nbsp; dalm menentukan jenis tanaman, jenis pupuk serta dibimbing untuk laih teknologi dalam pembuatan pupuk secara mandiri.&nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dilihat dari kacamata bisnis, penggunaan teknologi RLM sangat menguntungkan. Keberhasilan boleh diadu dengan pengolahan secara tradisional maupun penggunaan produk non organic—lihat tabel.&nbsp; Sebagai contoh misalnya : penggunaan pupuk yang dilakukan dengan cara tradisional, ternyata lebih boros bila dibandingkan dengan menggunakan teknologi RLM ataupun nutrisi lainnya. Per hektarnya, cara tradisional membutuhkan pupuk 600 kilogram. Sedangkan dengan RLM cukup 200 kilogram saja.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Saking iritnya, maka tidak heran bila produk RLM ini telah dipakai di 200 Kabupaten/kota di Indonesia. Dan, lebih dari itu, produk suplemen RLM ini bisa digunakan pada produk perikanan, udang, peternakan seperti : sapi, kambing dan beberapa lagi lainnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu keberhasilan PPM ini ialah mengekespor udang ke pasar Jepang.&nbsp; Pasar di negeri Sakura tersebut, diakui sangat sulit. Produk harus berkualitas prima. Namun, berkat suplemen RLM, udang yang diekspor rata-rata memiliki panjang antara 21-42 cm. Sedangkan komoditas perikanan ekspor lainnya, seperti bandeng, berkat penggunaan suplemen ini bisa menghasilkan berat antara 0,25 sampai 0,50 kilogram per ekor.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Sekarang PPM tidak hanya terdiri dari para petani. Beberapa pengusaha yang bergerak di bidang pertanian pun turut bergabung, sehingga pemasaran produk pun relatif lancar.&nbsp; Produk-produk pertanian mereka telah diekspor ke berbagai negara seperti : China, Jepang, Australia, Brunei dan Malaysia. “Kami masih membuka bagi para pengusaha, pedagang maupun pemain agro lainnya untuk bergabung dengan prinsip win-win solution,” tutur Budiono.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">TABEL KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI RLM</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A. Penghematan Pupuk<span style="white-space: pre;"> </span> <span style="white-space: pre;"> </span>&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Konvensional<span style="white-space: pre;"> </span>Nutrisi lainnya<span style="white-space: pre;"> </span>Teknologi RLM</div><div style="text-align: justify;">Rp 1,5 juta/hektar (setara rata-rata 600 kilogram<span style="white-space: pre;"> </span>Rp 1 juta/ha (setara rata-rata 400 kg)<span style="white-space: pre;"> </span>Rp 500 ribu/ha , setara rata-rata 200 kg</div><div style="text-align: justify;">B. Produktivitas<span style="white-space: pre;"> </span> <span style="white-space: pre;"> </span>&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Konvensional<span style="white-space: pre;"> </span>Nutrisi lainnya<span style="white-space: pre;"> </span>Teknologi RLM</div><div style="text-align: justify;">4-6 ton/ha<span style="white-space: pre;"> </span>6-10 ton/ha<span style="white-space: pre;"> </span>7,7 – 10 ton/ha</div><div style="text-align: justify;">C. Kemandirian Petani<span style="white-space: pre;"> </span> <span style="white-space: pre;"> </span>&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Konvensional<span style="white-space: pre;"> </span>Nutrisi lainnya<span style="white-space: pre;"> </span>Teknologi RLM</div><div style="text-align: justify;">Stok terbtas, bergantung pada pasokan pabrik<span style="white-space: pre;"> </span>Stok tak terbatas, tetapi hanya dihasilkan oleh pabrik tertentu, petani tetap tergantung pada pasokan pabrik<span style="white-space: pre;"> </span>Stok tak terbatas, petani dapat mengajukan hak memproduksi sendiri kepada Badan Pengurus PPM</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-52035748290140977082019-06-09T15:25:00.000+07:002019-06-16T05:54:00.010+07:00Bisnis Bunga Melati, Meraup Untung Bersih Rp 2 Juta per hari<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-NxPXA8OlhMA/UQNHzWXLJhI/AAAAAAAAAqM/ClwvpiJ9wxE/s1600/800px-JasminumSambac2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-NxPXA8OlhMA/UQNHzWXLJhI/AAAAAAAAAqM/ClwvpiJ9wxE/s1600/800px-JasminumSambac2.jpg" data-original-height="600" data-original-width="800" height="240" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bisnis Bunga Melati, Meraup Untung Bersih Rp 2 Juta per hari</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Setelah dipetik, bunga melati akan cepat layu dan tidak segar lagi. Namun Santoso dan Hidayat mempunyai trik tersendiri untuk mengatasi persoalan tersebut, sehingga bisa memasarkannya sampai ke mancanegara.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Melati&nbsp; atau istilah lainnya jasminum sambac termasuk tanaman hias yang mampu hidup bertahun-tahun. Batangnya yang tegak serta memiliki bunga berwarna putih mungil dan harum, sering digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Melati pun dapat berbunga sepanjang tahun serta tumbuh subur pada tanah yang gembur dengan ketinggian sekitar 600 atau 800 meter diatas permukaan laut, asalkan mendapatkan cukup sinar matahari. Melati dapat dikembangbiakkan dengan cara stek. Tunas-tunas baru pun akan tampak setelah berusia sekitar 6 minggu.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Kondisi inilah yang melatarbelakangi Santoso untuk membudidayakan bunga Melati hingga menjadi bisnis yang menjanjikan. Bermula dari usaha turun temurun&nbsp; kedua orang tuanya mengolah perkebunan melati di pesisir pantai utara tersebut, memicu Santoso dan mitranya Hidayat-rekan untuk menjadikan perkebunan tersebut sebagai lahan bisnis.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Tak banyak yang melirik budidaya bunga melati. Kesulitan dalam pemasarannya pun turut menjadi kendala utama. Seperti diketahui, bunga melati ketika sudah dipetik akan cepat layu bahkan busuk. Bagaimana jika tidak laku terjual?,” ucap Santoso mengilustrasikan bisnis yang digelutinya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Namun kendala tersebut tak menyurutkan Santoso dan Hidayat. Berbekal pendidikan dan pengalamannya, duo pria itu berhasil mengirim bunga sampai ke tempat tujuan tanpa mengalami kerusakan, bahkan untuk pelanggannya yang di luar negeri sekalipun.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">“Untuk pemasaran luar daerah dan mancanegara, kami menggunakan sistem bungkus box. Bunga melati dalam box diberi pendingin es guna menjaga kesegaran sehingga kondisi melati tetap seperti ketika baru dipetik,” ungkap Hidayat. Dengan sistem pengiriman menggunakan box, kini bunga melati sudah merajai negara Singapura, Malaysia dan beberapa negara lain.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lantas apa keunggulan dengan penerapan penjualan dengan box? “Melati dalam box tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu tiga hari bahkan lebih. Kemudian bunga-bunga khusus box merupakan kualitas terbaik yang dipilih secara selektif,” jelas Santoso alumni UPN Veteran Jogjakarta.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Namun untuk pemenuhan pasokan pabrik-pabrik minuman berbahan dasar melati, kualitasnya memang tidak sama. Biasanya, bunga yang ditawarkan tidak semuanya dalam kondisi bagus. “Kebutuhan pabrik sifatnya setiap hari untuk kelancaran proses produksinya. Jadi yang menjadi prioritas adalah pengadaan bunga tersebut agar tidak kosong,” tambah Hidayat.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Dengan keunggulan bunga melati yang dapat panen sehari dua kali yaitu pagi dan sore, menjadikan pasokan bunga melati tak pernah kurang ataupun habis. Sehingga kelancaran bisnis ini pun tak perlu diragukan.“Biasanya, kondisi melati dipengaruhi curah hujan. Jika musim hujan maka kondisi melati jelek,” aku Hidayat yang diamini Santoso.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Santoso pun mengatakan, dengan jeleknya kualitas bunga berdampak langsung dengan tingkat harga penjualan. “Setiap harinya harga melati tidak pernah stabil. Tetapi biasanya kami menjual dengan kisaran harga Rp.17.000,- keatas per kilogramnya,” jelasnya. Sedangkan untuk penjualan dengan pengiriman menggunakan box, mereka mematok harga antara Rp.100 ribu sampai Rp. 200 ribu per box.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Namun, tingkat harga penjualan bunga melati pun terkadang dilakukan dengan sistem pelelangan. Ketika stok bunga melati sudah sedikit sedangkan pemesanan meningkat maka diberlakukan harga tertinggi. “Ketika stok menipis maka pelelangan diberlakukan,” aku Hidayat yang berusia 26 tahun ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Dengan beberapa faktor kendala dalam menjalankan bisnis bunga melati ini, mereka mengatakan biasanya keuntungan yang diambil per kilogramnya antara Rp 1.000-Rp 2.000. Namun untuk bunga box, tak lebih dari 20 persen. Tertarik?&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Analisa Bisnis Bunga Melati per Hari&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">(Sudah memperhitungkan biaya operasional)&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">A. Penjualan Bunga Melati adalah 1.000 kg (1 ton)</div><div style="text-align: justify;">B. Produksi Bunga Melati adalah 300 kg/Ha&nbsp; &nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; Maka Luas Tanah yang diperlukan adalah 1.000 kg : 300 kg = 3,33 Ha&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;">C. Harga Jual Bunga Melati Rp. 20.000,-/kg&nbsp; &nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; Total Penjualan Rp. 20.000,- x 1.000 kg = Rp. 20.000.000,-</div><div style="text-align: justify;">D. Keuntungan Bersih yang diambil Rp. 2.000,-/kg&nbsp; &nbsp; &nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; Total Keuntungan Rp. 2.000,- x 1.000 kg = Rp.&nbsp; &nbsp;2.000.000,-</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(Fisamawati)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-78914206098902515292019-06-09T15:23:00.000+07:002019-06-16T05:54:00.432+07:00Budidaya Itik Laut, Hasilnya Yahud<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/45/White-winged_Duck_RWD3.jpg/300px-White-winged_Duck_RWD3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="300" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/45/White-winged_Duck_RWD3.jpg/300px-White-winged_Duck_RWD3.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Budidaya Itik Laut, Hasilnya Yahud</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Selama ini kita hanya mengenal budidaya itik di darat. Padahal budidaya itik di laut jauh lebih menguntungkan. Dengan memelihara 650 ekor, kita bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 3 juta per bulan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernah melihat itik ngemil atau mengulum es batu? Kalau belum, Anda harus berbudidaya itik laut terlebih dulu. Sebab, dalam budidaya binatang yang daya tahan hidupnya lebih tinggi daripada ayam ini, ngemil terpaksa dilakukan kepada itik-itik tersebut untuk menekan biaya pangan. Di sisi lain, dalam budidaya ini kadangkala itik juga dipaksa mengulum es batu sebagai bentuk pertolongan pertama, untuk menyelamatkan nyawa hewan yang juga disapa bebek ini, dari kematian mendadak karena memakan bangkai hewan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu, apa itu budidaya itik laut? “Budidaya itik laut yaitu itik darat yang dibudidayakan di wilayah pantai atau pinggiran laut dengan menggunakan pola alamiah atau dibiarkan lepas begitu saja (Jawa: diumbar, red.) tapi tetap dalam batas-batas tertentu saat air laut surut, sehingga mereka dapat mencari makanan tambahan sendiri untuk meningkatkan produksi telur mereka. Usaha pemeliharaan itik ini memanfaatkan sumber daya pantai, yang merupakan penyedia pakan pendukung produksi dengan kandungan protein tinggi dan murah berupa sisa-sisa ikan dan biota laut yang telah mati yang ditinggalkan kala air laut surut, sehingga diperoleh keuntungan usaha yang optimal,” kata Sugiarto, Kepala Dinas Peternakan Kota Pasuruan, Jawa Timur.Untuk komoditi utamanya bisa menggunakan itik Lumajang, Bali, Mojosari, Khaki, Champbel, dan sebagainya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam pengembangbiakan hewan yang berdaya telur 57,8% itu, Sugiarto melanjutkan, Dinas Peternakan Kota Pasuruan menggunakan itik Mojosari (Modopuro). Sebab, secara ekonomis, itik jenis ini jauh lebih menguntungkan daripada itik jenis lain. “Dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya, bebek Mojosari (Modopuro) dimungkinkan dibudidayakan di semua daerah di Indonesia, terutama yang berdataran rendah. Tapi, dalam budidaya itik (di) laut ini tidak harus selalu menggunakan itik ini, karena pertimbangan segi efisiensi, efektivitas, dan ekonomis,” jelas pria bergelar insinyur dan magister manajemen ini.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai tambahan informasi, itik Mojosari (Modopuro) merupakan jenis itik yang banyak dijumpai di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini relatif lebih mudah didapat, murah, dan daya tahan hidupnya lebih tinggi daripada itik lain. Untuk dapat dibudidayakan, binatang yang termasuk spesies burung dalam familia Anatidae ini harus diadaptasikan dengan habitat pantai terlebih dulu, dua minggu setelah mereka menetas.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beternak itik (di) laut, Sugiarto menambahkan, memiliki sisi menguntungkan dan merugikan. Sisi menguntungkannya yaitu pertama, membuka lapangan kerja baru, khususnya para istri nelayan. Kedua, biaya pakan lebih murah dibandingkan dengan budidaya itik (di) darat. Misalnya, jika seekor itik darat menghabiskan biaya Rp500,- sampai Rp700,- per hari, maka seekor itik laut hanya menelan biaya Rp100,- hingga Rp200,- setiap harinya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Ketiga, kualitas telur yang relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil budidaya itik (di) darat. “Warna kuning telurnya lebih kemerahan sehingga tampilannya terkesan lebih menarik, sekaligus menunjukkan bahwa kandungan proteinnya lebih tinggi. Hal ini disebabkan kebutuhan protein dan mineral itik pada saat berproduksi tercukupi,” ucapnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Keempat, keuntungan dari hasil penjualan itik afkir. Sedangkan sisi kerugiannya yaitu timbulnya angka kematian itik di usia muda. “Sebab, dengan sistem diumbar kemungkinan mereka memakan sampah atau bangkai hewan,” imbuhnya.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Budidaya itik (di) laut dapat dilakukan siapa pun dengan syarat yang bersangkutan tinggal di daerah yang berpantai landai, memiliki cukup modal, serta mempunyai komitmen usaha yang kuat, rajin, dan jujur. Selain itu, sebisa mungkin menghindari kondisi bibit itik yang tidak seragam baik dari segi umur, jenis, ukuran, maupun asalnya. Karena, hal ini menyebabkan setiap perubahan yang terjadi (masa bertelur, masa rontok bulu, dan sebagainya) di kemudian hari, tidak dapat diperkirakan secara manajerial. Di samping itu, melakukan pemeriksaan dan pembersihan area gembala dari sampah dan bangkai binatang, sebelum binatang yang dijuluki burung air ini diumbar. Saat diumbar, itik harus tetap dalam pengawasan penuh, untuk menghindarkan mereka dari gangguan pencuri atau binatang buas. Lebih dari itu semua, sediakan selalu air minum tawar dan bersih. Nah, selamat beternak.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yang Harus Dipersiapkan...</div><div style="text-align: justify;">Untuk membudidayakan itik (di) laut ini, yang harus dipersiapkan :&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Komitmen tempat pengadaan dan pemilihan bibit.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Kandang atau tempat penampungan awal untuk memulai proses adaptasi daerah, beserta&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; kelengkapannya. Ukuran kandang disesuaikan dengan kepadatan ternaknya.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pakan bibit dan obat-obatan secukupnya (± 3 minggu).</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pagar area gembala.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Kandang produksi, untuk ukuran harus disesuaikan dengan jumlah dan kepadatan ternaknya ·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pakan itik dewasa (untuk hidup pokok dan produksi).</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Komitmen tempat dan pasar telur hasil produksi.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Komitmen tempat dan pasar itik afkiran.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Air minum tawar harus selalu tersedia, mengingat sifat itik yang hanya mau minum atau&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; mengkonsumsi air dalam kondisi tawar.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Bibit itik Mojosari jenis kelamin betina dengan umur dan ukuran seragam. Hal ini, harus&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; dilakukan agar saat berproduksi dapat terjadi serentak.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pengawasan kesehatan itik&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Proses Budidaya...</div><div style="text-align: justify;">Proses budidaya itik (di) laut dalam satu periode, terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">1.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap pengumpulan bibit merupakan awal proses budidaya dengan kegiatan:</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Menentukan tempat pembelian atau pengadaan bibit dengan mempertimbangkan aspek jarak,&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; waktu tempuh, harga beli, kualitas bibit, dan jenis itik.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pemilihan bibit dengan berpedoman pada umur (± dua minggu sebelum menetas ), jenis,&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; kesehatan, ukuran dan jenis kelamin itik yang seragam, serta sesuai kebutuhan.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pengepakkan sesuai jumlah dan ukuran yang ada. Sebelumnya, pada masing-masing bibit telah&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">&nbsp; &nbsp; &nbsp; diteteskan larutan gula melalui mulut sebagai langkah antisipasi stres akibat pengangkutan.</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pengangkutan dan pengiriman bibit ke kandang adaptasi.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">2.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap adaptasi daerah</div><div style="text-align: justify;">Bibit itik berada di dalam kandang yang letaknya di dekat pantai selama ± 3 minggu dengan hanya diberi makanan jadi buatan pabrik dalam bentuk kering, air minum tawar dalam jumlah yang tidak terbatas, dan penerangan secukupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">3.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap pembesaran</div><div style="text-align: justify;">Pada tahap ini, itik mulai diberi ruang gerak yang cukup luas dengan memperkenalkannya pada kondisi pantai, dengan cara diumbar saat air laut surut dengan waktu terbatas, diberi pakan dalam bentuk basah pada pagi dan sore, serta air minum tawar dalam jumlah tak terbatas sampai itik mulai bertelur (± umur 4 bulan).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">4.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap produksi</div><div style="text-align: justify;">Pelaksanaan tahap ini hampir sama dengan tahap nomor tiga, hanya jam buka kandang diatur agak siang karena masih dilakukan pemungutan telur produksi harian. Sesuai kebiasaan, itik akan mengalami puncak produksi harian saat berumur 14 bulan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">5.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap pasca produksi</div><div style="text-align: justify;">Secara umum, itik-itik pada tahap ini telah mengalami penurunan produksi dan akan mengalami rontok bulu, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan seleksi pada masing-masing itik untuk dilakukan pengafkiran.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">6.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Tahap peremajaan</div><div style="text-align: justify;">Hasil evaluasi tahap ke lima dapat dijadikan sebagai pedoman dalam peremajaan itik, sehingga kontinyuitas produksi telur persatuan waktu dari satu unit usaha dapat dicapai dan bisa ditentukan pada waktu-waktu yang akan datang.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Analisa Bisnis</div><div style="text-align: justify;">Dalam budidaya itik (di) laut, terdapat dua modal yang harus ditanamkan yaitu pertama, modal investasi yang berfungsi untuk membiayai pembuatan kandang, pagar area gembala, tempat makan dan minum itik, fasilitas listrik, pompa air, serta bibit itik. Kedua, modal produksi yang berfungsi untuk membeli bahan pakan itik dan membayar tenaga kerja, yang nilainya tergantung pada seberapa banyak itik yang akan dibudidayakan. Contoh, bila ingin membudidayakan 650 ekor itik yang terdiri dari 10 ekor jantan dan 640 ekor betina, pakan yang diberikan sejak awal hingga itik-itik ini berumur tiga minggu adalah pakan jadi (buatan pabrik). Selanjutnya, mereka diberi pakan campuran antara karak (kerupuk nasi, red.) dan bekatul dalam bentuk basah, hingga akhir masa reproduksi atau ketika hewan yang masih bersaudara dengan angsa itu berumur 14 bulan.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Analisis bisnis budi daya 650 itik (di) laut dalam satu bulan&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan : 370 butir/hari</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Harga rata-rata&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; : Rp&nbsp; 600,-/butir</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Hasil penjualan telur&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 222.000,-/hari</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Pengeluaran untuk pembelian pakan sebanyak 90 kg @Rp600,-&nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp&nbsp; &nbsp;54.000,-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; -</div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Keuntungan kotor&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 168.000,-/hari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">·&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Keuntungan bersih sekitar&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp 100.000,-/hari&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">&nbsp;Keuntungan bersih perbulan&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Rp3.000.000,-</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(&nbsp;Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-65864699365434410262019-06-09T15:19:00.000+07:002019-06-16T05:54:00.793+07:00Herman S. Budi, Selalu One Step Ahead<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://i2.wp.com/cdc.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/Kantor-Kredit-Plus-PT-Finansia-Multi-Finance.gif?resize=728%2C349" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="349" data-original-width="728" height="153" src="https://i2.wp.com/cdc.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/Kantor-Kredit-Plus-PT-Finansia-Multi-Finance.gif?resize=728%2C349" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Herman S. Budi, Selalu One Step Ahead</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Untuk menjadi leader di pasar, seseorang harus berani mengambil keputusan sebagai pioner dengan segala risikonya. Itulah yang dilakukan Herman ketika membelokkan kemudi ke pembiayaan elektronik.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalem dan sederhana, kesan itu yang muncul saat berhadapan dengan Herman S. Budi yang menjabat sebagai pimpinan salah satu perusahaan pembiayaan ini. Sewaktu berbincang-bincang pun, gaya akrabnya tetap wajar, walau tidak kaku namun tetap tidak berlebih-lebihan. Demikian pula pembawaannya yang ramah layaknya ciri khas orang-orang di bisnis jasa maupun penjualan pada umumnya yang harus selalu sabar melayani klien.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak heran, sebelum menempati posisi teratas sebagai direktur PT Finansia Multifinance (FM), pada tahun 1997 ia memulai karir di bisnis ini sebagai staf GM pada bagian kredit dan marketing. Selanjutnya karir sebagai eksekutif ternyata dilaluinya dengan cukup pesat. Setelah satu tahun kemudian, ia telah dipercaya menduduki pucuk pimpinan. Gelar insinyur teknik sipil agaknya tidak membuat pria kelahiran Ternate itu canggung di dalam mengelola bisnis keuangan. Malah boleh dikata sampai sekarang ijasah tersebut tetap tinggal tersimpan rapi dalam lemari alias tidak dipergunakan sama sekali. “Pengalaman kerja yang pertama kali saya terjun di market otomoif, lalu masuk di asuransi Astra memegang wilayah Jabotabek,” tuturnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak lama masuk di perusahaan pembiayaan kredit yang kini dinakhodainya, Herman telah dihadapkan pada ujian karena pada 1998 mulai terjadi badai krisis moneter yang sempat melumpuhkan sebagian besar sektor dunia usaha. FM yang ketika itu masih merupakan perusahaan leasing kendaraan alat berat dan otomotif sempat menghentikan usaha. Dan selanjutnya apa boleh buat akhirnya memilih mengalihkan usaha pada pembiayaan kredit kendaraan roda dua. “Pasar mobil secara umum mengalami penurunan penjualan, sementara itu bunga bank tinggi sekali, sedangkan kita lihat membutuhkan waktu lama untuk bisa recovery,” ungkapnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketika itu ia berargumen bahwa dengan penurunan pendapatan rata-rata, otomatis masyarakat akan mencari alat transportasi alternatif yang lebih murah ketimbang mobil. Dari sisi bisnis tingkat kompetisi pada kredit otomotif juga sudah sedemikian tinggi dan mulai tidak sehat. Sedangkan menurut perhitungan, paling tidak dalam lima tahun ke depannya, kendaraan roda dua dipastikan pertumbuhannya akan sangat tinggi. “Bila dilihat dari sisi profitabilitas, meskipun bunga bank masih cukup tinggi, tetapi selling interest-nya masih bisa menutupi, dengan kata lain profit margin cukup untuk menjadikan perusahaan bisa survive dan berkembang,” tambahnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perkiraan itu tidak meleset, persoalannya perusahaan-perusahaan sejenis juga berpikiran seragam dan mulai membidik pasar sepeda motor. Gejala persaingan tidak sehat segera timbul, di mana bukan produsen yang mengejar leasing, tetapi sebaliknya perusahaan pembiayaanlah yang bersaing memperebutkan jatah.&nbsp; Gerah dengan kondisi seperti itu, usaha tersebut diteruskan hanya sampai dengan 2000. Selanjutnya perusahaan ini kembali melirik pada sebuah peluang baru.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Herman mengamati, setidaknya hingga pada waktu itu belum ada lembaga kredit yang mencoba pasar elektronik. Padahal, menurutnya bila menilik perkembangan pasarnya ia bakal memiliki opportunity yang cukup bagus. “Masalahnya yang pertama adalah market masih perlu diedukasi dan kedua belum ada bank yang bersedia memberikan pinjaman,” tukas Herman. Merasa yakin hal itu sebagai pilihan yang tepat, sekali lagi usaha dialihkan dan kali ini masuk ke pasar ritel elektronik walau harus memakai dana sendiri,&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Kita selalu mencoba one step ahead, Pak,” tukas bapak dua anak laki-laki dan satu perempuan ini. Sebagai pilot project ia membuka pasar di Surabaya, dan ternyata berkembang cukup bagus. Seterusnya ekspansi mulai dilakukan yakni merambah ke Jawa Tengah hingga sampai akhirnya memiliki cabang di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Lalu ibarat pepatah ada gula ada semut, perkembangannya yang bagus itu ditengok dan mulai diikuti oleh multifinance yang lain. “Kita termasuk yang start early di sini,” imbuhnya dengan sedikit bangga.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Disebutkan, FM sekarang telah masuk di 29 kota dengan 43 buah kantor cabang. Jumlah karyawan kurang lebih 1.500 orang dan terus ditambah setiap hari seiring laju perusahaan. Di tengah persaingan dengan berbagai perusahaan pembiayaan tetap mampu mempertahankan pertumbuhan di atas 80%. Kini jumlah nasabah yang aktif tercatat sekitar 200-an ribu pengguna jasa, sedangkan konsumen selain perorangan atau pribadi, beberapa di antaranya juga termasuk&nbsp; dari korporasi khususnya skala UKM. Pendanaan tersebut mencakup fasilitas kredit elektronik, furniture, maupun komputer.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Kerja sama dilakukan baik dengan modern market maupun dengan ribuan toko-toko di pasar-pasar tradisional yang ada,” ujarnya sambil menyebutkan beberapa nama mitra bisnis yang tergolong pasar moderen. “Dengan adanya pasar-pasar moderen yang melakukan promosi dan meng-create program bersama perusahaan multifinance, tentunya ditambah upaya edukasi yang telah dirasakan manfaatnya maka saya lihat pasar kredit makin bagus,” paparnya mengimbuhi.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Herman menyebutkan paling tidak terdapat dua hal yang menunjang kesuksesan usahanya. Pertama, kekuatan perusahaan terletak pada kesiapan teknologi. Menurutnya aplikasi TI adalah sebagai sarana yang mampu menyajikan kemudahan, kecepatan kerja dan efisiensi bagi perusahaan dibandingkan dengan sistem manual yang cenderung lambat serta butuh lebih banyak waktu dan tenaga. “Bahkan sejak 1997 kita sudah terbiasa mempergunakan email untuk keperluan surat-menyurat maupun penulisan laporan,” ujarnya. Kedua, membangun perusahaan adalah membangun infrastruktur, untuk itu selalu disiapkan sebuah sistem penunjang operasional yang matang. “SOP diperbarui dan diperbaiki terus,” tambahnya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lebih lanjut, diakui bahwa penjualan elektronik secara kredit kurang lebih baru 10% dari keseluruhan yang mencapai Rp 18-20 triliun per tahun tetapi jumlah itu terus tumbuh. Dia membuat gambaran seperti halnya fenomena penjualan sepeda motor, sebelum krisis yang memakai sistem kredit baru sekitar 30%, tetapi sekarang hampir 80%-90% penjualan adalah melalui kredit. “Jadi pasar elektronik masih sangat potensial untuk digarap,” tandasnya. Pastinya merupakan sebuah harapan yang bukan tidak masuk akal. (Wiyono )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-6734074897297174672019-06-09T15:16:00.000+07:002019-06-16T05:54:01.190+07:00S. Wiryanto, Manusia Tiga Dimensi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://silvesterwiryanto.files.wordpress.com/2011/11/koran-ladira-001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="552" height="320" src="https://silvesterwiryanto.files.wordpress.com/2011/11/koran-ladira-001.jpg" width="221" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">S. Wiryanto, Manusia Tiga Dimensi</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Tak banyak orang yang dalam hidupnya bisa menjalankan beberapa peran sekaligus. Silvester Wiryanto termasuk segelintir sosok yang melihat hidup dalam kekayaan dimensi.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Indonesia adalah negara yang penuh dengan susu dan madu. Begitulah anak-anak negeri ini memandang negara mereka, ketika berada nun jauh di seberang benua. Tak terkecuali Silvester Wiryanto, kala menimba ilmu kedokteran di Universitaet zu Koeln, Jerman. Tapi, mengapa Indonesia tidak bisa seperti Jerman yang luluh lantak karena Perang Dunia II, namun dapat segera bangkit kembali, bahkan kini menjadi salah satu negara maju? Jawabannya cuma satu: Indonesia belum memiliki pionir yang merintis di segala bidang, mengingat sumber daya manusia di Nusantara ini masih terbatas.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Kalau, kita menjadi dokter, misalnya, kita diharapkan mau dan mampu merintis sektor-sektor lain yang memiliki peluang, termasuk sektor pemberdayaan masyarakat,” kata kelahiran Klaten, 57 tahun lalu ini. Dengan semangat idealisme inilah, ia menularkan nasib baik atau peluang yang dimilikinya kepada masyarakat negaranya dengan terlebih dulu mempelajari dan menyerap semua sistem, semangat, dan paradigma masyarakat Jerman.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekembalinya ke tanah air pada 1981, dengan niat menggebu-gebu untuk segera dapat mengimplementasikan obsesi-obsesinya, mantan Ketua Perhimpunan Pemuda Indonesia Regional Nord Rhein Westfalen, Jerman, ini langsung minta ditempatkan di desa. “Meski dianggap aneh oleh kolega-kolega saya, tapi pada akhirnya saya menemukan tempat untuk adaptasi sekaligus mengimplementasikan berbagai obsesi saya yaitu di rumah sakit akademik (rumah sakit yang berada di bawah naungan perguruan tinggi, red.) Rumah Sakit Dokter Sardjito, Yogyakarta, sekaligus melakukan pelayanan di Desa Soran, Klaten,” ujar Pendiri dan Pengurus Perhimpunan Dokter Jerman Indonesia (Deutsche Indonesiche Geselchaft fuer Medizin).&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di desa yang kala itu belum terdapat jaringan listrik dan jalan-jalannya belum beraspal inilah, ia tinggal dan menggali aspirasi mereka, misalnya dengan ikut arisan para petani, kerja bakti, atau memanfaatkan keahlian olahraga taekwondonya untuk melatih para pemuda setempat dan satpam Universitas Gajah Mada (UGM). Dengan berjalannya waktu, pemegang sabuk hitam ini mulai dapat menyimpulkan apa saja yang dibutuhkan masyarakat desa ini. Sesudah itu terpenuhi, pemberdayaan pun dimulai.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kini Soran telah menjelma menjadi desa wisata (disingkat Dewi, red.) yang tetap mempertahankan keasliannya, misalnya cara hidup, ritual keagamaan, matapencaharian, dan sebagainya, sekaligus menawarkan homestay (tinggal di rumah penduduk) untuk berbagai pelatihan, seminar, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Dari sinilah masyarakat membiayai diri mereka, di samping dari pihak-pihak lain yang membuat berbagai proyek di desa yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat dan manfaatnya juga dinikmati masyarakat, seperti proyek children fund, air bersih, beasiswa, dan sebagainya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Sudah banyak orang yang melakukan hal-hal semacam ini, tapi semua itu masih bersifat perorangan. Begitu yang bersangkutan meninggal, apa yang telah dirintisnya akan hilang pula. Atas dasar inilah, saya membentuk Yayasan Soran, sehingga ketika sang perintis sudah tidak ada lagi, proyek ini akan terus ada dan berjalan. Sedangkan, pengelolaannya saya serahkan kepada penduduk setempat dan para profesional,” kata Pendiri dan Ketua Yayasan Soran ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masa tugas di Soran berakhir, Wiryanto harus kembali ke instansinya. Tapi, ia menyadari bahwa seseorang tidak mampu memberi, tanpa ia memiliki. Pada 1985, ia merintis usaha sendiri dengan mendirikan Soran Property, sambil tetap menjalankan profesi dokter. “Saya sadar bahwa sejak awal saya sudah dibentuk untuk menjadi dokter,” ucap dokter spesialis patologi (ilmu tentang penyakit, red.) dari Universitas Indonesia ini. Ia pun membuka praktik. “Tapi, saya merasa ini kapasitas pribadi saya. Berbeda kalau saya membangun lembaga, yang nantinya bisa menjadi fasilitator teman-teman yang lain,” lanjutnya. Dan, dibangunlah Ladira (lihat boks).&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bapak empat anak ini, tidak berhenti sampai di sini. Wiryanto kembali ke kampus untuk meraih gelar magister hukum di UGM. “Sebenarnya, di dunia kedokteran itu ada banyak masalah. Mereka dihadapkan pada dilema. Di satu sisi, mereka dipagari UU Praktik No.29/2004, yang sanksinya pidana kalau melakukan kesalahan. Misalnya, tidak memiliki izin praktik yang masih berlaku, didenda Rp200 juta. Nah, kalau aturan ini dikaitkan dengan gempa di Yogya dan Klaten kemarin, tentu nggak akan ada satu dokter pun yang menolong para korban, kan? Di sisi lain, sebagian besar dokter di Indonesia buta dan cuek dengan hukum, serta merasa diri mereka sudah setengah dewa sehingga bertindak semaunya,” kata pria yang hobi berenang ini, dengan penuh semangat.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lantas, apa sih kiat sukses Anda? “Kiat sukses saya sama dengan orang-orang sukses pada umumnya yaitu kebenaran hakiki yang menyangkut tekun, rajin, disiplin, mau bekerja keras, murah hati, jujur, transparan, mau mengakui kesalahan dan meminta maaf, serta harus selalu tumbuh melalui belajar terus menerus. Kebenaran hakiki seperti inilah yang akan menjadi keberhasilan. Setiap orang, sebenarnya memahami hal ini, tapi tidak semua orang menjalankannya,” tutur laki-laki yang menguasai Bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada satu titik, CEO Expert Access (perusahaan yang bergerak dalam bidang , penyelenggaraan pelatihan, workshop, seminar, dan jasa konsultan, red.) ini melanjutkan, apa yang telah dirintis itu harus diserahkan dengan ikhlas kepada mereka yang lebih memahami bidang tersebut. “Berbekal pada apa yang saya miliki, saya melihat bahwa orang-orang Indonesia dapat menjadi pionir untuk segala hal. Tetapi, pada tahap-tahap tertentu harus membatasi diri, jangan rakus, berbagilah untuk win-win solution,” ujar pria yang juga menerapkan prinsip ini dalam kehidupan pribadinya.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada suatu saat nanti, ia menambahkan, semua orang akan menghadap Ilahi. Bila orang tersebut memiliki karya, sekecil apa pun itu, yang bisa didelegasikan ke orang lain dan bermanfaat bagi banyak orang, itulah yang dinamakan leave a legacy (meninggalkan sesuatu yang berarti, red.). “Tapi, tidak berarti saya nanti hanya ongkang-ongkang. Sebab, yang begitu itu bikin cepat mati. Saya akan terus mengkomunikasikan dan memantau,” imbuhnya. Mungkin inilah yang dimaksud dengan harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Pelayanan Rawat Pasien di Rumah</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Wiryanto merasa bahwa kehidupannya memiliki tiga dimensi yaitu pertama, dimensi sosial yang diwujudkannya dalam bentuk Dewi Soran. “Di sini, saya hanya memberi, tanpa mengharapkan kembalian,” kata CEO Yayasan Soran ini. Kedua, dimensi bisnis yang direalisasikan dalam bentuk Soran Property. Ketiga, dimensi profesi dengan mendirikan pelayanan kesehatan yaitu Klinik Iskandarsyah. Dalam perkembangannya, klinik ini berubah menjadi Ladira (pelayanan rawat pasien di rumah).&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Dalam dunia kesehatan, orang sakit cuma memiliki dua alternatif yaitu dirawat di rumah sakit (untuk penyakit berat dan menengah) atau rawat jalan (untuk penyakit ringan). Padahal, banyak masyarakat yang kadangkala tidak cocok dirawat di rumah sakit, tapi rawat jalan pun susah. Karena inilah, saya berinisiatif memunculkan Ladira, si alternatif ketiga,” ucap Pendiri dan Ketua Yayasan Iskandarsyah ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di samping itu, pelayanan kesehatan, juga selalu terbentur jarak tempuh. Karena itu, Ladira hanya mematok pemberian layanan kesehatan dengan jarak tempuh 20 menit dari Ladira ke rumah pasien. “Bandingkan dengan pasien yang dirawat di rumah sakit, yang untuk dapat memperoleh perawatan dari dokter saja membutuhkan waktu 10 menit,” ujar CEO Tugu Medical Centre ini.&nbsp;&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari segi pembiayaan, jika dihitung-hitung, rumah sakit tanpa dinding ini lebih murah daripada biaya perawatan di rumah sakit. Untuk menginap saja, pasien harus merogoh kocek minimal Rp300 ribu, sedangkan Ladira tidak membebankan biaya inap karena pasien berada di rumah mereka sendiri, kecuali ongkos dokter (Rp250 ribu untuk sekali kunjungan) dan perawat (Rp200 ribu untuk pelayanan selama delapan jam). Untuk penyakitnya, Ladira yang secara resmi beroperasi Juli lalu, sejauh ini menerima pasien pasca stroke, kanker stadium lanjut, dan sudah sangat lanjut usia.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ladira yang sedang merawat tiga pasien merupakan pelayanan kesehatan tumbuh kembang, sehingga jumlah paramedisnya fleksibel. “Kami menjalin kerja sama dengan para dokter, sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Kami juga memanfaatkan tenaga-tenaga paramedis yang belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya perawat dan ambulans,” kata anggota Ikatan Dokter Indonesia ini.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;">Saat ini, Ladira yang berlokasi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, sedang mengadakan penjajagan kerja sama dengan psikiatri (ahli ilmu kejiwaan, red.), perusahaan-perusahaan yang menyediakan peralatan kesehatan yang dapat disewakan ke pasien, dan dengan Pertamedika (institusi di bawah Pertamina yang bertanggung jawab untuk masalah pelayanan kesehatan, red.). “Pertamina tertarik dengan konsep Ladira, sehingga berinisiatif untuk membangun 100 Ladira yang tersebar di Jabodetabek. Nantinya, kerja sama ini dinamakan Perta Ladira,” ujar CEO Soran Property ini. (Russanti Lubis )</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0tag:blogger.com,1999:blog-9162307026380827218.post-18214948653663993122019-06-09T15:13:00.000+07:002019-06-16T05:54:01.550+07:00Harry Warganegara Sang Ubikuitas<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/harry-warganegara-sendiri_20170305_000213.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/harry-warganegara-sendiri_20170305_000213.jpg" data-original-height="393" data-original-width="700" height="179" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Harry Warganegara Sang Ubikuitas</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Sosok muda ini seakan berada di mana-mana (ubikuitas). Dapat memerankan berbagai fungsi dengan sama baiknya, baik sebagai profesional di sejumlah perusahaan maupun menjadi pebisnis di sejumlah kelompok usaha.&nbsp;</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu pesan orang tua di kultur kebudayaan Jawa adalah dadio wong kang ajur ajer&nbsp; (Jadilah manusia yang bisa menempatkan diri sama baiknya di semua posisi). Meski kelahiran Palembang, tetapi kehidupan Harry Warganegara dijalani persis seperti nasihat tersebut. Sebagai seorang profesional ia mengemban sejumlah jabatan di beberapa perusahaan sekaligus memiliki bisnis di sejumlah kelompok usaha. Sebut saja posisinya sebagai Managing Director Crowne Plaza Hotel, Senior Vice President Corporate Structure Finance di Henan Putihrai Securities dan sedikitnya 15 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kelahiran Palembang 4 Januari 1971 mematangkan diri sebagai profesional sebelum menggelindingkan bisnis sendiri. Lulus sarjana muda Applied Science Degree in Business&nbsp; Management &amp; Accounting dari City University of New York, pria yang akrab disapa Harry ini langsung bekerja sebagai Foreign Exchange Settlement Officer di National Westminster Bank Plc, bank pelat merah milik pemerintah London di New York, pada 1993. Setahun kemudian ia sudah menimba ilmu dan pengalaman di Bear &amp; Stearns New York sebagai Assistant Stock Broker.</div><div style="text-align: justify;">Setelah merampungkan Science Degree in Business Management &amp; Finance di City University of New York, pada 1995, Harry kembali ke tanah air dan langsung bekerja di SNS Grou sebagai Assistant Manager. Kemudia ia bergabung dengan PDFCI sebagai senior manager. Tahun 2000, ia bergabung dengan perusahaan investment banking milik Robby Johan. “Itulah awalnya saya memiliki side business. Awalnya joint dengan sepupu saya untuk menggeluti bisnis di bidang IT dan developer, di bawah payung PT Virgo Sari dan PT Lumada Sapta Mitra,” ujarnya mengenang awal mendirikan usaha sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dua tahun kemudian ia bergabung dengan Henan Putihrai Securities sebagai Senior Vice President-Corporate Structure Finance. Pada kesempatan itu pula ia bergabung dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan usahanya terus berkembang.Sampai saat ini ia memiliki lima kelompokk usaha, mulai dari trading, power lant, sampai angkutan minyak. “Dalam mendirikan usaha saya selalu berpartner dengan orang yang berbeda-beda,” ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia mengungkapkan dalam setiap usaha yang didirikan dengan mitranya, Harry mengaku bukan sebagai pemegang saham mayoritas, melainkan minoritas, tetapi di banyak perusahaan. “Dalam suatu perusahaan siapa yang lebih kosentrasi untuk mengelola perusahaan? Pemilik saham mayoritas atau minoritas? Tentulah pemilik saham mayoritas sehingga saya bisa mengerjakan yang lain. Bukan berarti saya tidak mau bertanggung jawab. Saat ini saya lebih senang memiliki saham kecil-kecil tetapi ada di mana-mana dan mapan. Saya tidak mau terpaku pada satu jenis usaha saja. Tetapi kita masing-masing punya kontribusi bagi kemajuan perusahaan,” tuturnya memberi alasan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seturut perjalanan profesionalnya di Henan Putihrai ia mengaku banyak mendapat opportunity. “Ada teman yang punya perusahaan mechanical engineering sedang kesusahan lalu kita take over kemudian punya saham di situ. Saya tidak memiliki bisnis mercusuar, alhamdullilah ada di mana-mana. Hal ini memberikan nilai positif bagi saya sendiri. Kita juga sudah merambah ke resort, travel umroh dan haji, dan membangun Perumahan Sederhana (RS).”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan ilmu dan pengalamannya menjadi profesional serta mengelola usaha yang demikian banyak, di usia yang ke-36 Harry ibaratnya sudah “katam” dunia bisnis. Itu sebabnya Harry ingin mendedikasikan ilmu dan pengalamannya dengan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum HIPMI Jaya Periode 2007-2010.&nbsp; Untuk menggali ide-ide dan pemikirannya Majalah Pengusaha melakukan wawancara beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Visi dan misi apa yang akan Anda jalankan seandainya terpilih sebagai Ketua Umum HIPMI Jaya?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Basically, HIPMI ini kan berkesinambungan. Apa yang sudah dibikin oleh para senior itu semuanya mulia dan semuanya bagus-bagus. Dan itu harus yang dipelihara. Program utama yang harus dilakukan adalah melanjutkan program-program yang ada. Kendala yang ada adalah konsistensi program tersebut. Contoh Majalah Pengusaha sendiri. Majalah ini kan dibentuk oleh para senior kita, tetapi boleh dibilang berapa prosentase majalah ini bermitra dengan HIPMI Jaya untuk akhir-akhir ini.Demikia juga dengan Bank HIPMI Jaya, belum semua anggota tahu kita punya bank. Dan masih banyak&nbsp; program-program yang belum tersosialisasi dengan baik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Terus apa yang akan Anda lakukan?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya punya catatan tersendiri ke depan. HIPMI Jaya ini harus menjadi suatu wadah kaderisasi, mencetak pengusaha-pengusaha yang prima. Artinya, mapan, sustain dan&nbsp; berdaya tahan tinggi.&nbsp; HIPMI Jaya juga harus menjadi lembaga yang bisa mencetak pemimpin bangsa, yang berwawasan kebangsaan. Dalam arti kata berusaha oke, bisnis oke tetapi harus dalam tatanan kebangsaan, bahwa kita punya Negara Indonesia yang diperjuangkan oleh para pendahulu kita, aset-asetnya luar biasa besar, apa pun yang kita lakukan otomatis untuk memajukan perekonomian bangsa. Bukan malah menjual aset-asetnya kepada bangsa asing. Nah ini impian saya. Karena HIPMI bukan hanya lembaga pengusaha saja tetapi juga lembaga leadership, lembaga untuk mencetak profesional yang tangguh dan lembaga untuk mencetak pemimpin bangsa ke depan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Prioritas pertama apa yang Anda lakukan jika nanti terpilih dan kemudian berapa target waktu untuk menuntaskannya?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tiga bulan pertama melakukan mapping potensi anggota. Berapa sih pengusaha di bidang logistik? Siapa saja pemainnya? Siapa yang main di restoran dan perhotelan? Siapa sih yang di dunia perdagangan dan jasa? Siapa sih di dunia perbankan dan keuangan? Siapa yang bermain di dunia energi dan lain-lain? Setelah mapping kita melakukan pengelompokan-pengelompokan. Dalam hal ini dibikin kelompok-kelompok kerja sesuai dengan kepentingan anggota, apakah mau dibikin kelompok kerja energi atau yang lain.&nbsp; Kelompok-kelompok kerja inilah yang akan menemukan apa saja hambatan dari teman-teman yang bermain di industri tersebut. Kita mapping SWAT-nya. Dengan begini kita bisa punya blue print pengusaha ke depan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Kalau program yang Anda susun tidak bisa tersosialisasi, sebagai pengalaman-pengalaman sebelumnya?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">HIPMIKenapa program-program ini tidak bisa tersosialisasi dengan baik? Kendala pertama soal pengurus. Sebagai pengurus kita bersifat sukarela, tidak digaji, kita melakukan aktivitas di organisasi ini karena rasa cinta kita. Yang kedua, ini pengabdian. Ketiga ini ajang untuk menempa leadership kita. Nah otomatis ketika kita dibenturkan kepada kepentingan organisasi atau dagang, mana yang didahulukan organisasi atau dagang? Tidak munafik pasti dagang yang lebih didahulukan. Untuk mengatasi hal tersebut tata pengurus kesekretariatan harus disempurnakan, bukan berarti kepengurusan sebelumnya tidak sempurna tetapi perlu lebih dilengkapi lagi. Sekarang ini pengurus lebih banyak di adminsitratif tetapi yang menjalankan rogram tidak ada. Sudah harus ada eksekutif-eksekutifnya yang menjalankan program, mengawal program-program ini ke depan. Kita audiensi banyak, MoU dengan pihak lain banyak tetapi tidak lanjutnya tidak ada. Majalah Pengusaha sendiri juga banyak melakukan dialog-dialog (seminar) hampir tiap bulan, tetapi kita sendiri tidak partisipasi. Nah kita harus menggali kembali potensi-potensi yang ada pada HIPMI Jaya. Mulai kita punya majalah, kita punya bank, kita punya koperasi, kita punya yayasan. Kita punya resources, itu yang harus kita hidupkan kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Jadi solusinya?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Harus ada unsur eksekutif yang membantu menjalankan program tersebut di HIPMI Jaya, sehingga walaupun kita sibuk berbisnis tetapi program HIPMI&nbsp; Jaya tidak ditinggalin, karena ada yang mengurusi itu. Misalnya kita menacari professional sebagai eksekutif di HIPMI Jaya. Mereka yang menjalankan secara full time dan dibayar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Saat ini ada stereotif bahwa anggota HIPMI terlahir dari anak-anak orang kaya sehingga effort-nya kurang, kompetitifnya kurang, lebih banyak menerima fasilitas?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya rasa itu tidak bisa dinilai sebagai hal yang negative. Itu kan tergantung garis tangannya, karena tidak seorang pun bisa memilih terlahir sebagai anak siapa. Saya sendiri bukan lahir dari anak seorang pengusaha. Ayah saya hanyalah seorang pegawai BUMN biasa. Keluarga saya tidak ada yang berbisnis. Saya sendiri bisa eksis punya beberapa grup usaha seperti ini memang karena saya rintis sendiri. Saya berjuang untuk menjadi pengusaha yang mapan dan prima dan lain-lain. Kalau ada stigma mendapat kemudahan fasilitas saya rasa tidak semua. Banyak teman-teman yang berjuang berkat usaha kerasnya. Saya termasuk golongan pengusaha yang mendapat fasilitas. Saya masuk menjadi pengusaha karena ‘kecelakaan’ karena disodori opportunity dan ternyata berkembang bagus. Yang kedua, fasilitas itu mungkin dulu masih bisa, tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Perbankan semuanya prudent. Proyek-proyek pemerintah check recheck-nya luar biasa. Apalagi seperti saat ini, KPK dan kejaksaan sangat kritis. Mau tidak mau sekarang ini kita harus adu profesional. Kalau namanya hubungan ya tidak bisa disalahkan. Misalnya ada dua orang yang mau kita beri kepercayaan menjalankan bisnis kita, yang satu kenal yang satu tidak kenal. Lebih prefer yang mana? Pasti kita berikan kepada yang kenal karena ini menyangkut kepercayaan. Kita bermitra kan tidak sekonyong-konyong bermitra karena berpartner ibarat orang mau nikah, kita kan kita lihat-lihat dulu. Stigma-stigma itu sudah tidak ada lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Mengapa tidak merangkul Pengusaha&nbsp; Indonesia Keturunan, entrepreneurship mereka kan hebat?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Itu tidak ada suratan tersendiri bahwa kita tidak boleh merangkul golongan tertentu, misalnya non-pribumi. James Riady itu termasuk founder HIPMI. Di angkatan kita ini juga banyak. Ada Budi Margono, ada Dedi Setiadi, ada Hengky. Tetapi soal jumlahnya tidak banyak saya juga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Karena dalam program rekrutmen juga bebas, kita sebarkan di media massa. HIPMI tidak melihat latar belakang dia anak siapa, tidak melihat pengusaha golongan tertentu, dari ras-ras tertentu. Yang penting warga Negara Indonesia. Makanya ada juga orang bule tetapi warga Negara Indonesia (yang masuk HIPMI).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya melihat HIPMI bisa jadi ajang networking yang bagus sekali, ajang leadership, ajang pertemanan yang bagus sekali dan tempat mencetak pemimpin bangsa. Bukan hanya pengusaha Indonesia Keturunan saja, banyak juga pengusaha pribumi yang tidak mau aktif. Kita punya member aktif&nbsp; 800 orang, namun&nbsp; yang mau jadi pengurus 10 persen. Pengalaman saya menjadi pengurus sebelumnya kita banyak melakukan pergantian pengurus antarwaktu karena banyak teman-teman yang diangkat menjadi pengurus tidak bisa aktif karena kesibukan. Kalau dilihat di organisasi lain, seperti saudara kita Kadin, semua orang juga ada di situ. Tidak dibatasi pribumi atau non-pribumi. Pada kenyataannya non pribumi ya minoritas, dan itu bukan disebabkan karena hambatan dalam rekrutmen ataupun ada intrik-intrik organisasi. Sekarang banyak second generation seperti anaknya Aburizal&nbsp; Bakrie, anaknya Bang Latief, anaknya Mas Agung Laksono ada di HIPMI , karena kenapa? Karena orang tuanya dulu juga di HIPMI. Saya sendiri apabila saatnya nanti akan merekomendasikan anak saya masuk di HIPMI karena saya menemukan suatu proses pembelajaran dan persaudaraan yang luar biasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Bagaimana bargaining HIPMI Jaya dengan Pemda DKI?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kita punya hubungan harmonis dengan Pemda DKI, di bawah binaan Pak Wagub Fauzi Bowo, sebagai pelindung HIPMI Jaya. Setiap pelantikan pengurus berlangsung di Balaikota. Itu suatu proses pengayoman yang luar biasa. Tetapi kita organisasi yang independen. Tetapi dengan komunikasi yang baik itu kita bisa menjajaki peluang-peluang yang ada. Peluang-peluang yang ada juga terbuka secara umum. Sekarang ini teman-teman HIPMI Jaya juga sangat heterogen bisnisnya. Yang berkaitan dengan pemda DKI paling 10 persen.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Bagaimana langkah HIPMI Jaya agar memiliki bargaining dengan Pemda DKI sehingga peraturan yang ada tidak merugikan?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya sendiri yakin Pemda DKI sendiri punya blue print untuk lima dan 10 tahun ke depan seperti apa. Dengan hasil kita silaturahmi dengan Bang Yos minggu kemarin Beliau juga memaparkan mengenai rencana Pemda DKI ke depan, harapan-harapan Beliau calon penggantinya, siapa pun dia, program-rogram itu tetap dijalankan. Saya berharap hubungan yang sudah harmonis ini lebih harmonis lagi, dalam hal tujuannya sama-sama membangun Jakarta ke depan. DKI sebagai barometer dari provinsi yang lain, pengusahanya juga sebagai barometer pengusaha dari daerah lain. Pemda DKI juga programnya luar biasa, baik di sector pariwisata, penataan kota, sampai properti, transportasi, perdagangan dan lain-lain. Ke depan kita saling membantu karena para pengusaha ini merupakan pelaku-pelaku ekonomi. Dan kita senang kalau diajak berkontribusi. Kita ingin lebih bahu-membahu dengan membangun DKI, bukan dalam arti mencari proyek. Dengan adanya pengelompokan kepentingan pengusaha tadi bisa dilihat apa sih kebutuhan republik ini, apa sih kebutuhan DKI. Apa sih yang bisa dilakukan para pengusahanya. Kalau ada regulasi-regulasi yang memberatkan para pengusaha kita bisa bicarakan dengan mereka. Karena sudah selayaknya seperti itu. Karena kita tahu program-program departemen di pemerintahan kita boleh dibilang bagus-bagus tetapi berjalan sendiri-sendiri padahal saling berkaitan. Kita berusaha menjembataninya. Siapa pun pengurusnya nanti saya berharap bisa membawa HIPMI Jaya yang sudah baik ini lebih baik lagi. (Rian S dan Sukatna)</div>Majalah Peluang Bisnishttp://www.blogger.com/profile/08859586677725304686[email protected]0